chapter 2

4 1 13
                                    

"Gimana tadi ? Lancar?" Tanya Kayla.

Sekarang Jihan sedang bersama Kayla, melakukan beberapa photoshoot untuk cover majalah. Setelah melakukan aksinya tadi ia langsung menuju ke lokasi pemotretan.

"Lo tau lah Kay jawabannya." Jawab Jihan santai.

"Udah dapet yang baru ?"

"Kelihatannya itu bukan pertanyaan yang harus gue jawab deh, Kay." Jihan beranjak dari kursinya untuk melakukan pemotretan.

🗼🗼🗼

Dilain tempat Johan sedang duduk termenung di balkon kamarnya sambil memandang langit. Hanya itu yang bisa membuatnya merasa dekat dengan gadis itu.

"Aku belum tahu gimana caranya bahagia tanpa kamu disini." Bicara Johan pada langit."tadi siang aku ketemu sama seseorang, dan seseorang itu mirip sama kamu."

Suara pintu terbuka membuat lamunan Johan pecah dan beralih melihat siapa yang membukanya. Tenyata bundanya. Ia hanya hidup berdua dengan sang bunda karena ayahnya telah meninggalkan mereka. Ia hanya tahu ayahnya yang memilih perempuan lain daripada bundanya.

"Johan, belum tidur nak?" Bundanya memasuki kamarnya dan ikut duduk di balkon bersama.

"Belum bun, susah tidur." Jawab Johan.

"Kamu masih mikirin perempuan itu?"

Johan tak menjawab. Ia hanya kembali memandang langit yang semakin menggelap. Bundanya tahu tentang dirinya bersama gadis itu. Dan berulang kali bundanya menyuruh untuk merelakannya. Seperti sekarang.

"Sudah Jo, berhenti menyiksa diri kamu. Sudah cukup kamu seperti ini, bunda mau kamu bahagia dan kembali seperti dulu." Kata bunda sambil berdiri "sekarang kamu tidur, Jo. Besok sekolah dan berusaha mencari bahagiamu sendiri."

Bukan hanya bundanya yang  berkata seperti itu. Sahabatnya juga berulang kali berkata seperti itu. Bahkan mereka sudah beberapa kali mencarikan Johan pacar. Dan selalu berujung gagal.

Tapi Johan percaya kalau dia akan kembali lagi nanti, bukan sekarang tapi nanti.

🗼🗼🗼

Pagi ini Jihan telat bangun karena tadi malam ia baru sampai rumah pukul 12. Ternyata ia harus melakukan banyak pemotretan.

"Ma Jihan berangkat ya." Jihan berpamitan sambil berlarian menuju mobilnya.

Sampai di tengah jalan ia sibuk mendengarkan lagu. Saat di tikungan tiba tiba ada motor hitam yang melaju kencang dan berhasil membuat Jihan gelagapan karena memotong jalur Jihan. Untung saja Jihan bisa mengendalikan mobilnya. Jihan hanya bisa  mengumpat karena motor tersebut sudah menghilang dari penglihatannya.

Untungnya Jihan sudah menghapal plat nomer motor tadi. Dan jika ia sampai bertemu lagi, bisa dipastikan orang itu habis dengannya.

Gerbang sekolah sudah di tutup dan Jihan terlambat untuk kesekian kalinya. Terlambat adalah hal yang sangat biasa untuk Jihan.

"Pak bukain gerbangnya dong. Saya mau masuk." Minta Jihan kepada satpam.

"Ini jam berapa nak Jihan. Kamu sudah sering telat, gak bisa bapak bukain. Tunggu Pak Usman datang." Jawab satpam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IllusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang