4. Nara: The Way You Look At Me

114K 5.3K 62
                                    


"Mbak Nara, sini deh."

"Apaan Mir?" Aku bangkit dari kursi dan melangkah ke meja Mira, asistenku.

"Liat deh, ada cowok ganteng daftar di onlinewedding.com."

Aku mengalihkan fokus mata ke arah layar komputer Mira yang menampilkan halaman biro jodoh kami. Oh My God. Tampan sekali... ini sih Orlando Bloom versi Indonesia. Ah, sayang sekali aku pemilik biro jodoh. Coba kalau bukan, akan kukencani dia.

"Ganteng-ganteng kok ikut biro jodoh ya, Mbak? Udah nggak ada yang mau sama dia apa?" ujar Mira tertawa kecil.

Belum sempat menanggapi candaan Mira, ponsel di saku kemejaku bergetar. Panggilan masuk dari Reifar. Tumben-tumbenan dia telepon. Paling-paling dia mau bertanya soal Lana lagi. Biasanya kan gitu.

"Halo Rei, tumben telpon?"

"....."

"Maksud kamu, aku harus dahuluin dia dibanding klien-klien lain?"

"...."

"Iya deh, aku usahain, suruh dia nemuin aku aja besok."

"...."

Kuletakkan ponselku di meja. Ada-ada saja si Reifar itu, mentang-mentang yang daftar sahabatnya, aku disuruh nepotisme. Padahal kan aku harus bersikap adil terhadap klien-klienku. Tapi apa boleh buat, daripada nanti Lana ikut turun tangan mengomeliku karena menolak permintaan calon suaminya, lebih baik kuturuti saja permintaannya. Selama tidak merugikan, maka bisa kutolerir.

"Mir, coba cek peserta di biro jodoh, ada yang namanya Kanarya Arfando nggak?"

"Lah, yang tadi kita liatin tadi itu, Mbak."

What? Aku ternganga usai mendengar ucapan Mira. Lelaki ganteng tadi yang kusebut sebagai Orlando Bloom versi Indonesia ternyata sahabatnya Reifar. Benar kata Mira, sepertinya dia memang frustrasi sampai-sampai nekat ikut biro jodoh. Tanpa sadar aku tertawa.

"Kenapa ketawa-ketawa sendiri, udah nggak waras ya, Mbak?"

"Nggak apa-apa Mir, itu si cowok ganteng yang kamu liatin profilnya lagi ternyata sahabatnya Reifar. Barusan Reifar telepon minta sahabatnya itu diduluin daripada klien lain."

"Oh gitu. Oke deh." Sahut Mira mengangguk-anggukkan kepala.

"Jadi Mir, biarin cowok ganteng itu aku yang ngurus. Oke!" Aku mengedipkan sebelah mata pada Mira.

"Iya deh, nurut sama bos aja."

Ini benar-benar kesempatan besar. Tidak akan kusia-siakan. Siapa tahu lelaki itu malah tertarik padaku . , kapan lagi bisa bertemu Orlando Bloom KW satu? I'm coming, Kanarya.

***

Sekarang di sinilah aku berada. Di sebuah restoran saat jam makan siang menunggu klien khususku yang sepertinya akan datang terlambat. Karena dari jam tangan yang terus saja kulirik, sudah sepuluh menit berlalu dari waktu yang dijanjikan. Supaya tidak bosan, lebih baik aku melanjutkan kembali membaca novel yang sengaja kubaca untuk mengusir rasa sepi.

"Maaf, apa Anda Kaynara Asheeva?"

Aku menutup novel yang kubaca. Kuangkat kepala agar bisa melihat sosok yang barusan berbicara kepadaku. Hatiku berdebar. tersekat. Wedding song mengalun indah di telingaku. Dalam bayanganku kini, aku berada di pelaminan. Berdua dengan lelaki di depanku.

Jodohku. Ya Tuhan, Jodohku ada di sini. Aku mau menikah sama lelaki ini, bisikku dalam hati.

Masih dengan debaran gila di dada, kuamati wajah tampan yang tersaji di depan mataku. Wajah putih bersih, tulang pipi yang tinggi, rahang kokoh, bibir tipis, tapi penuh dan kemerahan. Sempurna. Menyegarkan mata.

Online Wedding (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang