Bab 1

68 11 3
                                    

Pagi. Pagi ini seorang gadis muda berumur 14 tahun. Ia bangun awal-awal untuk merias dirinya. Mata yang bermanik ungu, rambut sepanjang pinggang, pita pink yang diikatkan dibelakang kepalanya, bibir merah cherry yang selalu tersenyum lebar ke semua orang, beserta pipi merah tipis. Make-up yang ia kenakan hari ini biasa-biasa saja, karena ia tidak suka yang berlebihan, pakaian yang ia pakai hanya dress putih polos.

Ia duduk didepan cermin seraya melihat dirinya yang sudah sempurna, dijambaknya tirai yang masih tertutup, cahaya Mentari masuk dengan perlahan dan membuat kamar gadis tersebut menjadi terang.

Udara segar tengah menyambutnya diluar sana, burung-burung berkicau, angin bertiup kencang, lekas ia pergi ke ujung awan untuk melihat dunia bawah-bumi. Dibawah begitu ramai, tanpa ada keheningan. Duduk ia dengan santai menikmati pemandangan dari atas, itulah hadiah yang paling ia suka. Menikmati keindahan dunia bawah dari atas awan.

Heyra, sebut saja namanya begitu, ia adalah sang puteri dari kerajaan LightBlossom, kerjaan langit. Ulang tahunnya tidak perlu dirayakan besar-besaran, dengan menapaki dunia bawah dari atas awan saja sudah membuatnya bahagia-apalagi bisa memijakkan kaki ke dunia bawah.

Heyra adalah gadis yang mudah untuk meneteskan air mata, begitu rapuh, namun kekuatan yang ia miliki begitu hebat, siapa pun berani melawannya akan mati dengan sekejap, tapi ia masih belum bisa mengendalikan kekuatan tersebut dengan sempurna.

Heyra's pov

"Oujo-sama, kemana saja anda? Sang Raja memanggil anda." suara sang gadis lembut dari kejauhan memanggil nama ku. Hina, itulah nama gadis tersebut, ia adalah anak pembantu dikerajaan sekaligus teman baikku. Ia memiliki mata sayu yang bisa membuat hati lelaki manapun takluk.

"Kan sudah kubilang, panggil aku Heyra!" bentak ku padanya, "ngomong-ngomong, kenapa Ayah memanggilku?" tambahku seraya menarik tangan Hina.

"A-aku gak tau, H-heyra." sahut Hina dengan gugup.

Kutarik tangan Hina seraya berlari masuk kedalam istana, sang Raja gagah tengah duduk menunggu puteri kecilnya datang, "kenapa kau membawa gadis ini, putriku?" geram sang Raja padaku.

Ku jawab, "dia teman ku, Ayah!"

"Suruh dia keluar!" titah sang Raja tidak bisa diganggu gugat.

"H-heyra, aku keluar dulu, maaf." bisiknya pada ku, dan tak disangka sang Raja mendengar hal itu.

"Berani-beraninya kau memanggil putri dari kerajaan langit dengan namanya." sang Raja sangat murka dengan kelakuan Hina.

Tiba-tiba Ibu dari Hina datang dan bersujud meminta ampun kepada sang Raja, sedangkan aku hanya bisa meneteskan air mata dan berlari keluar ruangan. Duduk ditempat tadi, dimana aku bisa melihat keramaian dunia bawah.

Mereka semua bisa menenangkan ku dengan sekejap, tapi entah kenapa, tiap-tiap kali aku menangis dibawah menjadi gelap dan dipenuhi dengan genangan air. Apakah awan juga merasakan perasaan ku juga?

Make-up yang kupakai tadi pagi luntur akibat air yang mengalir dari mataku. Make-up-nya menjadi menor. Mataku sedaritadi tidak pernah lengah dari dunia bawah yang tiap harinya ramai. Sedangkan disini? Disini hanya tempat tinggal para dewa.

Hiks...

Hina yang tadi dimarahi oleh sang Raja bisa santai dengan mudah. Sedangkan aku, aku resah. Cuma karena dia ikut dengan ku dan memanggil ku dengan nama asliku ia kena marah, itu tidak adil sama sekali.

Heyra ; Air KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang