I

98 8 2
                                    

Sinar matahari menerobos paksa masuk lewat jendela kamar yang semalam kordennya lupa Daniel tutup. Membuatnya terbangun.

Hal yang pertama yang selalu Daniel lakukan saat bangun tidur adalah membereskan tempat tidurnya sendiri dan kemudian mengecek keadaan putranya, Devian.

Tidak memakan waktu lama bagi Daniel untuk sampai ke kamar anak semata wayangnya itu karena kamar mereka terhubung dengan sebuah pintu.

"Pagi son!" Sapa Daniel ceria saat mendapati putranya itu sedang melipat selimutnya.

Sifat disiplin dan bertanggung jawab milik Daniel sepenuhnya menurun pada Devian.

"Pagi Daddy, mana Mommy?"

Seperti biasa itu adalah pertanyaan yang selalu Deff tanyakan pada ayahnya setiap hari.

Daniel menghampiri Deff kemudian membantunya membereskan tempat tidurnya.

"Mommy tadi berangkat kerja, pagi-pagi sekali." Jawab Daniel dengan senyum manisnya.

Seperti biasa itulah jawaban yang Daniel berikan setiap hari.

"Yah, lalu siapa yang akan datang ke sekolah Deff dipertemuan para ibu siswa?"

Raut wajah Deff memurung. Daniel dengan sigap memindahkan bocah yang belum genap lima tahun itu ke atas pangkuannya.

"Nanti Daddy yang datang ya? Deff tahu kan kalau Mommy itu sibuk cari uang buat beliin Deff mainan."

Bocah itu masih diam, merajuk ceritanya.

"Kenapa? Deff ngga mau Daddy yang kesana?"

Pelan-pelan Devian mengangkat kepalanya, menatap Daniel dengan mata sayu.

"Deff ngga mau Daddy malu karena setiap kali cuma Daddy sendiri yang cowok disana."

Ada rasa tercubit dalam hati Daniel mendengarnya. Memang benar kalau Daniel selalu menjadi satu-satunya ayah yang datang di pertemuan ibu-ibu siswa.

Sebagian besar para wali siswa dan guru-guru pun menganggap bahwa Daniel adalah seorang single parent yang ditinggal istrinya.

Padahal tidak begitu, dia masih punya istri. Apa memang hanya dia yang menganggap begitu?

Sentakan pelan di tangannya membuat Daniel kembali ke kenyataan. Ia tersenyum pada putranya.

"Nggak apa-apa. Bukannya malah bagus ya kalau mereka tahu kalau Daddy mu ini ganteng sekali?"

Daniel terkekeh membuat Devian juga terkekeh.

"Ya ya ya Daddy memang selalu over percaya diri." Goda Devian.

"Loh memang Daddy ini nggak ganteng? Terus mukamu itu nurun dari siapa? Mommy kan cantik, masa dari dia."

"Kata Alfred kalau orang tua bicara harus di iyakan. Jadi, iya Daddy"

Mereka berdua terkekeh akan kata-kata Devian tadi. Rutinitas yang biasa bagi mereka berdua. Ya, hanya mereka berdua.

TBC

Bittersweet ; KDNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang