(1) Beribu Rasa

19.6K 896 11
                                    

Jodoh itu bagai cabang di pohon, memiliki cabang berbeda,namun akar tetap satu,yaitu Takdir.

🍁🍁🌱🍁🍁

Waktu shalat ashar sudah tiba,shift jaga ku berakhir hari ini.

"Mbak Neta,Vira izin mau shalat ashar dulu ya"
Kata ku pada mbak Neta,perawat senior disini.
"Iya Vira, setelah itu kamu pulang kan? Hati hati ya"

"Iya mbak, yaudah Vira duluan ya mbak"
Aku segera menuju ke musholla rumah sakit ini, musholla tampak sepi,kenapa yang masuknya gratis selalu saja sepi,hanya ada beberapa orang dan juga ada mas Ali dan dokter Reza.

Melihat dokter Reza membuat ku sakit, disaat aku mencintainya tapi dia malah melamar Nisa,adik perempuan ku, tak ada yang tau perasaan ku padanya kecuali mas Ali dan Rena, aku beruntung punya kakak seperti mas Ali,yang selalu mendukung ku, kamu tau kan Allah itu pencemburu? Jadi jangan pernah berharap lagi sama manusia ,cukup berharap sama Allah. Itu yang selalu mas Ali katakan padaku.

"Oi nyet,kok melamun? Gak jadi shalat?"
Itu Rena, Renata Ayudia. Teman ku sejak taman kanak-kanak yang jahil namun baik hati.
"Jadi Ren,kamu gak shalat?"

"Gue lagi halangan,Lo aja ya,gue tungguin"
Aku mengangguk dengan ucapannya, lalu bergegas wudhu.

Setelah shalat,satu pertanyaan dihati ku,siapa imamnya? Suaranya sangat merdu saat ia melantunkan surat Al Mulk. Mungkin banyak dari kalian yang bertanya kenapa suaranya bisa terdengar, sedangkan ini jadwal shalat ashar. Musholla di rumah sakit ini hanya seperti ruangan biasa yang tidak terlalu besar. Jadi wajar jika aku bilang aku mendengar suaranya. Mas Ali dan dokter Reza berencana untuk mengajukan surat agar dibangunnya musholla yang lebih besar di  pekarangan rumah sakit.

Musholla mulai kosong,cepat cepat aku melipat mukena dan langsung menemui Rena,ku lihat mas Ali, Rena dan dokter Reza sedang berbincang,membuat ku enggan untuk bergabung, Rena yang melihat ku langsung menyuruh ku untuk mendekat.

"Vira,Lo tau gak? Kalok kita ada dokter baru dirumah sakit ini,dia baru dipindahkan tugas dari rumah sakit An-Nur". kata Rena antusias.
"Bener mas Ali?kok Vira gak tau?"
Mas Ali mengangguk "iya,dia mulai besok baru kerja disini,katanya dia juga minta dokter koas buat dia jadiin asisten,dokter koas semua udah pada dijadiin asisten sama dokter senior,jadi mas bingung gimana sekarang"

"Tapi Vira kan ada mas,kalok Rena jadi asisten mas,Vira bisa kan jadi asisten dokter baru itu?"
Kata ku cepat.

"Tapi kan kamu asisten saya Vira,masa kamu lupa?"
Dokter Reza memotong ucapan ku.

"Maaf dok, sepertinya dokter lupa,saya sudah tak tidak lagi menjadi asisten dokter Reza sekarang" kata ku lemah namun tegas.

Dapat kulihat wajah bingung dokter Reza,bahkan Mas Ali dan Rena menatap ku tak percaya.

"Kalau begitu saya dan Rena permisi dulu,kami harus melatih anak anak pencak silat, "assalamualaikum"

"Waalaikum salam" jawab Ali dan Reza bersamaan.

Reza merasa bingung dengan sikap Vira,kenapa gadis itu berubah,setau Reza dia gadis yang ramah,tidak seperti itu.

"Ali,adik ente kenapa?"

''Ente punya mulut kan? Tanya aja sendiri, ane duluan ya,ada operasi malam ini." Kata Ali yang langsung berjalan meninggalkan Reza dibelakang.










Vira langsung mengendarai mobil nya ke tempat latihan pencak silat, bersama dengan Rena, sesampainyanya disana mereka bergegas menuju ruang ganti.

"Bagus Vira,gituin aja tu orang,gue juga sebel liat dia,sumpah ya gak peka tu orang."

"Yaudah deh Ren,aku lagi usaha ngelupain dia,gak mungkin kan aku terus terus ngerasa jatuh cinta sama calon adik ipar aku,bisa dibuat judul sinetron nanti suami ku direbut kakakku.
Gak banget kan?" Kata ku sambil tertawa.

"Iya juga ya",kata Rena sambil tertawa.

"Yaudah ganti baju sana,kasian anak anak udah nunggu". Kata ku pada Rena.

Tulang Rusuk AdamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang