Kontraksi

2.1K 84 2
                                    

Sejak mas Anton menjadi suamiku bisa dihitung dengan tangan berapa kali aku datang ke kantornya.

Pamali kata orang jawa datang ke tempat suami kerja kata mas Anton.

Tapi hari ini mas Anton sendiri yang menunggu dikantor, karena kami akan memeriksakan kandunganku yang kelima bulan.

Dan tentu saja mas Anton selalu antusias melihat bayangan anak kami dari layar monitor USG

"Mas Anton ada?" Tanyaku pada Helena sekretaris mas Anton, kemudian mempersilahkanku masuk.

Bagiku Helena adalah sosok yang misterius, dia ramah tapi ada sesuatu yang membuatku menjaga jarak.

Efiesien kalo kata mas Anton, jadi dia selalu melakukan semua dengan efisien, cocok sekali sebagai seorang sekretaris.

Walaupun pendiam, tapi Helena bukanlah sosok pemalu, dia cukup percaya diri ketika berhadapan denganku, atau bahkan mama yang beberapa kali datang ke kantor ini.

Mama setuju dengan apa kata mas Anton, Helena adalah sosok sekretaris handal dan efisien.

Tapi entah aku kadang aku takut terlalu dekat dengan Helena, dia dingin, apa perasaanku saja, entahlah.

Aku melangkah memasuki ruangan mas Anton, dulu kami meletakan kursi klasik untuk menjamu tamu atau klien yang menunggu.

Tapi sekarang diganti dengan sofa yang empuk berwarna putih gading, kata mas Anton biar kalo aku mampir aku sedikit bisa santai di ruangannya.

Aku duduk di sofa panjang, menunggu sambil menyimak group chat di sosial mediaku, mereka menunggu hasil USG ku.

Tiba - tiba pintu ruangan terbuka dan mas Anton masuk menghampiriku

"Hai sayang, sudah lama? Aku masih ada meeting penting diruangan sebelah, mau menunggu?" Tanyanya, aku mengangguk.

"Aku pesankan teh hangat ya, sekalian aku pesan wedang uwuh ke OB, walau tidak seenak racikanmu, wedang uwuh yang dipesan langsung dr yogya ini racikannya pas, kamu mau juga?"

Aku menggeleng, pagi tadi aku sudah minum segelas wedang uwuh dengan susu "Teh aja mas"

Mas Anton keluar, dan aku kembali asyik menyimak group chat yang sangat hiperaktif.
Pintu kembali terbuka, Helena membawa baki dengan dua gelas dia atas, dia tersenyum hangat, mengangguk sopan

"Terima kasih" kataku sebelum dia keluar, ntah aku sedikit takut dengan tatapan matanya

Aku menyesap teh yang dibikinnya, agak pahit, bahkan ketika kujilat masih terasa pahit, tapi tak kuhiraukan lagi.

Masih asyik dengan gawai ketika terasa perut dan pinggangku terasa mulas dan seperti diperas.

"Mas Anton"jeritku berulang - ulang, sebelum akhirnya aku pingsan.

SenjakalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang