It's Imposible (Author)

4.4K 308 44
                                    

"Tunggu bentar" kata Rafa pada orang yang sedang meneleponnya. Ia memutus sambungan telepon dan bersiap untuk menemui orang yang menunggunya.

Rafa turun dari lantai dua dimana kamarnya berada. Ini sudah tiga hari sejak ia keluar dari rumah sakit yang berarti hasil tes darahnya telah keluar.

Rafa menuruni setiap anak tangga dengan pelan. Semakin hari fisiknya semakin melemah ditambah dengan pikiran yang terus kacau karena memikirkan Juan. Entah kenapa sangat sulit bagi Rafa untuk melupakan Juan. Semakin Rafa mencobanya semakin ia tak bisa.

Rafa berjalan kearah pintu rumah dan membukanya. Sosok tampan dengan rambut hitam legam yang menambah ketampanannya sedang berdiri menunggu Rafa. Ia memberi senyum manis kepada Rafa yang dibalas dengan senyuman yang sama. Darent terlihat sangat tampan dengan rambut hitam. Ia menuruti perintah Rafa yang menyuruhnya menghitamkan rambut.

"Maaf nunggu" kata Rafa lemah yang diangguki Darent tanda tak masalah. Darent berlari membukakan pintu untuk Rafa. Rafa naik dan memasang sabuk pengamannya.

"Lo kuat kan?" Darent menanyakan kondisi Rafa yang terlihat sangat lemah. Darent merasa kasihan dengan Rafa jika melihat keadaan Rafa yang seperti ini.

"Iya" Rafa tersenyum lemah kearah Darent dan mengatakan bahwa ia kuat. Sebenarnya ia memang sangat lemah hari ini. Tapi ia tak mau membuat Darent khawatir.

"Kalau gak kuat bilang yah" kata Darent kemudian melajukan mobilnya.

Hari ini mereka akan pergi ke rumah sakit untuk mengambil hasil tes darah Rafa. Awalnya Rafa ingin mengambilnya sendiri, tapi Darent tak memperbolehkannya karena kondisi Rafa saat ini sedang lemah, jadi Darent memutuskan untuk mengantar Rafa.

Ditengah perjalan Darent tak pernah berhenti menoleh kearah Rafa. Ia khawatir dengan kondisi Rafa yang semakin lama benar-benar menjadi sangat lemah. Ia takut terjadi apa-apa.

Tak ada yang berbicara dalam perjalanan mereka. Darent merasa sedikit sakit hati. Mungkin memang benar Rafa telah memintanya untuk membuatnya jatuh cinta. Tapi dari yang selama ini Darent amati, tak ada sedikit pun tanda bahwa Rafa akan mencintainya, sebaliknya Rafa malah tak pernah bisa berhenti memikirkan Juan.

Darent mulai memahami Rafa. Ia paham kalau tak ada yang bisa menggantikan Juan. Mungkin ia memang ditakdirkan untuk mencintai Rafa tanpa balasan. Darent sangat menginginkan balasan Rafa. Tapi ia juga tak ingin egois dengan memaksakan Rafa. Ia akan terus berusaha membuat Rafa mencintainya. Karena ia percaya jika cinta akan datang dengan ketulusan. Ia yakin bahwa ketulusannya akan meluluhkan hati Rafa dan membuat Rafa mencintainya, bahkan menggantikan posisi Juan.

Sepanjang perjalanan Rafa hanya diam dan sesekali menatap kearah Darent yang juga menatapnya sesekali. Saat pandangan Darent sedang fokus pada jalan yang mereka lalui, Rafa memandangi wajah Darent dalam. Ia mengamati wajah Darent lekat. Wajah Darent sangat tampan, rambut legam serta alis tebal membuat wajahnya terlihat lebih tampan, ditambah hidungnya yang mancung nyaris membuat dirinya sempurna. Tapi entah kenapa Rafa tak bisa mencintai Darent, walaupun Darent nyaris tak memiliki kekurangan. Rafa tetap saja tak mencintainya. Cinta Rafa tak pernah hilang dari Juan. Tapi semakin memikirkannya hati Rafa hanya terkoyak.

Rafa menoleh ke arah luar jendela. Ia tak ingin memikirkan tentang Darent ataupun Juan saat ini. Yang ia pikirkan saat ini adalah bagaimana hasil tes darahnya. Semakin hari kondisi fisiknya semakin melemah. Bukan karena ia terlalu larut dalam kesedihan, tapi kondisi fisiknya lah yang memang menurun. Ia tak pernah lagi terlalu memikirkan Juan. Ia merasa jenuh dan kebal akan rasa sakit karena Juan. Sedikit demi sedikit ia berhenti memikirkan Juan. Bukan melupakan, hanya berhenti memikirkannya. Karena ia pun tau, melupakan Juan akan sangat sulit baginya.

I'm (Not) Bad Boy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang