"Masih pagi kok udah kusut aja tuh muka."ucap Arfano nyerocos.
"Jangan-jangan lo takut kalau kita gak akan sekelas lagi?"tanya Arfano pada Amanda.
"Dih apaan ya?PD lo Fan astaga."
Amanda berjalan meninggalkan Arfano yang tertinggal di koridor. Lalu,Arfano lari mengejar Amanda dan mencoba mensejajarkan jalannya"Kalo nanti kita gak akan sekelas,lo bakal jadi sekretaris nya Nda?"ucapnya.
"Gak tau,kalo udah dipilih mau gimana lagi."
"Gimana nanti kalo ketua kelas nya bukan gua lagi Nda?"
"Ya itu bagus banget."
"Kok bagus sih Nda?"
"Gue jadi bebas."
Amanda berjalan menuju mading sekolah,melihat daftar kelas IPA,lalu mulai mencari namanya.
Arfano menyender pada dinding disebelah mading,sambil memperhatikan wajah Amanda yang begitu serius"lo cantik kalo lagi serius gini Nda."ucapnya.
Amanda yang mulanya serius,wajahnya berubah jadi menyeramkan yang membuat Arfano mengernyitkan dahinya.
Arfano mencoba mengikuti arah pandangan Amanda.
IPA-5
Bola mata Arfano melihat absen bernomor 6 : Arfano Dikara.
Lalu,memperhatikan baris diatasnya yang bernomor 5 : Amanda Mutiara.
Arfano tersenyum kemenangan,sedangkan Amanda menggerutu saja didalam hatinya. Mood nya sudah hancur pagi ini.
***
"Jadi siapa yang ingin mencalonkan diri sebagai ketua kelas IPA-5?"
Dengan gaya sombong,Arfano jalan ke depan bersamaan dengan Arga.
"Yang ingin mencalonkan diri sebagai sekretaris nya siapa?"tanya walikelas mereka,Miss Dinda.
Beberapa siswi mengangkat tangan,terkecuali Amanda. Ia enggan,sangat.
Arfano menggerutu kesal.
Miss Dinda jadi bingung,banyak sekali yang ingin menjadi sekretaris.
"Karena banyak siswi yang berminat,bagaimana kalo kita voting ketua kelas dulu?"
"Yang pertama,siapa yang setuju Arga jadi ketua kelas?"
Sebagian orang mengangkat tangannya,termasuk Amanda.
"Yang kedua,siapa yang setuju Arfano jadi ketua kelas?"
hampir semua anak kelas IPA-5 mengangkat tangannya mengatakan setuju,bahkan siswi banyak yang berteriak histeris.
"Sudah dipastikan,Arfano jadi ketua kelas ya. dan maaf Arga kamu jadi wakilnya ya."ucap Miss Dinda yang membuat Arfano tersenyum kemenangan pada Amanda.
"Karena kamu ketua kelas,kamu bisa memilih siapa saja yang cocok jadi sekretaris di kelas IPA-5"ucap Miss Dinda yang membuat Arfano senyum dengan bangganya.
Amanda?ia hanya ingin pindah kelas saja,kalau bisa pindah planet kalau perlu.
***
Amanda berjalan di koridor sendirian,ia malas melihat tatapan-tatapan dari kaum adam yang ingin menggodanya itu.
Dari arah berlawanan,Arfano berjalan bersama ke-tiga temannya itu yang membuat siswi-siswi berteriak heboh.
Pandangan mereka sempat bertemu beberapa detik,tapi Amanda memutuskan kontak mata mereka. Dan Amanda ingin berbalik arah.
Tetapi dengan sigap Arfano mencekal lengan Amanda dengan lembut.
"Mau kemana sih sekretaris kesayangan gue?Kayaknya buru-buru banget."ucap Arfano sambil menyengir tanpa dosa,membuat Amanda jengkel setengah mati.
"Kantin"ucap Amanda singkat,sambil melirik ketiga teman Arfano.
"Amandaa,ya amplop Mas Gibran kangen,peluk dong Nda kiss juga boleh''ucap salah satu teman Arfano yang membuat Arfano memutar bolanya malas.
"Ohiya,Kita bakalan sekelas lagi loh Nda."ucap Nanda pada Amanda.
"Amanda pasti seneng banget tuh,ya ga Nda?"tanya Satria.
Amanda hanya menghela nafasnya dengan kasar,ia bosan sekelas lagi dengan orang-orang itu. Sangat bosan.
"Lepasin kali itu tangan etdah nyaman banget mas nya"celetuk Gibran. Yang sontak Amanda langsung menarik tangannya kembali.
"Jangan lupa absen semua siswa-siswi kelas IPA-5."ucap Arfano sambil mengacak-acak rambut Amanda dengan halus dan langsung meninggalkan Amanda dengan ketiga temannya.
Amanda sangat kesal,ia terus mengumpat dalam hatinya. Ia jalan terburu-buru menuju kantin untuk menemui kedua sahabatnya.
Sesampainya dikantin,Mata Amanda mencari sosok sahabat yang kembar itu.
"Amandaaaaa"teriak Vani yang sontak membuat Amanda mencari sumber suara.
"Lama ya?"tanya Amanda. Yang mendapat anggukan dari kedua sahabatnya itu.
"Yang tabah ya Nda"ujar Vani sambil terkekeh.
""Lo tau ga sih?Gue jadi sekretaris lagi sial."gerutu Amanda.
"Astaga lo lagi lo lagi Nda ngakak"ucap Vani sambil meledek.
"Tapi gua dipilih sama si idiot itu,gue gak nyalonin diri padahal."ucapnya.
"Arfano yang milih?Astagfirullah."ucap Vina.Amanda mengangguk,yang membuat Vani menenggelamkan wajahnya di meja kantin.
***
Arfano dan Amanda
Dari kelas 5 SD,mereka selalu sekelas. Duduk pun bersebelahan karna sesuai absen.
"Udah sih Nda,yang penting lo gak sebangku lagi sama si abang idiot tapi gans itu"ucap Vina.
"nah benar sekali mbak nyah"ucap Amanda.
"Amandaaaa"panggil seseorang yang membuat Amanda mencari arah sumber suara.
"A-man-daaa"ucapnya dengan nafas yang terengah-engah.
"Eh Desi,kenapa?"tanya Amanda
"Gue gak bisa duduk lagi sama lo,maaf ya"ucap Desi dengan nada ragu.
Amanda menatap Desi meminta penjelasan.
"Gue disuruh pindah sama ketua kelas,kalau gue gak mau nanti gue di kiss"ucap Desi polos.
Vani dan Vina menatap Amanda ngeri. Ia sudah marah,pasti. Kesal,sudah jelas. Arfano memang harus diberi pelajaran.Amanda bangkit untuk mencari Arfano.
"Eh Nda mau mana sih?duduk dulu."ucap Vina.
"Mau cari Arfano,gua cabut duluan deh Van,Vin,Des."ucap Amanda,yang disambut anggukan kedua sahabatnya dan satu teman kelas nya itu.