Movement

658 115 1
                                    

"Aku Taehyung," katanya.

"Aku tahu," kujawab.

Ah, sialan. Kalau tahu dia sedang menatapku, aku tidak akan mengangkat wajahku untuk melihatnya. Apalagi sampai membayangkan kalau ia punya nyali untuk langsung menghampiriku begini. Yah, kalau itu aku, tentu aku akan angkat kaki cepat-cepat. Namun rupanya tidak semua orang seperti aku. Toh tidak ada gunanya juga. Bergeming dan mengerjap ketika menghadapi situasi genting tidak begitu berpengaruh untuk dimasukkan dalam riwayat pengalaman kerja.

"Bukankah kau seharusnya memperkenalkan dirimu juga?" tanya Taehyung.

"Yah, mungkin aku tidak terlalu umum." Aku berbeda, namun jenis beda yang sangat biasa, mungkin itu yang seharusnya kukatakan.

"Baiklah, berapa nomor ponselmu?" dia bertanya.

Praktis aku mengerutkan dahi. "Bukankah kau harusnya menanyakan namaku dulu?"

"Yah, aku juga tidak terlalu umum. Lagipula, aku bisa menanyakan namamu lewat satu panggilan telepon."

Aku hampir mengatakan, "Kau pasti tidak menginginkannya." Namun, menimbang-nimbang bahwa kali ini aku tidak harus jadi yang mengambil langkah pertama kali, kuberikan saja kombinasi nomor—yang rupanya akan mengubah hidupku selamanya.

__

Aku akan mengatakan sesuatu, tapi kau harus berjanji tidak akan tertawa atau menatapku seolah aku baru menyelesaikan hitunganku soal jumlah bintang yang bersinar malam ini.

Aku berpacaran dengan Kim Taehyung dan ini sudah berlangsung selama enam bulan. Kau boleh menganggapnya luar biasa—bagi seseorang sejenis aku—karena di waktu-waktu tertentu aku pun berpikir demikian.

"Apa yang kau lakukan sepanjang hari?" tanya Taehyung, seraya menyodorkan kap minuman soda.

"Bertahan hidup," sahutku. "Lebih sulit daripada kedengarannya."

"Belum ada panggilan wawancara kerja lagi?" Dia menggigit pizanya.

Aku menggeleng. "Sudah kubilang, aku ini 'orang rata-rata', Hyung. Pasti selalu ada yang lebih baik dariku sekeras apa pun aku berusaha."

Kulihat Taehyung tersenyum miring. Aku nyaris menghajarnya kalau ia tidak bilang, "Setidaknya kau unggul dalam satu hal."

"Apa?"

"Kau tidak tahu seberapa banyak perempuan yang mendekatiku di tempat kerja, tapi tetap saja aku menghiraukan mereka untuk seorang kelinci pengangguran."

Aku tidak bisa tidak merona—meski secara tak langsung ia mengejekku juga. Tapi, ia tidak memaksudkan poin utamanya ke arah sana, 'kan?

"Kau baru saja menghancurkan masa depanmu, kau tahu itu?"

Taehyung mengangkat bahu. "Kurasa tak ada ruginya."

fin

kasih yang fluff dikit boleh kali ya
cerita dengan panjang 323 words ini terinspirasi dari kakak sepupu. Mesra2an mulu mereka tch

Livre de douleur | v.kTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang