➸ Kepo Maksimal

7.9K 1.4K 241
                                    

jangan lupa komen yang banyak hehehe

***

Di jam istirahat pertama.

"Lix," Hyunjin memanggil kawan yang tengah memfokuskan seluruh konsentrasinya untuk bermain Dota 2 di laptopnya.

"Apa?" Felix merespons namun pandangannya tidak teralihkan dari layar LCD.

"Matiin dulu elah, urgent nih!" Hyunjin berdecak.

"Pause aja lah Lix, bentar lagi Pak Jackson masuk, bisa kena sita ini laptop kita kalo ketahuan main DoTA." tandas Seungmin, rekan yang sedari tadi asyik menemani Felix bermain. 

Pemuda itu pun kemudian menarik tangannya dari mouse, kemudian menoleh ke arah Hyunjin yang sudah duduk di sebelahnya. Dan sejurus kemudian sekotak susu coklat dan sebungkus roti sudah tersampir di meja Felix.

"Buat lo," celetuk Hyunjin. Sontak mata Felix berbinar.

"Lah, kok Felix doang yang dikasih? Buat gue mana?" oceh Seungmin yang kebetulan belum kembali ke tempat duduknya karena masih sibuk membereskan changer laptop.

"Nih, nih, ambil..." Hyunjin menyodori sebatang permen lollipop dari kantungnya.

"Yaelah, kok cuma satu? Enggak setara dong sama segelas susu? Kurang dua lagi ini." bukannya berterima kasih Seungmin malah mengoceh.

"Banyak mau banget lo, masih untung dikasih!" Felix mencibir. Pada akhirnya Seungmin tetap mengantungi permen tersebut dan beranjak untuk kembali ke bangkunya.

"Kenapa tiba-tiba ngasih?" meski senang karena Hyunjin baru saja memberinya roti dan susu, tapi tetap saja Felix merasa hal itu sedikit aneh.

"Gue mau mengeruk informasi nih dari lo." jawab Hyunjin.

"Oh, jadi maksudnya ini bayarannya kalo lo udah dapet informasinya, gitu?" tukas Felix dan Hyunjin tanpa ragu langsung mengangguk.

"Gak gini bro caranya memperlakukan teman."

Ujaran Felix membuat Hyunjin sontak membeliakkan mata. Kenapa frasa yang Felix ucapkan seperti menyiratkan kalau pemuda blasteran itu sedang marah?

Hyunjin sama sekali tidak memiliki niatan buruk. Ia sadar kalau selama ini jarang sekali memulai interaksi dengan Felix—dan teman kelas lainnya.

Namun sebenarnya Hyunjin tidak setertutup itu. Ia tetap tergolong anak yang ramah dan menyenangkan kalau diajak bicara.

Tapi apabila tidak penting-penting amat, Hyunjin hampit tidak pernah memulai konversasi duluan. Bahkan saat tempo hari menanyakan nomor hp Erisca, itu adalah kali Hyunjin mengajak ngobrol Felix duluan yang bisa dihitung dengan jari.

"Gu, gue enggak maksud jelek... Itu... sekalian jadi tanda terima kasih gue karena selama ini lo selalu berusaha ngajak gue ngobrol meskipun gue anaknya jarang ngomong." Hyunjin mencoba memberi penjelasan agar Felix tak salah paham.

Bisa diakui, Felix adalah orang yang paling abai dengan perangai Hyunjin yang kelewat cuek. Bahkan meski mereka jarang ngobrol, Felix tetap supel padanya. Bahkan Felix adalah satu-satunya orang yang bisa membuat Hyunjin berkata kasar dan ngobrol santai selain kakaknya.

"Oke, kalo itu alasannya gue bakalan terima. Thanks ya," 

Hyunjin mengembuskan napas lega. Syukurlah karena Felix bisa mengerti maksudnya.

"Mau nanya apa? Tentang chacha ya?" tukas Felix. Hyunjin cuma bisa menyengir dan itu adalah bentuk jawaban lain dari 'ya'.

"Chacha itu... pernah punya pacar enggak?" 

Felix tak kuasa untuk tidak tertawa mendengar pertanyaan Hyunjin. "Lo beneran suka ya sama dia?!"

"Udah deh, jawab aja!"

"Anak polos kayak gitu mana ngerti pacar-pacaran Jin, ngarang aja deh lo!" 

Hyunjin langsung mengerutkan dahi mendengar jawaban Felix. Ia sih Erisca itu memang polos. Tapi masa sampai tidak pernah pacaran? Terus, belajar ciumannya dari mana?

"Kan kata lo dia dikejar-kejar sama banyak cowok??"

"Iya sih, tapi gue enggak pernah tau dia deket sama cowok. Capek kali ya sama sifatnya yang kayak anak kecil. Dikodein enggak pernah peka."

"Kok lo tau kalo dia enggak peka kalo dikodein? Jangan-jangan lu naksir dia juga ya?"

"Sembarangan kalo nuduh! Kan gue udah sama Kak Yeri sejak kelas sepuluh! Mana sempet sepik-sepik cewek lain, adanya nanti gue dicekek sama dia." 

"Oh iya ya..." Hyunjin manggut-manggut, baru ingat kalau Felix sudah punya pacar.

"Terus, tau dari mana dong?"

"Ya anak-anak OSIS yang pernah ngedeketin Chacha cerita ke gua, enggak cerita juga sih... sebagian gue nguping hehehe."

"Waduh, banyak ya? Siapa aja?"

"Setahu gue yang pernah suka Chacha itu si Jaemin sama Kak Mark. Terus denger-denger Bomin juga masih suka sama dia. Lo tau kan Bomin? Si waketos."

"Eh tau gue kalo si Bomin! Yang direbutin sama Kak Tzuyu dan Kak Doyeon sampe mereka jambak-jambakan di lapangan itu kan?" semprot Hyunjin.

Ia ingat sekali dengan kejadian itu dan kebetulan menjadi penonton di barisan paling depan. 

Hyunjin berada di kubu Doyeon kala itu. Karena Hyunjin melihat teknik menjambak Doyeon sangat terstruktur dan akurat. 

Hyunjin memegangi kepalanya, merasa pusing.

"Udah, udah, jangan spaneng... Bomin cuma suka doang kok, enggak sampe nyepik." Felix menepuk-nepuk pundak Hyunjin, bermaksud menenangkan.

"Lah, kenapa enggak nyepik?"

"Dia kan anak rohis, maunya taaruf terus langsung nikah. heran gue, kuat banget nahan kenikmatan dunia. padahal mau kak doyeon atau kak tzuyu tinggal tunjuk."

***

adem banget gue liat Bomin masya Allah !!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

adem banget gue liat Bomin masya Allah !!!

Dear Hyunjin [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang