***
"Malam Nda"ucap Arfano yang membuat Amanda dan Silvia menoleh pada sumber suara.
Amanda mengernyitkan dahinya bingung"Lo ngapain disini Fan?"ucap nya sambil melihat sekeliling cafe.
Mata Amanda menemukan 3 sekawan yang sedang melambaikan tangan. Dan satu nya lagi sedang berada di meja Amanda.
Amanda mendengus.Sedangkan,Arfano tersenyum dengan bangganya.
Silvia tampak bingung.
"Siapa Nda?"tanya Silvia.
Arfano mengulurkan tangannya spontan pada Silvia"Arfano,teman spesial nya Amanda"ucapnya santai yang membuat Amanda membelalakan matanya.
Silvia terkikik geli melirik Amanda.
"Silvia,pacar abangnya Amanda."ucap Silvia sambil membalas uluran tangan Arfano.
"Sayang banget ya udah punya pacar."ucap Arfano membuat Amanda ingin menendangnya jauh-jauh.
Andai saja disini ada Albi,sudah dipastikan esoknya Arfano hanya tinggalah nama.
Tiba-tiba darah keluar dari hidung Arfano,Amanda panik bukan main.
"Fan hidung lo berdarah?Lo gak papa?"
"Enggak papa gua pergi dulu ya Nda."
Arfano meninggalkan Amanda,Amanda terus saja berpikiran negatif. Opini di kepalanya sudah penuh,ia mengkhawatirkan Arfano. Sangatt!
"Temen lo Nda?"tanya Silvia.
"Bukan,gue gak tau siapa."
"Temen spesial lo bukannya?"
"Idih najis,temen sekelas doang galebih"
"Masa iya pas dia hidung nya berdarah lo panik nya bukan main?"
"Tauah sebel gue"
Amanda memandangi Arfano yang sudah duduk di kursi nya dengan cemas,Lalu Arfano tersenyum tulus pada Amanda. Yang membuat hati Amanda bergetar. Sungguh!
"Players ya Nda doi?"tanya Silvia.
"Iya ko tau?"
"Udah keliatan dari cara dia kenalan sama gue tadi"
"Namanya juga Arfano yaudah biarin aja lah."
"Hati-hati Nda?"
"Hati-hati buat apaan?"
"Tar jatuh bahaya."
"Jatuh apaan lagi?"
"Jatuh cinta sama players."ucap Silvia membuat Amanda mendengus sebal.
***
Ketika Arfano balik ke meja nya,wajahnya semakin pucat. Ketiga sahabatnya sangat khawatir.
"Fan lo beneran gak papa?"tanya Gibran
"Gak papa Gib paling gua kecapean ya kayak gini."
"Lo pulang aja Fan kita anterin deh yu"ujar Nanda
"Gak usah,gue cabut duluan ya"
Arfano pamit,sambil bertos ala cowok. Ketika ia bangkit dari duduknya,pandangannya sempat bertemu beberapa detik pada Amanda. Amanda tersenyum,Arfano tersenyum balik lebih hangat.
Amanda merasa ada luka dibalik senyum Arfano.
Mata Arfano menyiratkan banyak lembaran luka yang Arfano simpan sendiri.Arfano membuka pintu cafe dan bergegas pergi menggunakan motor sport nya yang berwarna hitam itu.
"Gue cabut duluan,nyokap biasa lah."alibi Gibran.
"Yah gak seru lo Gib,masa kita berdua doang."ujar Satria.
"Yah gak papa kan sama sama jomblo ini."ujar Gibran langsung bangkit dari duduknya dan melakukan hal yang sama seperti Arfano tadi bertos ala cowok dan langsung bergegas pergi.
Gibran menambah kecepatan motornya,ia sangat khawatir pada Arfano. Hanya Gibran lah yang mengetahui semua perasaan Arfano pada Amanda.Ia sangat dekat,sehingga jika Arfano merasa tersakiti Ia pun merasa tersakiti juga begitupun sebaliknya.
Arfano berhenti di Rumah Sakit,ia memarkirkan motornya. Gibran pun mengikuti tanpa sepengetahuan Arfano.
Arfano masuk pada ruangan,Ia hanya mendengar percakapan Arfano dengan seorang dokter karena pintu nya tidak tertutup terlalu rapat,jadilah percakapan kedua nya terdengar sangat jelas.
"Dok sisa hidup saya tinggal berapa bulan lagi?"
"Arfano,kamu bisa bertahan lebih lama jika rutin terapi. Tetapi kamu malah tidak pernah sekalipun menjalankan terapi itu."ucap dokter itu.
"Percuma dok,kalo Saya terapi juga gak bakal ngilangin kanker saya kan?"
"Tapi mencegah lebih baik Fano,kanker kamu sudah stadium 4 akhir. Itu sangat ganas Fano."
Tanpa kedua nya sadari,ada seseorang yang ikut rapuh juga. Iya Gibran sahabat dekat Fano.Saat mengetahui Arfano mengidap penyakit yang sangat ganas itu,ia sangat terpukul.
Bagaimana bisa Arfano tersenyum tiap harinya sedangkan penyakitnya terus menggerogotinya?
"Kalau begitu terima kasih Dok,saya permisi."
"Iya sama-sama Fano."
Gibran tidak sadar ketika Fano sudah membuka pintu. Arfano kaget bukan main ketika ada Gibran.
"Lo ngapain disini Gib?"tanyanya.
"Ah engga ngapa-ngapain Fan?"ucapnya gugup.
"Lo udah denger semua percakapan tadi ya?"tanyanya dengan tawa miris.
"Lo gak seharusnya nyembunyiin ini dari kita Fan,ini bahaya banget buat lo. Gimana bisa lo mau jagain Amanda lagi nantinya?Lo harus sembuh Fan."
"Satu berbanding seribu Gib angka kesembuhan gue. Dan itu kata gue mustahil banget."
"Yang penting kan ada satunya Fan,lo jangan putus asa dulu."
"Udah yu balik kenapa jadi mellow gini sih Gib?"canda Arfano.
Bayangkan saja,Arfano sudah memikul beban yang terlalu banyak saja masih bisa tersenyum ceria.
Arfano dan Gibran keluar dari Rumah Sakit setelah mengambil motornya. Dan ia berjalan beriringan,saat di depan kompleks mereka terpisah karena beda blok rumah.
"Gue duluan Fan,Hati-hati"
"Iya Gib,Hati-hati juga."