Jika anak bisa memilih,
tentu ia tak ingin terlahir di sebuah keluarga yang tidak mencintainya.*
Bulan sudah bertahta disinggasana gelapnya malam saat ketika mobilnya baru memasuki pekarangan rumah elite, Neta bersenandung kecil memasuki pintu utama yang ternyata ayahnya sedang duduk diruang tamu sambil memainkan ponselnya juga dengan laptop menyala di meja dan satu berkas kuning tertata disampingnya.
Memilih tak peduli, ia lebih memilih melanjutkan langkahnya untuk segera ke kamar dan membersihkan diri setelah hangout bersama Sahira dan Caca sepulang sekolah tadi.
“Tuan putri sudah pulang rupanya.” Neta acuh mendengar sindiran Ayahnya, Alvaro.
“Kamu kira siapa diri kamu Neta, berani sekali.” Kata Alvaro yang membuat Neta menghentikan langkahnya.
Berbalik menatap ayahnya yang berdiri dihadapannya, bahkan ponselnya sudah ia simpan di atas meja “Aku tahu siapa diriku tanpa perlu anda ingatkan.” Kata Neta mati matian agar emosinya tidak meledak, ia harus tenang menghadapi pria dihadapannya agar ia tidak rugi.
Alvaro menyodorkan map kuning, Neta tak langsung mengambilnya hingga Alvaro menyentak tangannya “Ambil.”
Neta mengambilnya, membuka berkas dan membaca tulisan yang tertera didalamnya setelah selesai ia menatap Alvaro yang sudah memasang ekspresi kerasnya “Kamu benar benar tidak tahu batasan mu?” Ujar pria paruh baya marah.
“Kenapa? Anda takut?”
“LANCANG. Apa yang sudah kau katakan pada Kakek sampai sampai membuat keputusan akan memberikan mu saham hampir tujuh puluh persen.” Alvaro menunjuk nunjuk ke wajah Neta membuat gadis itu mengepalkan tangannya.
Para pelayan tak berani menatap kedua majikannya dan memilih pergi tanpa menimbulkan suara, Karin dan Luna sudah menatap sinis dari tangga yang memang terhubung dengan ruang tamu.
“Saya yang sudah beberapa tahun membuat perusahaan agar terus berkembang dan hanya diberikan tiga puluhpersen, brengsek.”
“Jangan lupa bahwa anda pernah menggelapkan dana perusahaan.” Kata Neta yang tak terintimidasi oleh sikap Alvaro.
Plak.
Tamparan Alvaro ia layangkan pada wajah Neta hingga membuat kepala Neta terhempas ke kanan saking kerasnya, Neta menatap nyalang pada Alvaro.
“Tanpa berbuat apa apa aku sudah mendapatkan hampir keseluruhan saham, bagaimana jika aku benar benar mampu membuat perusahaan lebih berkembang? Tentu saja aku akan mendepak mu dari perusahaan hingga saham mu benar benar akan habis.”
“JANGAN MELEWATI BATAS MU.” Bentak Alvaro.
“Kenapa? kau akan membunuhku?”
Dengan nada rendah, Neta berujar.“Jangan lupakan satu hal, kakek menyayangiku. Kau kira aku akan mudah disingkirkan?”
Neta bisa melihat Karin dan Luna berjalan ke arahnya. “Berani sekali kamu berkata seperti itu pada ayah mu.” Kata Karin dan akan kembali menampar Neta, jika saja Neta tak sigap memegang tangan Karin.
“Kau bukan siapa siapa hingga tangan mu berani kau layangkan pada ku.” Kata Neta lalu menghempaskan begitu saja tangan Karin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Couple
Teen Fiction"Lucu itu ketika seorang player berbicara tentang cinta kepada seseorang yang tidak pernah merasakan cinta" - Karneta "Gue player tapi akan jadi orang pertama juga yang akan buat lo kenal apa itu cinta" - Sagara Ananta