Raja Drama Menyebalkan

75 7 15
                                    

Kalau ada Raja, pasti ada Ratu. Tapi, apa aku diizinkan untuk menjadi Ratu mu?

~❤~

Aku masih setia hormat pada bendera merah putih yang ada dihadapanku. Matahari mulai meninggi, menggiring panas yang mulai terasa. Sesekali aku melirik arloji yang melingkar manis di tanganku. Istirahat masih 30 menit lagi, dan aku sudah tidak tahan berdiri disini. Kakiku mulai pegal dan kesemutan, kenapa dihukumnya tidak sambil duduk di kursi aja, sih? Setidaknya aku tidak akan setersiksa ini. Apalagi ini hukuman perdanaku.

"Hei, capek ya?" Tanpa menoleh pun aku sudah tau bahwa itu adalah Elvan. Tapi, bagaimana dia bisa disini? Bel istirahat bahkan belum berbunyi. Aku curiga, apa jangan-jangan dia bolos, ya? Berani sekali dia, siap-siap saja kena damprat bu Donna nanti, dan aku pastikan bahwa aku akan menjadi orang paling bahagia saat itu terjadi.

Aku hanya diam dengan segala perkiraan dan pikiran jahat yang berputar di otakku, tanpa ada niatan untuk menjawab pertanyaan retoris Elvan. Sudah tahu capek, pakek nanya lagi.

"Jadi, lo ngambek nih ceritanya?" tanyanya lagi. Aku masih diam, pura-pura tak mendengar segala ocehannya.

"Gue bawain minum nih buat lo, anggap aja sebagai permintaan maaf gue," ucapnya sembari menyodorkan botol air mineral padaku. Aku meliriknya sekilas, sempat tergoda dengan air yang tampak menyegarkan itu. Apalagi saat melihat bulir-bulir air yang menghiasi botol itu, sepertinya botol itu berasal dari lemari pendingin. Tapi sayang, egoku rupanya lebih tinggi dari hasratku untuk minum, padahal aku haus, sangat bahkan. Lapar juga sih, maklum tadi pagi aku tidak sempat sarapan.

"Oh, iya ... gue lupa, lo masih di hukum ya? jadi belom bisa minum deh hehe ... Yaudah kalo gitu semangat ya Arabelle! Gue tunggu lo di pinggir lapangan, nanti kalo mau minum bilang aja," ujarnya sebelum melenggang dengan santai menuju pinggir lapangan.

Eh? Tunggu, dia panggil aku apa tadi?!

Arabelle?!

Sejak kapan namaku berubah jadi mirip nama boneka hantu coba?!

Benar-benar minta ditabok dia! Dan ya, apa dia tidak berniat kembali masuk ke kelas?

Nyatanya, itu hanya bermacam pertanyaan dan kekesalan yang berputar di otakku, aku benar-benar malas berbicara saat ini, buang-buang waktu.

15 menit lagi, dan aku akan terbebas dari hukuman yang terasa menyiksa ini. Aku penasaran apa yang dilakukan Elvan saat ini, sehingga aku mencuri-curi pandang kearahnya. Tentu saja, aku tak mau ketahuan memperhatikan dia lagi, cukup saat di halte saja aku melakukan kesalahan seperti itu.

Aku melongo. Bayangkan saja, saat ini dia dengan tampang tak berdosanya sedang meminum air mineral yang tadi ditawarkannya padaku. Kenapa malah dia yang minum coba, bukannya tadi dia bilang air mineral itu untukku?! Huh, dasar menyebalkan.

Teng! Teng! Teng!

Bel istirahat kini terdengar seperti alunan melodi yang indah ditelingaku. Mungkin terpengaruhi rasa bahagia karena aku sudah terbebas dari hukuman yang terasa menyiksa ini. Aku segera berjalan meninggalkan lapangan untuk menuju kantin, cacing-cacing di perutku sudah demo besar-besaran meminta makanan sejak tadi. Elvan? Aku tak peduli, biarkan saja dia diam disana, rasa kesal ku padanya belum berkurang sama sekali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang