3 ─ สาม

326 52 39
                                    

April 1st, 2018 night.


Sharon berjalan lesu menuju apartemennya. Ia menyandarkan badan pada pintu apartemennya setelah masuk. Tenaganya terkuras setelah apa yang terjadi pada hari ini.

Sharon mendengus kesal mengingat kejadian di saat ia mengunjungi rumah nenek Ten, tetapi ia tidak menemukan lelaki tersebut di sana.

Sepertinya ini hukuman Sharon yang tidak mempercayai pesan yang dikirim oleh Ten tadi pagi sehingga ia tidak dapat bertemu dengan lelaki tersebut.



Tiba - tiba bel pintu apartemen Sharon berbunyi.

Dengan malas Sharon membuka pintu tersebut tanpa mengecek lewat monitor doornya.

Sharon menaikan pandangannya, menatap wajah orang yang berada di depannya sekarang.


Jantung Sharon seperti berhenti berdegup seolah - olah nyawanya hendak dicabut dari raganya. Ia merasa bermimpi berhadapan dengan Ten yang tengah berada di depan pintu apartemennya sekarang.

Detik berikutnya Sharon memeluk Ten dengan erat membuat lelaki tersebut membalas dekapannya.


"Ten, maafin aku gak percaya sama kamu tadi pagi." Tangis Sharon pecah dalam pelukan Ten.

Ten mengelus puncak kepala Sharon. "Gak apa. Gak usah ngerasa bersalah," katanya selembut mungkin.

Sharon mendongakkan kepala dalam pelukannya, menatap Ten yang tengah menatapnya balik dengan senyuman hangatnya.

"Kamu gak marah?" Tanya Sharon.

Ten menggeleng. "Kamu gak pengen aku masuk?"





Sharon dan Ten melihat album foto yang Sharon simpan dari dulu di ruang tengah.

Saat sedang asyik mengenang masa lalu, Ten berbicara. "Eum, Sharon. Aku gak bisa lama di sini. Nanti dini hari aku harus kembali ke Korea."

"Kenapa cepat banget?" Tanya Sharon dengan nada kecewa.

"Aku masih ada jadwal promosi album baru grupku dan aku harus ke Dubai dalam waktu dekat untuk konser agensiku nanti. Kamu gak apa?" kata Ten hati - hati.


Sharon menatap Ten tepat di maniknya.

Sharon tau akan jadi seperti ini jika ia memiliki hubungan dengan seorang bintang. Seharusnya ia tidak egois dan memahami situasi yang ada.

Sharon sendiri yang mendukung mimpi Ten untuk mengejarnya.

"Aku gak apa kok." Sharon meyakinkan diri dengan tersenyum secerah mungkin.


Ten menatap Sharon lekat lalu mengelus tangan gadis di depannya tersebut.

"Maaf ya setiap kali aku ke sini selalu gak punya waktu untuk kamu," sesal Ten.

Sharon menggeleng. "Kamu gak perlu minta maaf. Seharusnya aku yang minta maaf karena aku selalu gak memahami sama situasi yang ada," jelasnya, membuat senyuman Ten mengembang.




Kruyuk...

PERFECT × TENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang