ㅡ pertama kali

448 100 16
                                    

"kak!"

mark tersentak saat lengannya ditepuk-tepuk pelan, ia mengusap wajah dan buru-buru melihat ke arah layar ponselnya. kunci layar menunjukkan pukul lima sore, lewat tujuh menit. merutuk dalam hati kenapa ia begitu mudah tertidur di pos satpam, sehingga hari ini ia tidak bisa melihat jaemin pulangㅡ

"kak?"

suara itu terdengar tidak asing di telinga mark walaupun tidak pernah bicara langsung. mark mengangkat wajah dan menemukan raut bingung bercampur heran milik jaemin.

"saya disuruh bangunin kakak," raut jaemin terlihat merasa tidak enak, "maaf mengganggu, tapi gerbangnya udah mau ditutup. apa kakak nggak pulang?"

"gue pulang, kok. cuma ketiduran tadi." mark membalas cepat, merasa malu seolah ia telah tertangkap basah. namun mark adalah mark, ia dikenal punya seribu wajah, dalam arti yang tidak negatif. ia bisa menyembunyikan rasa malunya itu dengan cepat dan bertingkah sewajarnya. "lo sendiri?"

"saya juga mau pulang, kak."

"oh," mark bingung mau membalas apa, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sejenak, dan mencoba menguji keberaniannya, "pulang pakai apa?"

"pakai bis, kak,"

"boleh bareng?" mark menelan ludah, kalimat ajakan itu terlontar begitu saja, keluar dari mulutnya. ia sangat ingin memukul jidatnya sendiri saat ini.

namun jaemin tersenyum, terlihat geli, "boleh,"

agaknya hari ini, mark sedang beruntung. setidaknya ini komunikasi langsung pertamanya dengan na jaemin.

.
.
.

mark mengikuti langkah jaemin menunggu di halte, tanpa bicara sama sekali. jaemin tidak sedatar sebelumnya, ia sedikit tersenyum tipia dan sinar matanya lebih ramah, saat ia duduk, ia menyilakan dengan sopan agar mark duduk di sebelahnya.

mungkin hanya sebagai bentuk formalitas karena mark adalah kakak kelasnya, mungkin begitu. karena mark tidak menampik bahwa jaemin memang sangat sopan. ia hanya melirik sekilas jaemin yang bersandar dan menatap keluar, tidak ingin tertangkap basah untuk hal yang memalukan.

tiba-tiba, ketenangan itu buyar kala ponsel jaemin berdering dari dalam sakunya. kelabakan, jaemin segera meraihnya dan mengangkatnya. oke, katakan mark sengaja. ia sedikit mengintip dan menahan napas melihat nama "jeno" yang tertera.

"halo?"

"masih belum pulang, na? jadi nggak ke rumah felix?"

"oh... gue maleman ya kesana, mau istirahat bentar. nanti finalisasinya di gue deh."

"kalo kecapekan nggak usah datang. ntar gue aja yang bawa projectnya ke rumah nana gimana? bareng gue ngerjainnya."

"emangnya nggak papa nih?"

"yaelah na, nggak papa. ini bagian yang lain juga udah kelar."

"hehe,"

"ini lo lagi dimana deh?"

"lagi di bus ini, mau pulang,"

"sendirian? hati-hati diculik pedo loh na,"

"hush, malah disumpahin. nggak lah ini sama..." jaemin menoleh ke samping, seolah meminta persetujuan dan mark, mana sudi dia menolak, hanya mengangguk untuk membalasㅡmasih heran kenapa ia langsung paham kode sesingkat itu dari jaemin, "... sama kak mark,"

"hAH? mark yang mana??"

"yang kata kalian sering bareng kak lucas?"

"nana, lo kudu jelasin, gue tunggu di rumah lo!"

"eh jenoㅡ"

sambungan terputus, meninggalkan jaemin yang bengong namun tertawa pelan. ia menggeleng-geleng sejenak lalu menoleh minta maaf pada mark, yang hanya membalas dengan senyum tipis.

"maaf ya kak, temen saya emang pada gitu, nggak beres semua,"

"tipe teman kita nggak beda jauh kok," mark nyengir, kemudian ia berubah penasaran, "tapi nana siapa?"

seberkas warna merah terlihat di pipi jaemin, yang lebih muda mengeluarkan kekehan pelan, "itu nama kecil saya kak, nana dari na, nama depan saya."

mark mengangguk-angguk. "gue kira siapa, soalnya namanya lucu gitu,"

"nggak cocok ya kak, namanya lucu kayak nama cewek,"

"iya, nggak cocok. soalnya lo bukan lucu, tapi manis,"

MAMPUS KECEPLOSAN BANGKE. GOBLOK ANJIR. mark merutuk dirinya dalam hati. baru pertama kali berbincang berdua, dia sudah ngegas saja. tapi melihat jaemin tertawa, tidak buruk juga. [ ]

[h] gonna get you.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang