TABIR CINTA

16 1 0
                                    

Kini napasnya terengah-engah, karena mengejar mobil van hitam yang berisi rombongan pelajar dari SMA TARUNA. Entah mengapa Andi sangat mengotot sekali mengejar mobil itu, sambil membawa selembaran surat dan bunga. Akhirnya, mobil itu bagaikan ditelan oleh bukit yang menunjak tinggi. Sama sekali tak terlihat.

Jauh dari keramaian, andi hanya melepas penat dan terduduk di sebuah bangku taman kota. Hari begitu sunyi, sama seperti hatinya. Semenjak gadis dan rombongan pelajar itu pergi meninggalkan kotanya, ah, mungkinkah dia sedang...

Arloji andi berbunyi, menandakan pukul 17.00 WIB, kini andi harus cepat pulang kerumah, kalau tidak ibunya akan marah besar karena pulang kemalaman, saat dia meninggalkan taman itu, tiba-tiba ada seorang anak lelaki, yang dari raut wajahnya berumur 9 tahun, menyodorkan sebuah surat yang terkemas rapi.

"Ini dari siapa dek?"

Anak itu hanya memberikan senyuman mungil, lalu meninggalkan andi sendiri.

****
Sudah lama andi tidak sarapan Nasi Goreng Kampung Buatan ibunya, maklum ibunya selalu saja sibuk dengan pekerjaannya, pergi pagi pulangnya sore, sedangkan ayah selalu lembur dan jarang memberikan waktu bersama. Tapi, kini berbeda. sarapan pagi ini semuanya bersama, bersenda gurau dan berbagi cerita.

"Bu, enak nasgornya" memuji ibu
"Iya dong, ibu gitu loh" sambil membancuh teh hangat.
"Besok buatin lagi yah bu" balas ayah
Ibu memberikan senyuman manis. Pokoknya pagi itu semuanya ceria.

****
Di kelas, andi memperhatikan surat yang kemarin dia dapatkan, surat itu dikemas dengan sampul yang terdapat garis merah dan putih ditambah nama dan alamat tujuan surat penerima.

'Kepada : Andi Vermansyah, Pekanbaru'

Dibawah itu ada nama sipengirim

'Dari : Siti *'
Namanya tertutup debu, karena andi menyimpan surat didalam tas yang berisi, kerajinan kayu yang penuh dengan ampas bekas dari menghaluskanya.

Saat andi menepiskan debu itu, tiba-tiba seseorang menghampirinya.

"Hei ndi, kamu ngapain?, jadi nggak kamu ikut rihlahnya"

Bahu andi langsung respon ketika mendengar suara itu "astagfirullah, kamu ngagetin aja yah fir, kebiasaan"

"Hehe, kamu sih lagi tadi kulihat asik dengan surat itu"

"Iya sih, nggak ngagetin juga keles" sambil menyimpan kembali surat itu didalam tasnya

"Iya deh ,maafin gua napa, eh kamu belum jawab pertanyaanku, jadi nggak kamu ikut rihlah tadzkkar komunitas kita"

"Oh itu, insya allah yah" jawab andi

"Oke kalau jadi WA aj aku yah, atau infonya bisa dilihat di grup" firdaus membelakangi andi ingin meninggalkannya

"Fir!"
Lalu firdaus membalik badan
"Gimana menurut kamu tentang LDR?"

"Ah gimana kamu ini, islam kan nggak ngajarin kita pacaran"

" iyah aku tahu, tapi ini bukan pacaran"

"Lalu?"

"Ah nantik saja aku ceritakan, aku lapar nih, traktir aku makan lah sesekali"

"Oke sip deh"

Mereka berdua pun pergi kekantin, dan tidak lupa andi membawa surat itu dikantong celananya.

Ketika mereka keluar dari kelas, tiba-tiba, ada suara seseorang yang memanggil andi.

"Andi, kemari sebentar"

Ternyata suara itu adalah suara Pak Dahlan, Guru Bahasa Indonesia.

"Ada apa pak?" Tanya Andi.

"Oh gini, kamu lagi sibuk nggak?"

Andi diam, sambil melihat Firdaus

"Nggak pak"

"Jadi gini, kamu saya rekomendasi untuk mengikuti lomba pidato Se-Provinsi Riau"

"Kapan pak?"

"Jadwalnya hari senin depan, nanti sebelum pulang kamu ambil formulir dan teks pidatonya di meja bapak, mengerti?"

"Mengerti pak".

Lalu Andi dan Firdaus pun pamit, meninggalkan Pak Dahlan, menuju ke kantin.

Sampainya dikantin selera Andi tiba-tiba hilang, ketika melihat seseorang yang memalak salah satu siswa, dia kenal betul dengan orang itu, yah, namanya Michael, Siswa nakal, biang keroknya Kerusuhan, ditambah anak buahnya, David dan Andong.

"Eh lo, mintak uangnya, kalo lo nggak beri gua hajar muka lo"

"Aa...mmmpun bang" jawab siswa polos itu

Karena Andi tidak tega melihat anak itu diperlakukan seperti itu, lalu ia berdiri dan ingin bertandang dengan si Michael, berandalan itu. Akan tetapi Firdaus Menahannya.

"Kamu mau kemana ndi"

"Aku mau kasi pelajaran sama si Michael itu"

"Lebih nggak usah, jangan cari masalah"

"Ini nggak bisa terjadi, kita semua disini teman, disekolah kita nggak ada namanya itu bully, ini adalah perbuatan tercela, dan kita patut untuk mencegahnya"

Firdaus hanya bungkam melihat penjelasan dari Andi, lalu membiarkan Andi mendekati Michael.

****
"Andi muka kamu kenapa?, kok banyak luka-luka gini" tanya perempuan paruh baya itu

"Nggak bu, ini cuman lecet, akibat jatuh aj"

"Serius?"

"Iya bu, serius"

"Udah, tadi ibu dapat telepon dari kepala sekolah"

Secara mendadak wajah andi memucat, apakah kepala sekolah akan memberitahu ibunya kalau dia disekolah tadi berkelahi dengan si michael.

"Apa bu, kata pak Kepsek?" Tanya andi dengan wajah pucat.

"Gini katanya kamu ikut lomba pidato yah?"

Andi pun menghela nafas lega lalu ia menjawab

"Iya bu"

"Ooh udah disiapkan bahan pidatonya"

"Udah bu, pak dahlan yang menyiapkannya"

Lalu ibu pergi ke dapur, meninggalkan andi di kursi depan halaman rumahnya, dan andi melihat ibu pergi hilang dibalik dapur, dan sesekali matanya melihat burung-burung gereja beterbangan di pohon mangga didepan rumahnya, mereka sangat senang bermain disana, dan ada juga yang membuat sarangny diantara dahan pohon mangga tersebut.

'Ehm sial, kalau aku dengar kata fidaus tadi, jadinya nggak begini' gumam andi, dan segelintir tiba andi teringat 'astagfirullah, kenapa aku bilang seperti, ya allah ampun hamba mu ni ya allah' lalu andi menghusapa kedua mukanya.

"Ini semua karena jarak yang telah memisahkan kita, sehingga semakin lama rasa cinta itu semakin pudar, seakan ada tabir yang menutupi cinta itu, dan sampai kini tak terlihat, kini keduanya hanya merasakan satu rasa, yaitu RINDU"

CATATAN REMAJA MUSLIM 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang