Back to The December

932 141 19
                                    

Jungkook menatap kosong ke lukisan pasangan bahagia sedang menikmati matahari terbenam. Dia menunduk dalam, memandang sebuah liontin hati. Dia memandang keluar, salju turun mulai melapisi permukaan dengan salju.

"Desember ..., hari dimana kita bertemu," gumamnya.

Sebuah penyesalan yang kini tidak memiliki arti lagi. Dia memandang ke atas, atap yang kosong. Pikirannya terputar pada beberapa waktu yang lalu. Dimana saat mereka pertama kali bertemu.

Drama ini sudah mencapai episode terakhir, episode yang berakhir sedih, tapi tidak bagi para pemainnya. Senyum bahagia mereka menghiasi malam itu, menikmati pesta untuk merayakan drama yang sukses besar tersebut.

Jungkook, salah satu aktor utama , asyik meneguk jus stroberi. Jungkook memandang Taehyung; lawan mainnya dalam drama ini. Dia mulai melangkah ke arah pria tersebut, menghampirinya.

"Selamat, aktingmu selalu bagus. Aku sudah sejak lama menggagumimu, lho," kata Jungkook, menjabat tangan Taehyung, aktor yang baru booming tapi langsung dikenal masyarakat karena drama yang mereka mainkan; Lost in Memory.

Taehyung tersenyum lebar pada Jungkook.

"Oh, tentu saja. Selamat juga padamu. Aktingmu bagus juga, aku sering menonton drama-mu."

"Jadi ...., kau lahir tahun berapa?"

"1994, kau?" tanya Taehyung, sambil meneguk limun miliknya yang kini tinggal setengah. Jungkook mengerutkan dahinya. "Apa? Apa ada yang salah denganku?"

"Tidak. Kau yakin 1994? Kukira kau 1996. Oh, berarti aku lebih tua," kata Jungkook.

"Memang kau lahir kapan?"

"Aku tidak mau memberi tahumu, kelak aku akan tampak tua nantinya," dengus Jungkook.

Mereka terlalu asyik mengobrol, sehingga para kru, aktor, sutradara sudah pergi dari lokasi mereka. Tinggal tersisa mereka berdua.

"Cepat sekali waktu berlalu, ya?" komentar Taehyung. "Aku bahkan tidak sadar kita sudah mengobrol tiga jam."

"Tiga jam? Wah, ini rekorku. Aku tidak pernah bisa tahan berdiri lebih dari 2 jam, lho," kata Jungkook. "Aku mau pulang dulu, ya."

Taehyung terdiam, Jungkook mulai beranjak pergi. Tapi Taehyung menahan tangannya.

"Apa?"

Taehyung diam, masih diam. Dia memandang sepatunya yang mengkilap tertimpa cahaya lampu.

"Apa? Aku tidak mau membuang waktu, Taehy-"

"Aku suka padamu, maksudku. Bukan menyukaimu, tapi mencintaimu."

Jungkook terpaku, diam.

Keringat dingin mengucur dari kening Taehyung. Tak lama kemudian, suasana menjadi kikuk.

Dia tersenyum canggung. "Ah, aku tahu kau mungkin sudah punya kekasih, lagian kau kan cantik. Mana mungkin kau masih la-"

"Tak apa. Aku sebenarnya sejak lama sudah menyukaimu, Tae."

Taehyung diam mematung, melongo tak percaya. Jungkook tersenyum manis. "Aku pamit dulu, ya. Sampai Jumpa, Taehyung-ah~" serunya dan beranjak pergi, kini dia benar-benar pergi.

Meninggalkan Taehyung masih mematung, tidak percaya.

Jungkook menghela napas, memandang sebuah foto dimana pertama kalinya mereka bertemu. Foto ini diambil saat break episode kedua, memang baru sementara. Foto itu sudah diambil lama sekali, kini sisinya sudah menguning termakan usia.

Livre de douleur | v.kTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang