Bu!
Sedang apa mengorek batu?
Keadilan tak ada disana, kok.
Di lemari baju juga,
tempat dimana jas yang harum
karena pelangi dan juga uang.
Tapi sejahtera tak sampai baunya
menusuk hidung barang
Sebawang.
Katanya, kata mereka,
Itu sudah tertanam di tiap onggokan hati.
Tapi, siapa yang berani membuktikan bahwa
Jantungnya tak lagi batu itu
Untuk sekadar membedahnya di samping
Jibril dan Mikail?
Oh, iya,
Aku baru paham sekarang
Dengan arit berkarat itu
Bukan adil yang kau cari,
Melainkan senang dan sepucuk berkah di sela-sela rumput Jepang.
Dan
Berkah itu?
Semua punya ruangnya sendiri-sendiri.
Bagiku, itu cuma roti, Perusahaan Kerupuk, dan Truk mogok.
Purwakarta, 2018
YOU ARE READING
Hambakata
PoetryKekuatan kata akan datang ketika telinga sudah mulai butuh suara, ketika mata sudah mulai butuh huruf dan aksara, ketika pikiran sudah mulai butuh rasa. Nah, ini dia ...