➸ Tegang

7.7K 1K 202
                                    

makasih ya untuk yang beberapa hari ini udah menuhin notifku dengan spam komen, aku bahagia sekali ~~ ^^





Terduduklah Hyunjin, Erisca, dan Tuan Jeka di ruang tamu kediaman berkonsep minimalis itu. Tuan Jeka bahkan belum sempat mengganti pakaian kantornya dengan baju santai. Sekujur tubuh Hyunjin bergetar, ia terus menunduk dan tidak punya keberanian untuk menelisik keadaan sekitar.

"Apa itu Cha yang ada di tangan kamu?" celetuk sang ayah pada sang putri yang sedari tadi memegang kantung plastik warna putih.

Mendengar itu, Hyunjin pun dibuat merem melek. Ia tahu Erisca adalah gadis jujur, sudah pasti ia akan bicara terus terang pada ayahnya.

"Oh, ini aku dapet coklat dari Hyunjin."

"Waduh, pake acara ngasih coklat segala? Dalam rangka apa nih?" Tuan Jeka terdengar terkejut. Meski tahu jika lelaki itu tengah bicara padanya, namun Hyunjin masih enggan untuk menengadahkan kepala.

"Nak Hyunjin, kamu sakit? Kok dari tadi gemeteran gitu?" tegur papanya Erisca yang sontak membuat Hyunjin terkesiap.

Hyunjin langsung menegapkan badan, terkesiap. "Enggak om, saya sehat!" jawab Hyunjin menggebu-gebu, diakhiri dengan senyuman canggung saat matanya tak sengaja bersirobok dengan Tuan Jeka. Kedua tangannya meremas lutut erat-erat. Demi Tuhan, Hyunjin gugup sekali.

Sang ayah dibuat terpaku atas tingkah aneh dari kawang putrinya itu. Ia sudah berusaha menunjukkan sikap bersahabat. Tapi pemuda itu tetap nampak ketakutan.

"Eh, mama mana sih Cha?" tanya Jeka pada sang putri yang sedari tadi cuma diam jika tidak diberi pertanyaan. 

"Lagi tidur... capek abis setrika baju." jawab Erisca.

"Oh ya udah kalo gitu kamu aja gih yang bikinin Hyunjin minum." suruh sang ayah.

"Eung, enggak usah repot om..." Hyunjin segera menyanggah.

"Enggak papa kali Jin, kamu kan tamu." balas Erisca.

Hyunjin mengatupkan bibir. Kalau Erisca sampai beranjak ke dapur, itu artinya Hyunjin hanya akan bicara empat mata dengan ayahnya.

"Hyunjin mau minum apa?" tanya Erisca, namun pemuda itu enggan menjawab dan cuma tersenyum. Hyunjin juga bingung sendiri, apa saat berangkat membeli coklat ia lupa membawa nyalinya?

"Ayo nak Hyunjin, mau teh apa nutrisari nih? Apa mau kopi?" tanya Tuan Jeka lagi yang entah mengapa malah sukses membuat kepanikan Hyunjin sedikit mereda karena intonasi suaranya terdengar sangat ramah.

"Eum... teh aja om." jawab pemuda itu malu-malu.

Mendengar itu, Erisca pun kemudian bergegas menuju dapur. Meninggalkan kedua lelaki itu di ruang tamu untuk meneruskan perbincangan—atau mungkin introgasi?

"Makasih ya om," ujar Hyunjin canggung setelah punggung Erisca perlahan menghilang.

"Mamanya sempet cerita sih ke Om, kamu yang pernah jenguk Chacha pas dia lagi sakit itu? Yang sering nganterin dia pulang juga?" Tuan Jeka berceletuk enteng dan langsung membuat Hyunjin melotot. Jantungnya makin berdebar, bingung harus menimpali dengan ujaran apa. 

Hyunjin cuma mengangguk ragu sambil kedua tangannya terus menggenggam lutut serta bibir yang gigiti ujungnya.

"By the way kamu kayaknya deg-degan banget ya dari tadi?" Tuan Jeka tentu tidak bodoh hingga tidak menyadari sikap mencurigakan yang Hyunjin tunjukkan.

Dear Hyunjin [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang