Part 1

32 0 0
                                    



3 Oktober, 2018.
22:50

Uhm. Aku tidak tahu sejak kapan tepatnya mulai menulis hal-hal seperti ini. Menulis mengenai hal-hal berbau pribadi seperti ini. Kalian mengerti kan? Masih belum mengerti? Belum menangkap maksudku?

Itu loh, menuliskan segala sesuatu yang bahkan bibir ini tak mampu untuk mengucapkannya. Menuliskan perasaanku yang sesungguhnya. Kalau kata orang, bahasa sederhanya sih, catatan hati... biasanya anak 90an menyebutnya dengan... diary. Ya. Seperti itu.

Kata orang, diary itu sangat membantu untuk melukiskan perasaan yang terpendam, yang tidak bisa kita ungkapkan lebih jauh. Yang hanya dapat dimengerti oleh segelintir orang melalui kalimat-kalimat sederhana, namun sangat menyentuh.

Ah. Apa sih maksudku? Oke. Kita lanjutkan.

Seperti yang sudah kukatakan, aku tidak tahu kapan tepatnya mulai menulis diary. Sejak Kuliah? Mungkin. Tapi aku rasa, aku sudah memulainya semenjak SMA.

Oh ya. Aku hampir lupa. Aku yakin beberapa dari kalian pasti akan salah mengerti tentang diriku. Aku bisa pastikan, beberapa dari kalian akan membuat banyak kesalahan dalam memperkirakan siapa aku sebenarnya. Tidak percaya? Yakin? Mau coba?

Kesalahan pertama kalian ketika membaca tulisan ini adalah, kalian akan berpikir bahwa aku seorang wanita.

Lalu kesalahan kedua adalah kalian mulai berpikir bahwa aku ini pria tidak jelas yang kerjannya hanya curhat terus menerus dan melankolis.

Kesalahan ketiga adalah kalian berpikir aku ini pria kaya nan hebat layaknya Steve Jobs, Bill Gates, atau seseorang yang jenius dan sangat merepotkan namun cerita hidupnya sangat inspiratif dan luar biasa. Sherlock Holmes.

Heh. Untuk Holmes, aku rasa dia harus mendapatkan tempat yang layak dalam istana pikiranku. Kisah-kisahnya ketika muda dan memburu penjahat dengan metode diluar akal sehat membuat setiap inci badanku merinding. Aku kagum akan kepintaran dan mulutnya yang tak dapat ditahan, tapi jika dia bertemu denganku, membuat diriku ingin memukulnya dengan keras! Maksudku, ayolah! Dia bisa saja menjadi pria yang sopan dan lemah lembut. Tapi... ah sudahlah.

Berlanjut ke kesalahan berikutnya. Kesalahan keempat adalah, kalian mulai berpikir bahwa aku, sang penulis ini, bernama Karel yang akan menceritakan kisah hidupnya.

Tidak-tidak. Aku bukan dia. Aku hanyalah karakter buatannya yang sudah lama terpendam di dalam folder laptop dan disiksa habis-habisan oleh si mahasiswa abadi, Karel. Hey Karel! Aku tahu kau pasti senang ketika membaca bagian ini! Terima kasih, penulis kurang ajar!

Dan kita masuk kedalam kesimpulan akhir dalam praduga terhadap diriku, kalian mulai mempertanyakan siapa aku...

Siapa aku?

Pertanyaan bagus...

Biar ku berikan petunjuk siapa aku...

Aku bertubuh kurus, tinggi 178 cm, berkulit sawo matang, berkacamata, berumur 24 tahun, dan berambut sedikit klimis.

Perkenalkan. Namaku, Riki.

Orang-orang lebihsering memanggilku Liki. Agak sedikit membingungkan? Memang. Itu semua karena aku ini cadel. Kalian tahu kan bagaimana derita orang cadel?

OH! Jangan tanya mengapa aku cadel. Itu semua karena si Karel. Dia memang mahasiswa terkutuk. Seharusnya aku tidak cadel, tapi karena dia sangat ingin aku seperti dirinya yang tak dapat mengucapkan huruf... ah sudahlah. Kita urus dia nanti.

Kurasa cukup sekian perkenalannya. Aku ingin menuliskan apa yang terjadi hariini kepada kalian.

Hari ini berjalan seperti biasanya. Sebagai seorang tentara dari Indonesia yangbekerja untuk PBB, merupakan sebuah keuntungan tersendiri. Walau aku ditempatkan di Timur Tengah untuk memberantas pasukan RRA, tapi aku cukup bahagiadisini. Warga disini sangat baik. Padahal aku baru saja tiba empat hari yanglalu dan sejujurnya, aku tidak tahu ini di daerah mana. Aku buta sama sekali.Tapi warga disini mencoba membantuku.

Aku dapat melihat dengan mata kepalaku sendiri, bagaimana rukunnya wargawalaupun mereka berbeda agama. Bagaimana mereka saling membantu orang-orangyang terluka akibat perang. Bangunan-bangunan ibadah disini, dijadikan tempattinggal darurat baik itu gereja, ataupun masjid. Mereka sangat akrab satu samalain. Suatu pemandangan yang sangat jarang kulihat di Indonesia. Dengan ini,aku mencoba meyakinkan diriku bahwa manusia adalah makhluk sosial. Mereka tidakakan pernah bisa hidup tanpa bantuan yang lain.

Selama empat hari ini juga, kami belum menemukan tanda-tanda pasukan RRA akandatang ke tempat ini lagi. Mereka sempat menyerang kota ini sebelum aku datangnamun, dapat dipukul mundur oleh pasukan PBB. Aku dengar, RRA cukup sadis dalammembunuh, menyiksa warga, bahkan jika itu reporter sekalipun. Terkahir yang akudengar, mereka baru saja membantai reporter dari Inggris dengan mengirimkankepalanya ke Raja William. Membuat inggris marah besar.

Saat ini aku sedang memandang langit malam. Cukup terang dan dihiasibintang-bintang yang sangat banyak. Aku bahkan dapat melihat bintang jatuh.Beberapa garis tipis berwarna ungu seakan membagi langit menjadi dua bagian.Suasana sejuk dan angin yang berhembus lembut membuat orang akan menikmaticiptaan Tuhan yang luar biasa ini. Sungguh menakjubkan. Tidak dapat dijelaskandengan kata-kata. Aku tertegun melihat pemandangan ini. Membuatku teringat akanbeberapa tahun lalu.

Beberapa tahun lalu, aku juga pernah merasakan hal yang sama seperti ini.Melihat pemandagan langit yang sungguh menakjubkan dari sebuah bukit di daerahBandung barat. Tentunya, saat itu sedikit berbeda karena ditemani oleh seorangwanita cantik yang sangat aku cintai.

"Kamu liat gak bintang jatuh itu?" Tanya dia sambal mengarahkan jarinya,menunjuk ke arah setitik cahaya yang bergerak cepat.

"Liat kok. Make a wish gih! Cepet!"Balasku.

Dia menutup matanya dan berdoa. Entah apa yang dia doakan, tapi aku rasa itusangat-sangat berarti untuknya. Air mata mulai menetes ketika dia membuka keduamatanya. Tanpa ada rasa ragu, aku langsung memeluknya.

"Aku sayang kamu." Katanya.

"Aku juga. Aku sayang kamu."

"Jangan pernah tinggalin aku ya."

"Iya." Balasku.

"Janji?"

"Janji." Jawabku.

Dia memelukku lebih erat lagi seakan aku akan pergi meninggalkannya. Seakan akutidak akan pernah memeluknya lagi.

Kinan. Itulah namanya. Perempuan berambut panjang nan bergelombang yang sangatbaik hati. Cantik dan luar biasa. Itulah kesan pertama kepada setiap orang yangmelihatnya.

Saat kuliah, teman-temanku berkata bahwa aku sangat beruntung memiliki Kinan.Mereka bilang, aku adalah pria pemalas yang lebih suka tidur di kelas saatdosen mengajar ketimbang belajar. Berbanding terbalik dengan Kinan yang rajindan aktif. Memang sih, itu benar. Tapi setidaknya aku memiliki prestasi yangcukup baik walau ya... aku lebih sering tidur.

Ah. Aku sangat rindu dengan masa-masa itu. Masa-masa indah saat berkuliah.Entah setan apa yang membuat aku diterima dan masuk kedalam pasukan gabunganPBB dan memberantas RRA. Tapi kita sampingkan RRA. Malam ini indah dan akutidak ingin menghancurkannya dengan membahas para sialan itu.

Sekali lagi, aku tertegun saat kembali menatap langit malam ini. Ah. Indahnya.Garis ungu itu, cahaya dari bintang yang sangat banyak, membuat aku sadar bahwaaku ini hanyalah debu diantara alam semesta. Tapi ini sepertinya kuranglengkap. Apa? Apa yang membuat malam indah seperti ini kurang lengkap?

Kinan. Ya. Kinan jawabannya. Aku sangat merindukannya. Sangat merindukannya.

Aku harap, kamu ada disini, Kinan.

Ah! Sial! Mayor memanggilku. Nanti akan ku lanjutkan kembali diary ini.

Dan untuk si bajingan, Karel. Baca baik-baik ini.

Selesaikan cerita ku atau akan ku hilangkan skripsi mu! Jangan buat akuberakhir dalam folder recycle bin yang tidak jelas. Ingat itu!

Catatan Hati Prajurit CadelWhere stories live. Discover now