Tidak seburuk itu

7 1 1
                                    

=author POV=

Pagi ini Zahra di perbolehkan pulang dengan keadaannya yang stabil. Hari ini memasuki hari ke empat yang di mana satu hari lagi acara perjodohan akan di laksanakan. Kosong,keadaan Zahra saat ini kosong. Mulai dari esok dia tidak akan bisa melakukan hal menyenangkan bersama teman-temannya. Jangan di kira dengan memiliki nama Zahra maka segala tingkah lakunya akan sebaik Fatimah Az-Zahra putri rasulullah. Zahra yang ini kebalikannya. Zahra di kenal seorang BAD GIRL di campusnya. Kenakalannya pun tak melebihi nakal anak sekolah.
Sedang asik-asiknya melamun,suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya.
"Zahra?mama boleh masuk?"
Dengan cepat Zahra mengusap air matanya dengan kasar.
"I-iya ma,masuk aja"
Pintu pun terbuka menampilkan wanita yang sudah berumur.
"Lagi apa kamu?" Ucap Yeni,mama dari Zahra.
"Gak ada kok,ma. Mama sendiri ada perlu apa ke sini?" Heran Zahra. Perlahan sang mama mengulas senyum tulus dan sendu.
"Kamu udah besar ya?gak nyangka bentar lagi udah nikah. Maafin mama ya selama ini gak pernah perhatiin kamu. Maafin mama yang maksa kamu buat setuju pada perjodohan ini. Satu pesan buat kamu dari mama jangan pernah benci seseorang walau dia pernah melakukan sesuatu yang salah padamu. Banyak-banyak memaafkan ya,ra" perlahan tapi pasti,tetes demi tetes bening mengalirsdari mata indah Yeni.
"Ma,mama kenapa sih?jangan nangis dong. Meski nanti Zahra udah nikah,Zahra bakal tetep sering-sering kesini kok ma" ada rasa sedih di hati Zahra saat menghapus air mata mamanya. Zahra tau seberapa sibuk Yeni dan Adi bekerja hingga sangat sedikit waktu untuk bersama.
"Zahra harus janji ya sama mama. Zahra harus berubah saat bersama suami Zahra nanti. " memang Yeni sedang tersenyum,tetapi hatinya teriris dengan rasa bersalah yang mendalam.
"Iya ma,Zahra pasti janji" kata Zahra sambil memeluk mamanya erat.

********

"Mas dik, ayo cepet ntar selak  di marahi tante tuh lo" ujar Meta sambil berteriak pada kakaknya
" ya ya,tunggu ni aja belum selesai kok"
"AAAA KOK JELEK GINI TOH BUNGANYA MAS" sekali lagi Meta berteriak tepat di telinga Diki. Jika saja Diki tidak ingat bahwa Meta adalah adiknya maka sudah habislah Meta di tangannya.
" aku gak bisa ta, nganyam bunga.  Wong aku cowok."
"Bilang kek dari tadi. Biar ntar tak bilangin tante biar di marahin." Ucap Meta yang lansung berlari menuju Yeni.
" T*i kau dek" diki mengacak rambutnya karena geram sendiri.
"Loh,Diki kenapa?" Tanya Zahra sambil memperhatikan karangan bunga yang berceceran.
"Ini mbak,aku gak bisa nganyam bunganya."
"Oh,sini tak ajarin biar bisa."
Dengan telaten,Zahra mengajari Diki menganyam bunganya. Sesekali mereka bersenda gurau karena lelucon yang mereka buat. Jangan heran bila mereka akrab. Diki itu kakak dari Meta yang berarti mereka bersaudara.
"Mbak boleh tanya gak?"
"Boleh,tanya aja" kata Zahra yang masih fokus pada karangan bunganya.
"Mbak Zahra udah tau calonnya kayak apa?"
Seketika Zahra menoleh. Iya juga ya pikir Zahra.
"Belom sih" Zahra sedikit menunduk membayangkan apabila calonnya udah bapak-bapak. Segera Zahra menggeleng kuat-kuat.
"Tapi kalau akunya tau mukanya,gak asik juga" ucap Zahra di akhiri senyuman
"Emang mbak gak takut semisal calonnya udah tua?" Satu jitakan mendarat di kepala Diki
"Sembarangan ae kalau ngomong. Tante sama Om mana mungkin jodohin anaknya yang cantik begini sama bapak-bapak" ujar Yeni yang kebetulan lewat dan mendengar penuturan Diki.
"Udah-udah cepet kelarin tuh karangan bunganya. Mama,tuh di panggil ayah." Ujar Ikhsan,kakak *angkat* Zahra.

"Zahra ikut mas sebentar yuk"
Ajak Ikhsan
"Kmana?"
"Ke tempat ctraing makanan. Mas lupa jalannya,ya wajar mas udah lama gak di sini." Kata ikhsan sambil tersenyum manis.
"Ya udah ayo" Zahra menarik Ikhsan tetapi Ikhsan masih diam di tempat
"Loh ayo mas"
"Kmu gak ganti baju?" Kening Ikhsan berkerut.
"Iya,kenapa?"
"Gak pake kerudung?"
Zahra menghela nafas panjang.
"Belom siap mas. Ayok cepetan ntar lagi Zahra mau ke salon"
"Ya udah ayok. Diki lanjutin ya sama Meta. META SINI BANTUIN MAS DIKI NYA"

*******

"Mau yang menu apa?"
"Lalapan aja mbak"kta Ikhsan sambil memeberi beberapa lembar uang.
"Terima kasih atas pesanannya"
Ikhsan hanya tersenyum menanngapi. Jika orang yang tidak tau maka Zahra dan Iksan suami istri. Bagaimana tidak? Zahra saja berjalan sambil bergelayut manja di lengan Ikhsan,sedangkan Ikhsan tak pernah merasa risih sedikit pun bila itu adiknya.

"Mas,sekalian sekarang aja ya ke salonnya?temenin Zahra." Ucap Zahra yang masih pada posisinya.
"Mau ngapain?kan acaranya masih besok. Lagian mama bakal bawa penata riasnya ke rumah dek."
Bibir Zahra dengan cepat manyun beberapa centi karena kesal.
"Zahra mau warnain rambut,mas" seketika ikhsan tersenyum lebar membuat Zahra bingung.
"Kenapa mas?kok senyum"
"Gini dek. Warnain rambut itu gak salah. Cuman kan kata mama kamu janji mau berubah,nah dari hal kecil kayak gini kamu berubah dek. Daripada uangnya di buat warnain rambug,mending di tabung aja" kata ikhsan sambil menepuk-nepuk kepala Zahra dengan lembut.
"Iya mas,Zahra coba ya" ujar Zahra yang juga tersenyum cantik.


Vote&coment ya guys
Karena masih belajar,sangat di butuhkan tanggapannya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta illahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang