Bab 5

39 6 3
                                    

Heyra's pov

   Malam berganti siang. Siang berganti malam, begitulah sirkulasi kehidupan. Dan sekarang masih pagi, perutku masih menahan rasa lapar yang amat sangat menyakitkan. Perutku tak henti-hentinya mengeluarkan suara aneh. Olyp, Lyra, dan Hina masih tidur, sebab, baru pukul 02.30 masih terlalu pagi. Aku tak bisa tidur dengan nyenyak bila keadaan perutku kosong. Bangun. Tidur. Bangun. Tidur. Hanya itu yang bisa kulakukan, mentari sebegitu lamakah engkau akan terbit?

   Aku bangun dan berjalan mondar-mandir tak karuan, aku berpikir keras kenapa jadi dunia bawah—ah terlalu panjang, sebut saja Bumi—menyerang kerajaan LightBlossom terlebih dahulu? Apa salah kerajaan ku? Tak terasa mentari terbit begitu cepat. Hina bangun seraya mengucek matanya, begitu imut saat dia bangun tidur, rambutnya berantakan, eh!? D-dia ngiler! Wah, aku baru pertama kali melihat kelakuan kekanak-kanakannya, dia lucu sekali, aku terkekeh.

"Eh, Oujo-sama! Anda sudah bangun?" tanyanya melihatku dengan mata layunya.

"Iya, Hina!" balasku dengan senyuman lebar.
   Sepertinya penglihatan Hina masih belum bisa dikontrol karena silaunya cahaya mentari, dia menyuruhku duduk disampingnya entah apa yang ingin dia lakukan terhadapku akupun tak tahu. Ku datangi dia dan lekas duduk, kupertanyakan hal yang membuat dia menyuruhku untuk duduk disampingnya, "ada apa, Hina? Kenapa? Kau masih sakit?" ucapku cemas.

"Tidak apa, Oujo." sahutnya tersenyum tulus, "aku hanya ingin merapikan sedikit rambut berantakan mu ini, rambut panjang lembut pirang mu telah digantikan oleh rambut pendek kasar coklat hazel, aku tidak terlalu suka, tapi bagaimana pun penampilanmu kau tetap cantik, Oujo."

   Beginilah Hina, dia selalu memuji semua orang. Parasnya sudah cantik, lembut, murah senyum, baik pula, bagaimana Olyp tak menyukai gadis seperti itu. Dia adalah gadis pujaan semua lelaki didunia. Jika saja aku adalah pangeran, akan lekas kulamar dia dan kujadikan istri, tapi sayang aku adalah Putri. Walaupun begitu, Hina sudah kuanggap sebagai kakak sekaligus ibu ku. Sifatnya begitu dewasa seperti seorang ibu, namun umurnya masih terlalu muda untuk menjadi ibu, jadi kakak saja.

   Di elus-elusbnya rambut ku yang cukup kasar karena sudah 1 minggu lebih tidak keramas, mungkin juga bau. Kutatap wajah Hina sejenak saat memandangi rambutku, wajahnya bagaikan malaikat yang turun dari surga. Bersinar. Dan, ekhem, dada ku mulai berbentuk, tidak seperti dulu. Rata. Hoho, sekian lama aku menginginkannya, dengan berbagai cara aku mencobanya dan hasilnya nihil. Dan sekarang? Cuma dengan itungan menit dada ku langsung berbentuk, tapi aku masih kalah dengan punya Hina. Ku tatap dadanya yang cukup besar dengan tatapan sinis, aku iri.

    Rambutku masih di utak-atik oleh tangan kecil Hina yang lembut entah apa yang dia lakukan pada rambut ku aku sama sekali tidak perduli, aku membenci rambut ku yang sekarang, tapi aku menyukai bentuk postur tubuhku yang sekarang, hoho. Baju yang kukenakan adalah baju dari dunia bawah, cukup mencolok. Roknya begitu pendek, jika tertiup oleh angin maka... Tidak! Celana---uhuk. Pikiran ku mulai kacau! Positif saja Heyra! Jangan memikirkan yang aneh-aneh. Fokus dengan tujuan mu, Heyra!

"Ngomong-ngomong dimana Lyra dan Olyp?" tanya Hina.

"Ntahlah," sahut ku singkat, "jadi? Tujuan kita kesini untuk apa, Hina? Gak mungkinkan kalau hanya untuk bersembunyi?"

    Dia berhenti memegang rambutku dan beralih memegang tengkuknya, seperti sedang berpikir. Dia sudah selesai mengikat rambut ku, cukup di ikat dibagian poni-Nya saja, mengingatkan ku pada masa kanak-kanak, Ibu ku selalu mengikat rambutku seperti ini. Ingin rasanya aku menangis mengingat itu. Air sudah hampir memenuhi pelupuk mataku tapi aku tahan, aku tak ingin menjadi anak yang cengeng. Ku usap air tersebut dengan lengan bajuku dan tersenyum lebar seperti biasa.

"Neee... Bagaimana kita cari Lyra dan pangeran mesum terlebih dahulu?" kutepuk punggung Hina yang sedang fokus berpikir.

"Eh! Hum, baiklah."

   Aku berdiri dan langsung menggenggam tangan Hina erat-erat, aku takut terjadi yang tidak-tidak seperti kemarin. Jalan Hina masih tidak stabil, kakinya mungkin masih sakit. Kakinya masih dibungkus oleh kain bekas yang ditemukan Olyp ditengah jalan, mataku fokus melihat kaki Hina dan tak melihat ke jalan yang ditelusuri, aku sempat tersandung Batu karena terlalu fokus, "eits, sakit."

"Kau tidak apa-apa, Oujo?" tanya Hina khawatir.

"Gak papa, Hina."

   Kami melanjutkan langkah, dasar menyusahkan Lyra dan pangeran mesum. Kami harus mencari mereka, jika saja mereka tidak ikut bisa lebih tenang—tidak, tidak! Kalau mereka tidak ada nanti siapa yang akan menjaga aku dan Hina, huhhh menyusahkan. Cukup lama kami berjalan melalui hutan ini, Lyra dan pangeran mesum masih saja belum ketemu. Kemana mereka pergi, sangat menyusahkan! Tak lama, terdengar suara Lyra dan Pangeran mesum dibalik semak-semak. Sepertinya mereka menemukan sesuatu, "Hina, itu seperti suara Lyra dan Pangeran mesum."

"Ahhh, iya."

   Kami datangi mereka dengan cepat, "Hei kalian!" teriakku dengan suara nyaring, "kalian kemana saja? Bukannya mencari cara untuk mengentikan semua ini kalian malah keluyuran!"

    Ketika aku fokus ngomelin mereka, aku tak melihat ada yang sangat beautiful dibelakang mereka, yaitu danau... Sangat indah, itik-itik bermain riang gembira dipinggiran danau, capung-capung beterbangan kesana-kemari diatas airnya, gubuk kecil terbangun indah di seberang danau, ilalang menutupi sebagian danau sehingga orang tak dapat melihatnya. Baru pertama kali aku melihat kealamian Bumi yang begitu memukau. Hina pun sepertinya begitu, karena aku melihat dia bengong, mulutnya tidak bisa ditutup.

Kruukkk kruk krukkkkkk

    Suara itu berbunyi lagi dari perutku, Lyra dan pangeran mesum menatapku dengan seringai diwajahnya, Hina tersadar oleh bengongannya dan menatapku juga, "kenapa?" tanyaku dengan watados—wajah tanpa dosa—Hina tertawa kecil melihat kelakuan ku, sedangkan aku hanya tersenyum berat.

"Ada apa, Putri?" Lyra terkekeh jahat seraya menatapku, begitupun Pangeran mesum.

"Apa kau lapar, Heyra?" Pangeran mesum mengangkat rusa yang sudah mereka adapatkan, apa maksudnya? Apa mereka ingin menggodaku dengan rusa itu? Haha, tidak mungkin.

   Tiba-tiba api unggun sudah ada disamping Hina. Dan! Wajah Hina juga berubah ngeri sama seperti 2 orang gila tadi. "A-apa yang sedang kalian rencanakan?" tanya ku menggidik ngeri melihat mereka memasang wajah yang sama.

"Siapkan tusuknya, Lyra," suruh pangeran mesum pada Lyra dengan mengangkat naik turun keningnya padaku, senyumnya seperti senyuman licik.

"Siapa kau? Memerintah seenaknya kepada Pangeran Lyra," bentak Lyra yang tak mau disuruh-suruh.

"Lakukan, cepat!"

"Heh." Lyra mendecih seraya mencari ranting pohon kecil untuk dijadikan tusuk.

"U-untuk apa itu?" wajah ku kesal sambil menunjuk-nunjuk Hina, Lyra, dan pangeran mesum. Mau mereka apakan daging rusa itu?! Jangan-jangan! Mereka ingin memakannya dan tidak ingin membagikannya padaku. T-tidak mungkin!

   Mereka menusuk daging itu satu persatu dengan ranting yang diambil Lyra, setiap ranting terdapat 3 daging segar. Setelah selesai mereka membakar daging tersebut diatas bara api yang tidak mempunyai api lagi. Sudah beberapa menit daging pun matang dan siap santap. Aku sudah tidak tahan dengan bau daging itu, "b-bisa kalian memberiku satu tusuk daging itu?" ucapku memelas.

"No!"

Bersambung...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Heyra ; Air KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang