part 4

815 41 2
                                    

Vania pov

"Woi van, lo gak mau pulang? Ini udah malem, ntar bokap lo mau ngabisin lo lagi" ucap Vanessa

"Udah biarin, gue capek melihat mereka" ucap gue

"Tuh nenek sihir kenapa harus satu kampus, dan juga satu jurusan lagi" ucap nha

Drrt drrt drrt

"Woi van, tu hp lo"

Gue mengangkat telfon nya ternayata itu ayah, gue langsung mematikan hp gue.

"Ya udah gue cabut" ucap gue

Tanpa mendengarkan lantujan perkataan Vanesa. Ini udah pukul 23:00, sudah agak sepi sih. Gue terus berjalan sendiri.

"Wiih ada cewe cantik ni"

"Mau kemana neng?"

"Ikut kami bertiga aja neng"

Shit para preman. Mereka bertiga lagi, gue coba melawan. Tapi apalah daya tenaga gue seorang cewe. Gue terus mencoba melawan

Bugh

Satu pukulan di pipi gue. Gue merasa sudut bibir gue berdarah

"Lebih baik nyerah aja" ucap preman

Sepertinya gue gak sanggup untuk ngelawan. Tenaga gue terkuras, kaki gue keseleo. Gue memutuskan lari

"Wooi jangan kabur lo"

Gue terus berlari. Gue menyusup ke jalan-jalan kecil. Mereka meraih tas gue, gue menendang mereka hingga jatuh

"Hosh...hosh..hoshh, tenaga gue terkuras gara-gara kalian siaal" ucap gue kesal

"Aww" rintih gue sambil memegang pipi gue

Sayatan pisau karna mereka, kaki gue terasa sakit. Gue mencoba mengelak

Bugh

Bugh

Bugh

"Wwih mau jadi pahlawan lo??" ucap preman

WHAAAT!! Pak Arya? Ngapaian dia? Gye kaget melihat perlawanan pak Arya dengan preman itu

"Pergi gak? Atau nggak gue laporin lo kepolisi" ucap nya

"Woi cabut cabut cabut"

Gue masih merasa kesakitan dan tenaga gue juga lemah habis terkuras.

"Sini gue bantu" ucap nya

"Gak usah sok akrab" ucap gue

"Ngeyel amat ni anak" ucap nya

"bisakah bapak pergi?" ucap gue kesal

"Udah di tolong malah nyewot. ini udah malam gak baik buat perempuan" ucap nya

"Serah" ucap gue

Gue coba berdiri dan berjalan. Gue berjalan dengan pincang. Dia hanya mengukuti gue, sesampai di depan rumah gue rasa malas dengan rumah ini.

"Dari mana kamu?"

"Aaihs, bikin kaget aja"

"DARI MANA KAMU?"

"gak usah pake teriak. Kuping aku masih ada" ucap gue dengan ayah

"Dasar anak gak tau diri"

Ayah udah meniatkan untuk menampar gue. Tapi tangan ayah tertahan

"Jangan seperti itu dengan anak sendiri pak" ucap pak Arya

"Dia ngapain sih?" batin gue

"Kamu siapa?" tanya ayah

"Saya dosen di kampus nya Vania, sekalian pacar nya Vania"

"Heee??" ucap gue kaget

Apa sih maksud dari tuh anak? Kenapa dia ngomong gitu? Mau cari mati tu orang?

"Tungguu..apa benar?" tanya ayah kaget

"Iya om, kenalkan saya Arya Pradana Putra. Om bisa panggil saya Arya. Oh iya om dia datang terlambat karna dia lagi belajar dengan saya, karna nilai nya terus anjlok. Jadi kami berdua belajar bersama" ucap nya

"Itu kenapa dia terluka?" tanya ayah

"Ooh, tadi ada preman yang mengganggu kami, jadi ya seperti ini lah" ucap nya

"Baiklah, kalau gitu om masuk dulu" ucap ayah dengan lembut

Tunggu, gue udah lama gak pernah lihat ayah selembut itu. Ini adalah pertama gue melihat nya seperti itu. Gue memukul bagian perut pak Arya

"Aww..."

"Maksud bapak kenapa seperti itu ha??" ucap gue

"Dari pada kamu dipukul kan"

"Tapi gak kayak gituu, issh sial banget sih" ucap gue kesal

"kalau diluar jangan panggil bapak, panggil aja Arya" ucap nya

"Emang apa peduli gue? tau ah sebel" ucap gue kesal

Gue masuk kerumah dan meninggalkan nya di Luar

Resky pov

"Kamu cewe yang menarik. Semoga lo sadar Van" gumam gue sambil tersenyum




Falling In Love With My ProfessorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang