3. His Attention

41 4 10
                                    

Oke guys bertemu lagi dengan aku, Fildzah.

Bukan Vlog oii

Ahhh maaf-maaf. Aku khilaf wkwk.

Hari ini. Aku berjalan menyusuri lorong-lorong yang masih gelap. Hanya ada sedikit sinar yang masuk melalui sela-sela kaca, karena hari ini masih pagi. Kulirik jam di pergelangan tangan kiriku. Disitu menunjukkan bahwa sekarang masih pukul 05.24. Ya, memang terlalu pagi untuk berangkat sekolah. Tetapi memang waktu inilah yang paling aku sukai untuk berangkat. Jalanan sepi, sehingga tidak terlalu macet.

Sesampainya aku ke kelas. Aku dibuat ternganga dengan kondisi kelas itu. Sangatlah kotor! Sepertinya anak-anak piket kemarin tidak membersihkan kelas. Langsung saja kuletakkan tas yang menggantung di bahuku ke atas meja, kuambil sapu, lalu mulailah kegiatan membersihkan kelas.

Aku memulainya dengan menyapu bagian belakang terlebih dahulu. Terutama sela-sela pojok bangku. Karena disanalah paling banyak kotoran seperti bungkus makanan ringan, bahkan kotak wadah rice box juga ada disitu. Ahh sungguh banyak sekali. Bahkan tempat sampah di depan kelas maupun di dalam kelas tidak cukup untuk membuangnya. Akhirnya kuputuskan untuk membuang sampah-sampah itu ke TPA terlebih dahulu.

(TPA :Tempat Pembuangan Akhir)

Namun, saat aku mengambil kotak sampah yang sangat berat karena sampah itu. Sebuah tangan menepis tanganku dan mengangkat kotak itu.

"Biar aku saja yang membuangnya. Kamu teruskan bersih-bersihnya gih!" Ucapnya sambil terus melangkah menjauh menuju ke TPA.

Aku hanya diam saja menatap punggungnya yang masih terlihat itu. Lebih baik aku lanjutkan saja acara membersihkan kelas.

Wisnu? Kenapa ia datang sepagi ini? Bahkan anak piket saja belum datang.
E

hh? Kenapa aku tiba-tiba memikirkan dia? Aku menggelengkan kepalaku. Masa, pagi-pagi sudah memikirkan yang aneh aneh.

Setelah itu, terdengar suara pintu terbuka. Disitu terpampanglah sosok yang baru saja aku lamunkan tadi.

Dia tersenyum menatapku sambil memperlihatkan sederet gigi putih rapinya itu. Bagaimana dia bisa memiliki gigi serapi itu?

Lalu ia melangkah mendekatiku. Ia mengambil sapu yang tergeletak di dekatku lalu ikut menyapu kelas. Aku menatapnya bingung. Bagaimana mungkin anak aneh itu menjadi serajin ini? Bahkan dia tau cara menyapu.

"Hey! Kok ngelamun aja? Itu disapu lantainya. Atau mau aku saja yang nyapu?" Tanyanya. Aku yang baru tersadar dari lamunanku terkaget.

"Ehh, eumm iya iya. Nggak usah." Ucapku memalingkan wajah. Sungguh sangat memalukan sekali. Melamun di depan dia.

"Eh Fildzah." Panggilnya. Aku langsung berbalik tapi tidak berani menatap wajahnya. "Iya?" Tanyaku.

"Aku ma..." Ucapannya terhenti saat anak-anak yang seharusnya piket itu masuk ke dalam kelas.

"Wahh ada apel pagi nih. Maaf mengganggu, yuk keluar Del." Ucap Intan menggodaku.

"Yuk ah Tan. Kita ngantin aja!" Ajak Adel. Mereka bertiga, Adel, Intan dan Anggi memang dijadwalkan piket hari ini. Tapi enak saja mereka pergi ke kantin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Who's My Past?  ; WisnuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang