***
Semakin lama Rafa semakin bingung dengan semua yang terjadi. Ia tak tau apa yang ia lewatkan sebenarnya. Pertama, mamahnya melarangnya pacaran, dan kedua, dia sering memergoki mamahnya menelepon seseorang dengan percakapan yang aneh. Rafa merasa pusing jika memikirkan itu semua. Ia memilih untuk melupakan itu sejenak dan fokus pada rencananya.
Rafa sedang sibuk memikirkan kado untuk Juan. Yah, hari ini Juan berulang tahun yang ke tujuh belas tahun. Rafa, Yuri, dan Jodie sedang mengatur rencana untuk membuat Juan terkejut. Sekarang Jodie baru saja pindah ke sekolah Juan dan masuk dikelas yang sama.
Yuri memberi usul sebaiknya mereka memotong kambing untuk acara ulang tahun Juan kali ini. Sementara Jodie mengusulkan kalau mereka harus tumpengan untuk perayaan ini. Oke ide itu tak membantu sama sekali.
Rafa semakin bingung menentukan perayaan apa yang harus mereka buat untuk Juan.
"Gimana kalo lo nge-prank Juan minta putus?" Kata Jodie yang mulai masuk akal. Yuri mengangguk setuju dengan rencana Jodie. Tapi Rafa merasa ide itu kurang baik. Bagaimana kalau Juan setuju?. Rafa tak mau sampai beneran putus dari Juan. Rafa takut ambil resiko.
"Gimana kalo lo ngajak Juan jalan ke tempat favorit kalian?" Ini kata Yuri. Rafa berfikir sejenak. Mereka sudah sering jalan berdua, itu terkesan biasa aja untuk kejutan ulang tahun. Apalagi umur Juan yang ke tujuh belas, yang menurut orang itu sakral karena di usia itu orang mencapai kedewasaan. Rafa menolak rencana itu.
Mereka bertiga semakin bingung akan rencana yang akan mereka putuskan. Yuri bahkan sampai menjedotkan kepalanya ke bangku saking bingungnya.
Untung hari ini Juan terlambat masuk, jadi mereka bisa mendiskusikan rencana mereka lebih lama. Tapi ini sudah terlalu lama. Kemana Juan? Tak biasanya dia sampai selambat ini. Apa ada masalah? Semoga tidak. Rafa mencoba meyakinkan diri.
Rafa mulai khawatir dengan Juan. Ia berinisiatif untuk menelepon Juan dan menanyakan keadaannya. Tapi Juan sama sekali tak mengangkat telepon dari Rafa.
Rafa menjadi semakin khawatir dengan Juan. Tak biasanya Juan tak mengangkat teleponnya, bahkan dalam keadaan darurat sekalipun.
***
Di sisi lain, dikamar yang tampak begitu gelap, tak ada satupun lampu yang menyala, semua gelap, tirai tertutup rapat. Daripada kamar, itu terlihat lebih mirip ruang bawah tanah. Sangat gelap dan terlihat suram.
Diatas kasur nampak seseorang yang sedang duduk memeluk lututnya, keadaannya berantakan. Rambutnya acak-acakan, serta lingkaran hitam disekitar matanya. Dering ponsel yang terus menurus berbunyi bahkan tak ia gubris. Dia sedang benar-benar dalam keadaan kacau. Bahkan ia tak menghiraukan suara pintu yang diketuk dari luar.
Semua ini terjadi karena kejadian semalam. Juan menjadi berantakan seperti ini karena kejadian itu.
Juan terus memikirkan tentang kejadian itu. Kejadian yang akan merubah seluruh jalan hidupnya. Ia tak tau dengan keputusan yang ia pilih. Apakah itu benar atau justru malah menghancurkan semuanya kelak. Tapi Juan yakin akan pilihannya walaupun nanti akan berakibat pada masalah besar.
Dengan lemah Juan bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah nakas yang ada dikamarnya. Juan menatap lekat kearah ponselnya yang terus berbunyi dari tadi. Di layar ponsel itu tertera beberapa panggilan tak terjawab, Juan menghiraukannya. Dia berjalan ke arah lemari pakaiannya. Mengeluarkan pakaian dan memasukannya kedalam koper yang cukup besar. Air mata Juan terus menetes. Tanpa isakan, hanya deraian air mata yang mengisyaratkan kepedihan yang mendalam. Ini adalah tangisan tersakit yang pernah Juan rasakan.
Juan menutup koper yang sudah terisi penuh dengan semua bajunya. Ia berjalan kearah kamar mandi dan membersihkan dirinya. Tak lama setelah mandi dan berpakaian, Juan mengambil ponsel yang ada di nakas dan berjalan gontai ke arah kasur. Ia menjatuhkan tubuhnya yang lemah dan menarik selimut sampai ke dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (Not) Bad Boy [End]
Lãng mạn"Cukup inget, gue cinta sama lo, dan itu berlaku selamanya." Kata-kata yang hanya bisa membuat Rafa dan Juan merasakan sakit jika mengingatnya. Kata-kata yang dulu membuat mereka bahagia sampai akhirnya menghancurkan keduanya. Juan hidup dengan rasa...