IV

61 7 3
                                    

Keeskokan paginya Daniel terbangun di subuh hari saat dia mengecek kamar Devian dan mendapati istrinya  sudah tidak ada disana.

Semalam Daniel melihat wanita itu masuk ke sana dan tidur sambil memeluk Devian. Sama seperti cara datangnya yang tiba-tiba, istrinya itu akan pergi dengan tiba-tiba.

"What? Kalian mau blind date dan gak ajak aku?"

Itu suara Sheila. Daniel rasa dari luar kamar dan mengarah mendekat menuju kamar Devian.

Cepat-cepat Daniel bersembunyi di belakang lemari pakaian Devian.

"Yaaa! Jiwon Unni, count me in! Jangan berani-beraninya Blind Date dengan cowok tampan tanpaku ya. Hahaha"

Cklek!

Benar saja, Sehila memasuki kamar yang gelap dengan ponsel menempel di telinganya.

"Maksudmu? Oh iya aku sedang di kamar si bocah, biasa katanya Nightmare."

Bocah itu? Tega sekali Sheila menyebut anaknya sendiri bocah.

Daniel tidak tahu apa yang dilakukan Sheila karena dia hanya dapat mendengar suaranya.

"Sebentar, aku pakai lotion dulu."

"Paki lotion untuk apa? Untuk memuluskan bekas jamahan Minhyun Oppa?"

Ah ternyata Sehila baru saja menghidupkan loudspeaker.

"Sialan! Jangan bawa-bawa duda itu aku muak, tampangnya saja yang tampan tapi otaknya itu cetek. Kalau mengajakku selingkuh ya jangan sampai kepergok mantan istrinya dong."

Deg! Sabar Kang Daniel, belum saatnya kamu keluar sekarang.

"Kamu yang sialan Shei, mau saja di ajak selingkuh orang itu."

"Dan orang yang kau sebut orang itu juga mantan pacarmu, Yang Jiwon Unni yang cantikk"

"Aku hanya ciuman dengan Minhyun."

"Kami cuma petting."

"Wah wah Jung Sheila kau itu istri orang, hahaha awas suamimu ngamuk."

"Peduli apa aku? Lebib cepat cerai itu lebih baik"

"Hei hei terus anakmu bagaimana?"

"Anakku?" Sheila terkekeh sarkas "Anak si Daniel baru iya. Memangnya aku mau dia lahir apa?"

"Oh tuhan! Jangan bilang kau perlakukan anakmu itu seperti anak tiri."

"No no no! Aku baik kok. Tapi yaa melihat wajah si bocah kadang membuatku ingin bunuh diri, tahu sendiri dia mirip ayahnya yang Brengsek itu."

"Sialan kau Sheila! Kalau aku jadi kau aku-"

"Aku akan aborsi saja waktu itu. Begitukan yang akan kau bilang?"

"Hehe bagaimana kau tahu?"

"Ck! Unni, Unni dan Yovi itu sama-sama suka aborsi ya. Dan Unni jangan buat aku ingat masa lalu. Kalau si bajingan brengsek itu tidak datang ke rumah, anak sialan ini pasti sudah mati dari dulu dan aku--"

Perkataan Sheila terputus saat ponsel yang ia taruh di atas nakas terlempar begitu saja.

"Ikut aku Sheila" perintah Daniel dengan nada tajam.

Sheila mengabaikannya, dia lebih memilih memperbaiki posisi tidurnya dan mengabaikan Daniel yang masih berdiri di depannya dengan kepala mendidih.

Sejak kapan pula si Daniel itu ada disini?

"Sheila kamu dengar kataku tidak!?!"

"Berisik"

Dengan tarikan kasar Sheila berhasil bangkit dari ranjang Devian dan mengikuti Daniel dengan paksa. Jangan bayangkan Sehila meronta karena itu sama saja membuat Daniel lebih merasa kuat.

Mereka berheti tepat di atas tangga. Dengan Daniel yang terlihat sangat marah.

"Aborsi? Anak sialan katamu?" Tanya Daniel berapi-api.

"Iya."

"Dia itu anak kamu Sehila!"

"Anak haram hasil perkosaan."

"Sheila!!"

"Apa Kang Daniel? Hm" Sheila tidak gentar sedikitpun meski Daniel sudah terlihat sangat emosi.

"Kamu itu seperti binatang ya, kalau Devian tadi dengar bagaimana?"

"Devian? Ahh si anak binatang itu?"

Plak!

Satu tamparan mengenai pipi Sheila dengan mulus.

"Loh tadi katamu aku ini binatang, berarti anak itu anak binatang dong karena lahir dari binatang."

Daniel benar-benar kehilangan kata-kata sekarang.

"Sheila kamu ini- ah! Sialan!"

Dan tinju Daniel mengenai pajangan kaca di dinding.

"Wah wah wah, bagus bagus bagus. Pecahkan terus biar pecahannya bisa kupakai bunuh diri" kata Sheila sambil bertepuk tangan mengejek.

"Kamu keterlaluan, tidak punya hati."

"Trims"

Meskipun dalam kegelapan, Sheila dapat melihat darah menetes dari tangan Daniel.

"Mana hatimu sebagai manusia?"

"Pertanyaan yang sama untukmu lima tahun lalu."

"Aku - aku sudah minta maaf."

"Maafmu bisa kembalikan masa mudaku? Kebahagiaanku?"

"Yatuhan, Sheila" Daniel benar-benar frustasi sekarang sehingga menjambak rambutpun tidak membantu.

"Aku harus bagaimana sih biar kamu bisa terima, seenggaknya terima Devian aja."

"Hm?"

"Bilang. Kamu mau apa?"

"Memang bisa kamu penuhi?"

"Iya. Asalkan kamu terima Devian dan berhenti sebut dia anak sialan."

"Cerai."

"Ha?"

"Kang Daniel yang terhormat aku mau cerai. Seminggu dari sekarang paling lambat aku sudah terima surat cerainya."

Kemudian Sheila melangkah menuju kamarnya dengan kaki gemetaran. Kang Daniel itu salah, Sheila sangat cinta Kang Devian. Tapi wajah sialannya yang menurun ke anak itu membuat Sheila merasa akan gila setiap melihatnya.

TBC

Bittersweet ; KDNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang