3. Arya: Dating Agency?

108K 5.3K 80
                                    


Tiga hari telah berlalu sejak Mami memintaku membawa pasangan ke pernikahan Livia. Sudah tiga kali pula pipiku ditampar oleh tiga orang wanita yang berbeda. Untung wajahku masih baik-baik saja. Seandainya ada memar yang terlihat, sungguh tidak lucu kalau ditanya kenapa dan harus kujawab, "ini habis ditampar cewek." Harga diriku pasti langsung merosot.

Usahaku tiga hari ini benar-benar sia-sia. Padahal biasanya para wanita berebut untuk kuajak kencan. Tapi kali ini memang agak berbeda. Sedikit ekstrem. Aku meminta bantuan gadis-gadis yang selama ini mengejarku. Mencoba memanfaatkan dengan baik setiap kemungkinan yang ada demi keselamatan hidupku. Mau tak mau aku jadi teringat kejadian tadi, saat makan siang di restoran seberang kantor.

"Gina, aku mau minta bantuan."

"Apa, baby?"

"Hari Minggu nanti temenin aku ke pernikahan sepupuku ya, tapi kalo Mamiku tanya bilang aja kamu calon istriku."

"Maksud kamu pura-pura gitu?"

"Iya."

Derit suara kursi yang tiba-tiba didorong ke belakang, beradu dengan lantai. Tak berselang lama, mukaku basah. Aroma lemon tercium dari wajahku. Sial. Aku disiram dengan lemon juice di depan banyak orang. Belum cukup rasa malu yang kuterima. Sebuah tangan yang melayang tiba-tiba, mampir di wajahku. Rasanya sakit. Semoga saja tidak berbekas.

"Jangan pikir semua wanita bisa kamu begoin, ya!"

Dan wanita yang sukses mempermalukanku melengos pergi, meninggalkanku menjadi santapan lezat belasan pasang mata.

***


"Kenapa tuh muka, ditekuk kayak gitu? Ada masalah sama kehalalan produk?"

Aku mendongakkan kepala untuk melihat sosok yang mengeluarkan suara. Aku menggeleng setelah tahu siapa lawan bicaraku. "Nggak, bukan itu. Produk gue dokumennya udah lengkap, udah dapat sertifikat halal." Beberapa hari yang lalu, aku memang mengajak Reifar berdiskusi soal sertifikat halal untuk produk makanan beku yang baru diluncurkan oleh perusahaanku. Wajar jadinya kalau dia mengira buruknya ekspresi wajahku diakibatkan oleh masalah pekerjaan. "Biasalah, Mami gue," curhatku.

"Disuruh nikah lagi?"

Aku kembali menggeleng. "Lebih parah dari itu."

"Jangan bilang kalo lo dijodohin."

"Jangan sampe deh!" Dijodohkan? No way! Seingatku ini bukan zaman Sitti Nurbaya lagi.

"Lah terus?"

"Mami nyuruh gue bawa pasangan alias calon istri ke nikahan sepupu gue hari Minggu besok. Dapet dari mana coba dalam waktu empat hari?" Kurebahkan kepala ke meja kerja lalu menutup mata. Akhir-akhir ini kepalaku terasa lebih berat dari biasanya. Efek dari banyak pikiran sepertinya.

"Ah. Itu sih gampang. Siniin laptop lo."

Aku membuka mata lalu memberikan laptopku pada Reifar dengan malas. Dia mengambil-alih laptopku dan membuka browser. Dia mengetikkan sebuah alamat di mesin pencari. Onlinewedding.com. Apa itu?

Selamat datang di onlinewedding.com. Sudah dikejar target menikah tetapi belum menemukan pasangan yang cocok? Jangan khawatir, kami siap membantu Anda untuk menemukan pasangan yang tepat. Tidak perlu ragu, kami akan membantu Anda mulai dari perkenalan hingga prosesi pernikahan. Tunggu apa lagi? Segera bergabung dengan onlinewedding.com dan temukan pengantinmu.

Online Wedding (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang