TEROR

1.9K 88 0
                                    

Sayup terdengar suara Diandra mengaji , Ajeng pelan - pelan membuka kelopak matanya. beberapa saat mata Ajeng mengerjap -ngerjap karena sinar lampu kamar yang menyilaukan .

Melihat Ajeng terbangun Diandra mengakhiri bacaannya, Dia menghampiri Ajeng

" Ajeng , Alhamdulillah Kau sudah sadar ? "

Diandra tersenyum, Ajeng hanya diam masih tak sadar dengan apa yang terjadi.

"Tadi sebelum subuh kamu pingsan, ada apa ? "

Tangannya lembut mengusap rambut Ajeng . Ajeng diam memandang langit - langit ruangan , matanya masih bercahaya . Diandra menghembuskan nafas lega .

Dini hari tadi Guntur menghubunginya, mengabarkan Ajeng mengamuk dan kemudian pingsan.

Dia berharap hal itu bukan pertanda kemunduran kondisi psikis Ajeng .

----- $$$$$ ------

Anton memacu gas mobilnya hingga jarum speed lebih dari 120 km. Dion dan Diandra berbarengan menghubunginya saat dia sedang menghadiri jamuan bisnis di luar kota bersama beberapa rekan investor.

Beruntung di hotel tadi Anton sempat meminum segelas wedang uwuh dan setangkap serabi solo dengan toping pisang keju. Sepanjang hari di hotel tersebut digelar festival kuliner nusantara . Sehingga Dia tidak perlu menghabiskan waktu untuk sarapan pagi.

Didepan stir mobilnya yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi menuju bandara, Anton dilanda kegalauan. Baik Helena maupun Ajeng sedang dalam kondisi buruk yang memerlukan kehadirannya . Bagi Anton dua sosok wanita itu merupakan hal terpenting dalam hidup juga masa depannya.

Mana yang lebih penting untuknya? Ajeng atau Helena .

--------- $$$$$ -------

Helena memberanikan diri masuk ke kamarnya, membuka korden dan membiarkan cahaya matahari masuk melalui jendela .

Dion nampaknya sudah pulang ketika Dia tertidur setelah minum obat penenang .

Matanya berkeliling memandang kamar, tidak ada sesuatu yang mencurigakan .

Tapi Dia tak sanggup berlama - lama sendiri di dalam ruangan itu, diraihnya jaket dan kaca mata hitam lalu bergegas keluar.

Baru beberapa langkah kaki, Helena dikejutkan dengan kehadiran dua anak kecil yang memandangnya marah, mata mereka tajam tak berkedip .

Wajah mereka beringas, korden kamarnya tiba - tiba tertutup, dan seketika ruangan menjadi gelap. lampu tidur yang temaram menambah suasana semakin mencekam

"Kalian siapa?!" suaranya tercekat .

"Anak - anakku Helena"

muncul sesosok tubuh wanita yang sangat dikenalinya.

Bibir Helena rapat seperti terkunci ,, takpat mengucapkan sepatah katapun apalagi berteriak, keringat membasahi kemeja .

Wajahnya pasi gemetaran tidak kuat membalas tatapan kedua anak yang dipenuh amarah dan kebencian itu . suara mereka meraung silih berganti . kamar Helena dipenuhi suara - suara bayi yang mengerikan . Kaki - kakinya seperti terpasung tak mampu bergerak . suara - suara bayi itu semakin lama semakin keras , bergaung dan membingungkan.

"Aaaahhhhhhhh.... "

---- $$$$$$ ------

"Dian.. Apa mas Anton akan datang? "

Ajeng berusaha untuk duduk namun tubuhnya masih lemas . dari semalam perutnya belum terisi makanan. Diandra membantu Ajeng duduk bersandar pada bantal.

"Aku sudah menghubunginya"

Jawab Diandra

"Anton sedang keluar kota Jeng, sabar ya"

Ajeng memandang keluar lewat jendela, dia merindukan suaminya saat ini, sudah sekian lama Dia tidak melihat suaminya . Mas Anton tidak menjenguknya . Ajeng mendengus lirih , membuang mukanya kesal.

" Ajeng ? "

Diandra lembut mengusap punggungnya.

"Mama?" Ajeng melihat sekelibat mamanya

Tapi Dia ragu.

"Kenapa?"

"Aku melihat mama tadi"

Ajeng mengangkat telunjuknya ke arah pintu.

Diandra menengok ke arah Diajeng memandang, tapi tak menemukan sesosokpun bayangan. Ditutupnya pintu yang sedikit terbuka .

Bersambung..

SenjakalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang