ARDA-05

24 4 1
                                    

***

"Gua balik duluan ya Nda"ucap Desi sambil melambaikan tangannya pada Amanda. yang dibalas dengan anggukan oleh Amanda. Lalu,Desi langsung bergegas pergi.

Amanda masih dikelas,masih mengurus absensi Kelas XII IPA-5. Ia baru tersadar,akhir-akhir ini Arfano sering menyendiri. Tak ada gurauan yang Arfano lakukan pada Amanda. Saat Amanda sudah selesai,ia bangkit dari duduknya. Berjalan menuju keluar kelas. Saat di pintu kelas,Arfano memanggil."Ndaa"ucapnya parau. Amanda melihat Arfano sangat pucat. Ia jadi panik sendiri.

"Kenapa fan?"ucapnya Khawatir.

"Kalo nanti lo balik lewat lapangan basket tolong panggilin Gibran ya,tolong banget ya Nda."ucapnya lemah.

"Ohiya iya,Lo gak papa Fan?Lo pucet banget,gak mau gue anter ke UKS?"

"Enggak usah Nda,Makasih"ucapnya sambil tersenyum. Lagi-lagi Amanda berpikir bahwa ada luka dibalik senyum itu.

"Oke deh gua duluan Fan."

"Ndaa"

"Kenapa Fan?ada yang bisa dibantu sama gue?"

"Hati-hati ya."

"Iya Fan makasih"ucap Amanda sambil tersenyum hangat.Ia merasa ada perasaan hangat didalam hatinya,Amanda yakin itu.

Amanda bergegas ke lapangan basket untuk memanggil Gibran. Ia mencari Gibran dan pandangannya menemukan Gibran di ujung lapangan.

"Gibrannnnnnnn"teriak Amanda membuat Gibran mencari asal sumber suara. Gibran langsung berdiri dan mendekati Amanda"Kenapa Nda?"tanyanya."Lo disuruh Arfano ke kelas,dia pucat banget Gib. Dia kenapa sih?"tanya Amanda khawatir.

"Gak papa biasa kecapean emang suka gitu doi,Makasih ya Nda gue duluan."ucap Gibran terburu-buru.

Memang Gibran menyembunyikan masalah penyakit Arfano,pada Nanda dan Satria pun ia tutup mulut apalagi dengan Amanda orang yang Arfano cintai.

Amanda melihat punggung Gibran menjauh,ia berpikir sepertinya ada masalah besar yang disembunyikan keduanya. Amanda berjalan menuju gerbang,ia ingin mencari angkutan umum. Albi tidak bisa menjemputnya,karena ada jam kuliah. Terdengar suara berat dari seseorang,"ternyata lo belum pulang ya nda?"ucapnya. Amanda menoleh ternyata ia mendapati Arkan.

Arkan teman Amanda dari SD juga.Tetapi sekarang ia berbeda,karena Arkan kelas XII IPS-1

Amanda tersenyum kecil.

"Iya Kan,lo juga belum pulang?"tanyanya.

"Tugas OSIS biasa lah"

"Buku Absensi?lo jadi Sekretaris lagi?"tanya Arkan.

Amanda menjawab dengan anggukan.

"Gue gak nyalonin diri sih untuk kali ini,tapi Arfan yang milih gue."ucap Amanda tidak sadar,yang membuat keadaan semakin panas. Karena Amanda salah bicara.

"Sorry kan,sumpah gue gak bermak-"ucap Amanda dipotong oleh Arkan.

"Santai aja Nda,gue gak papa."ucap Arkan langsung pergi meninggalkan Amanda.

Amanda merasa bersalah pada Arkan,seharusnya ia kontrol mulutnya itu. Bawaan lahir memang susah.

***

Author POV

Arfano masuk ke kelas IPA-5 dengan wajah 3L. Lemah,Letih,Lesu. Arfano baru saja keluar dari kantor BP karena kelas IPA-5  yang terlalu berisik dan selalu ribut. Arfano dituding sebagai ketua kelas yang tidak bertanggung jawab pada tugasnya.

Jadi,Arfano ditugaskan untuk mendiamkan seluruh murid kelas IPA-5,kalau tidak berhasil maka nilai Arfano akan di beri Diskon dan posisi Arfano sebagai ketua kelas akan digantikan dengan Arga. Tentu saja Arfano tidak mau.

"Gue disuruh diemin ni kelas,gue males ribut. Jadi lo semua jangan pada ribut."ucap Arfano tegas.

Terdengar suara ribut dari sudut kelas

"Rey,tadi gue bilang apa?"Jangan ribut."ucap Arfano tegas.

Keadaan sangat hening,hanya ada suara deruan nafas saja.

"Bangsat lo Rey ah."ucap Galang yang membuat Arfano marah tetapi ia sabar.

Karena jika emosi nya tidak terkontrol Arfano akan mengeluarkan darah lagi dari hidungnya. Arfano tidak mau terlihat lemah didepan banyak orang apalagi sampai dikasihani.

"Apaan si lang."ucap Rey yang membuat keadaan hening menjadi berisik kembali.

Saat Arfano sudah mengepalkan tangannya,dan bersiap untuk bangkit. Ada sebuah tangan yang mencekalnya.

"Bukan kaya gitu caranya."ucap Amanda lembut,membuat emosi Arfan menurun seketika.

Arfano terasa lebih tenang saat Amanda berbicara seperti itu apalagi sampai menyentuh tangannya.

Amanda bangkit dan berjalan menuju ke depan kelas dan ia berbicara.

Yang membuat keributan bakal gue laporin ke Guru BP dan gue bikin Absen selama seminggu kedepan.

Lalu Amanda melanjutkan omongannya tadi"Gue tau lo semua anak yang aktif,tapi untuk kali ini aja lo semua diem.Kita lagi banyak masalah,jangan bikin beban terus buat kelas IPA-5."ucapnya tegas.

Amanda kembali duduk,Arfano tersenyum kepada Amanda.Lalu ia mengacak-acak rambut Amanda. Membuat pipi Amanda bersemu merah seperti tomat. Lalu Amanda mengalihkan pandangannya.

"Gak usah malu gitu kali,gue udah lihat Nda. Oh iya gak sia-sia gue milih lo buat jadi sekretaris."ucap Arfan tulus.

Amanda menoleh pada Arfano dan tersenyum balik. "Sama-sama Fan."ucapnya.






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 10, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang