Ke-lima

84 2 0
                                    

Saat aku melihat anak pertama Om Dani, rasanya aku pernah melihatnya, Tapi entah dimana. Aku mencoba mengingat-ngingat, dan ternyata dia adalah sang pemilik gula.

Masih inget ga nih sama si pemilik gula?

Aku ingetin lagi deh ya, si pemilik gula itu adalah lelaki yang memiliki senyum semanis gula yang pada saat itu tak sengaja terlihat oleh manik mataku di pinggir jalan.

Pada saat aku menatap manik milik si pemilik gula, sepertinya dia sadar ada yang menatapnya. Dia menatapku juga, kemudian dia mengeluarkaan jurusnya. Jurus apa lagi klo bukan senyuman gulanya itu. Hadehhh klo aja aku udah kenal deket sama si pemilik gula pasti aku bakal larang dia senyum kaya gtu. Soalnya, takut ada yang ngeliat nanti makin banyak deh semut yang dateng ngerubunin si pemilik gula hahaha.

Aku pun membalas sunggingan bulan sabit itu dan langsung memalingkan wajahku dari pandangannya. Aku merasa malu ditatapnya juga merasa tak kuat untuk melihat bulan sabit yang terukir dengan manis dibibirnya itu.

***

Kini aku dan keluargaku sudah berada dalam mobil meninggalkan restoran berbau makanan jepang itu.

"Ganteng ya?" Tanya mamaku entah kepada siapa ditujukannya pertanyaan itu, yang jelas aku tidak menjawabnya.

"Syah" panggil papa kepadaku

"Hmm" jawabku dengan pandangan yang masih melihat kesamping luar kaca mobil

"Ganteng ya?" Tanya mamaku lagi

"Siapa yang ganteng?" Tanyaku karna baru menyadari bahwa pertanyaan tadi tertuju untukku

"Ah kamu suka malu malu gitu" jawab mamaku dengan nada yang seperti meledekku

"Apaan sih mama" bantahku.

"Itu yang tadi anaknya temen papa" tutur mamahku dengan pandangan masih lurus kedepan sambil tersenyum meledek

"Oh itu, iya ganteng semua" jawabku biasa saja

"Semuanya atau yang pertama?" Tanya mamaku dengan nada meledek dan melihat ke arahku

"Semuanya mah, udah ah ngeledek mulu" jawabku dengan nada ketus

"Iya deh iya, pah tuh anaknya kesemsem sama anak temen papah" tutur mamaku dengan diakhiri gelak tawa papa dan mama

"Ishhh mama sama papa sama aja ah" ucapku ketus dengan tangan yang dilipat di depan dada

***

Akupun merebahkan tubuhku di atas kasur kesayanganku setelah mengganti pakaian dengan pakaian tidur.

Aku mengambil benda pipih yang ada sampingku. Membuka salah satu media sosial yang sering aku buka. I-gram. Aku meng-scroll juga mengetuk dua kali yang menandakan menyukai beberapa foto dan video yang terlihat olehku.

Kantuk pun melanda mataku yang terus berusaha untuk menutupnya. Ku simpan benda pipih diatas nakas dan langsung mematikan lampu kamar lalu menarik selimut sampai daguku.

***

Kini aku telah berjalan di koridor sekolah yang masih terasa sepi. Karena memang jam baru menunjukkan pukul 06.15 WIB. Aku terus berjalan dengan menaiki tangga hingga akhirnya sampai di sebuah ruangan yang memang itu kelasku. Akupun mendaratkan bokongku di kursi yang berbeda dengan hari kemarin. Aku duduk di bangku kedua karena aku tidak mau duduk paling belakang.

Kelas masih terasa sepi, baru hanya ada tiga orang di dalamnya.

"Masih pagi udah keringetan aja nih badan" gumamku dengan nada pelan, sehingga mungkin tak akan ada yang mendengarnya.

Ku tempelkan tisu dengan mengusapnya di wajahku yang terdapat keringat.

***

Bel masuk sudah berbunyi dari 2 menit yang lalu. Masih ada 2 kursi yang kosong dikelasku, tapi aku tidak terlalu memperdulikannya.

Sekarang aku duduk bukan dengan teman smpku itu. Aku duduk dengan orang yang menurutku dia lucu, tapi sayangnya aku belum tau namanya.

Wanita paruh baya telah masuk ke kelasku dan langsung duduk di singgasananya. Kami pun mengucapkan salam kepadanya dengan di komandokan oleh sang ketua kelas.

Pintu kelas tiba tiba terbuka dengan pelan, sepertinya sang pembuka pintu sangat berhati hati saat membukanya.

"Assalamu'alaikum" ucap seseorang yang membuka pintu

Hai gimna nih cerita part sekarang?

Jangan lupa kasih vote dan comentnya yaa

I hope u enjoy with my story🙏

Salam manis,
Dariku yang manis💋

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LupakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang