Lagu : Lady Isabel and The Elf Knight
Dengan lentera di sebelah tangannya, ia menapaki jalanan setapak yang menuntunnya ke arah suara air yang bergemericik. Suasana gelap dan udara yang menekannya tak membuatnya gentar. Tak ada jalan kembali malam ini.
Sahabatnya dinyatakan menghilang, lalu tubuhnya ditemukan mengapung terbawa arus sungai ke desa tetangga.
Isabel ....
Suara itu adalah suara yang menuntunnya ke sungai, suara seorang sahabat yang paling ia percayai. Isabel tak ragu akan suara itu, jikalau itu suara iblis, ia yakin bahwa Tuhan dan sahabatnya yang telah tiada itu akan segera menolongnya. Sebelah tangannya yang tak menggenggam apapun ia gerakkan mulai dari dahi, lalu ia bawa ke dada kiri, dada kanan dan melemparnya lagi ke dada kiri. Mulutnya memanggil trinitas suci untuk terus melindunginya malam itu.
Kakinya sampai di bantaran sungai yang dasarnya tak terlihat itu. Ia meletakkan lenteranya di tanah, sekali lagi ia mengulang gerakannya, lalu menggenggam tangannya sembari menundukkan kepala. Tak sampai semenit, ia merogoh kantongnya dan mengambil ampula berisi air bening. Sekilas tak ada bedanya dengan air biasa, tetapi, itu adalah air suci yang ia ambil atas persetujuan Romo Frederick dari gereja. Membuka tutupnya, ia menggulingkan ampula itu.
"Pergilah arwah-arwah jahat, muncullah arwah-arwah yang membutuhkan pertolongan." Air suci itu meluncur, menyatu dengan aliran sungai.
Isabel menutup ampula itu, menutup matanya untuk menajamkan indranya yang lain. Di telinganya ia mendengar suara-suara teriakan saling bertumpang tindih dengan suara tolong.
Lady Valerina, aku tidak bisa mendengarmu. Isabel membatin, matanya berkedut-kedut mencari suara sahabatnya yang saling bertumpuk dengan suara lain yang tidak ia inginkan.
Isabel ....
Isabel tersenyum, ia telah menemuka suara mendiang sahabatnya, Lady Valerina. Masih dengan mata tertutup, ia melakukan komunikasi pada suara tak bertuan itu.
"Lady Valerina, apa kau mengenalku?"
Isabel ....
"Lady Valerina, jika itu kau, bisakah kau menyebutkan nama orang tuamu?"
Suara lirih milik mendiang Lady Valerina menyebutkan nama dua orang yang merupakan orang tuanya. Isabel tersenyum, ia telah memanggil arwah yang benar. Komunikasi pun berlanjut, Isabel menanyakan siapa yang telah menenggelamkannya, ia juga menemukan bahwa ada 6 putri bangsawan lain yang tenggelam di sungai itu. Namun, karena waktu yang terbatas, Isabel hanya bisa menangkap bahwa mendiang sahabatnya itu mengatakan tentang sepucuk kertas di mejanya.
Pagi hari datang menjemput. Semalam ia telah membicarakan suatu hal dengan orang tuanya, tentangnya yang rela untuk dijual kepada bangsawan. Tentu saja orang tuanya marah akan keputusannya itu, tetapi rencana Isabel tidaklah gagal, ia berakhir sebagai anak adopsi dari keluarga yang diinginkannya, keluarga Lady Valerina.
"Aku telah mendengar semuanya," ujar Tuan Felipe—Ayah angkatnya—,"aku tidak akan membelimu, aku mengadopsimu."
Isabel segera dibawa ke rumah keluarga Felipe pada hari itu juga. Isabel diberikan kamar mendiang sahabatnya, juga beberapa baju baru. Pandangannya ia alihkan ke meja rias, ia menemukan secarik kertas yang diletakkan terbalik. Isabel membaca tulisan yang dibubuhkan pada kertas itu, ada beberapa baris kalimat di sana, dan sebari kalimat lagi yang ditulis dengan ukuran lebih besar.
"Lady Isabel and the Elfin Knight." Isabel mengernyit, kenapa ada namanya di sana?
"Oh itu." Isabel menoleh dan menemukan Nyonya Felipe—ibu angkatnya—telah berdiri di sampingnya. "Tempo hari ada bangsawan desa sebelah menghampiri rumah kami, namanya mirip dengan namamu, Isabel. Dia memberikan kertas itu sebagai ... jimat perlindungan? Yang pasti, waktu itu banyak gadis bangsawan hilang di desa sebelah. Lalu Valerina ...." Nyonya Felipe menunrunkan nada suaranya, air mukanya berubah sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Songfiction : Mitos
Short StoryKali ini, penulis kami menarasikan lagu-lagu dengan kisah mitos dibaliknya yang mungkin sering kalian dendangkan. Selamat menikmati. Cover indah dari @Ariski