Part 2

22 0 0
                                    


4 Oktober 2018.
11:00


WIH! Beruntung Mayor tidak melihatku menggunakan laptop dari tadi. hehehe.

Pagi ini kami baru selesai rapat koordinasi. Menurut laporan para intel, mereka sudah menemukan tempat dimana pasukan serta orang penting RRA berada. Sudah saatnya kami menyerang sebelum mereka memborbardir kota ini terlebih dahulu.

RRA? Mungkin kalian akan sedikit bingung dengan singkatan itu, padahal sudah sering tertulis di awal-awal diary ini. Apa RRA? Sejenis boyband? Atau idol group? Bukan! Mereka adalah sekelompok teroris yang berasal dari segala penjuru dunia dan memulai operasi awal mereka di timur tengah untuk merebut kilang minyak dan membuat nuklir.

RRA kepanjangan dari Raven Rabel Army. Raven sendiri merupakan sang pemimpin. Orang pintar yang mampu menghasut siapa saja terlebih anak muda. Ya, seperti penjahat-penjahat pada film Hollywood kurang lebih. Hanya saja dia terlihat lebih berkharisma dan keren.

Kenapa ada orang seperti dia? Jangan tanyakan hal konyol itu padaku. Tanyakan saja pada si Karel! Dia yang menciptakan karakter itu. Kalau sudah aneh otaknya, dia menjadi sangat sadis. Ah! Seandainya aku bebas memukul bokongnya! Itu akan mencegah kematian banyak orang. Tapi apa daya, jika tidak seperti itu, maka diary ini tidak layak untuk dibaca.

Kembali ke topik awal.

Mereka sempat meyerang Indonesia namun berakhir dengan kegagalan. Indonesia lebih sigap dari yang mereka bayangkan. Maka dari itu, aku yang dulu paling anti dengan militer terpaksa bergabung untuk mengikut wajib militer. Dikarenakan kriteriaku mencukupi, maka Indonesia mengirimkan aku dan beberapa orang lain untuk bergabung dengan tentara gabungan di PBB. Keren? Jelas. Seru? Tentu tidak anak muda.

Siapa yang tahan melihat mayat tentara dari pihak PBB bergeletakan di tanah? Siapa yang tahan melihat tanah kering menjadi lumpur darah? Siapa yang tidak takut mendengar suara tembakan beruntun sepanjang malam dan menjadi sasaran empuk dari penembak runduk?

Jika kalian mengatakan ini suatu keseruan, maka kalian sudah lebih gila dariku. Kalian gila! Bahkan lebih dari si mahasiswa terkutuk, Karel! Kalian mau disamakan dengan dia? Tidak kan?

Jika aku dapat memilih, maka jauh lebih seru ketika berkumpul bersama teman-teman. Makan bersama, berbuat hal-hal konyol, atau hanya sekedar duduk ngobrol ditemani minuman ringan. Akan lebih baik lagi jika bersama keluarga... ya, keluarga. Mamaku orang yang lembut dan baik hati. Papa sedikit keras namun penyayang. Dan kakak... aku tak mau membahas perempuan galak itu. Namun aku sayang padanya.

Oh iya. Ada satu hal yang aku lupakan pada pagi hari ini. Sarapan. Ya. Aku benar-benar lupa untuk hal kecil itu.

Dulu, kata mama, sarapan itu penting untuk kesehatan. Membuat badan menjadi lebih siap menghadapi hari. Jadi, sarapan itu wajib hukumnya.

Namun beberapa pagi belakangan ini, aku lupa untuk hal kecil itu. Aku terlalu sibuk dan fokus menghadapi para tentara-tentara sialan dari RRA. Mereka membuatku lupa akan banyak hal.

Jauh dari mama memang susah. Sangat susah. Aku jadi ingat. Dulu, ketika aku masih SD, mama selalu memberikan sarapan yang sehat dan bergizi. Selalu ada sayur, nasi, lauk, dan tidak lupa buah.

Prinsip mama dan papa adalah, makan pagi seperti raja, makan siang seperti karyawan, dan makan malam layaknya pengemis. Apa maksudnya? Dulu aku tidak mengerti. Aku sama sekali tidak mengerti. Namun, Karel manusia terkutuk memberitahukannya padaku.

Maksudnya adalah, makan pagi yang banyak dan harus komplit dengan sayuran, lauk, dan buah untuk siap menghadapi satu hari, makan siang yang sedikit dikurangi, dan makan malam hanya buah agar perut ini tidak bekerja begitu keras.

Catatan Hati Prajurit CadelWhere stories live. Discover now