7

251 27 4
                                    

'banyak hal yang bisa kamu pelajari di dunia ini, alasan mengapa bumi berputar, alasan mengapa matahari tidak dapat bertemu bulan. Atau mungkin pergerakan siang dan malam. Namun ada satu hal yang tidak dapat aku mengerti dan aku abaikan, menatapmu lamat-lamat, menyukaimu diam-diam dan mencintaimu bertahun-tahun lamanya. Apa aku salah? tidak! kau yang salah. Kau terlalu memukau, cinta'

Awan berarak, angin berhembus menghantarkan salju-salju kecil di dataran bumi. Burung-burung yang selakunya terbang, kini mulai mengambil selimut untuk tidur panjang. Daun-daun di ranting pohon pun meredup menandakan musim dingin datang, pertengahan desember. Salju kali ini sedikit terlambat, beberapa hari lamanya. Namun sore ini dia menepati janjinya, untuk datang, mendinginkan bumi tidak lebih tepatnya membekukan bumi. Bumi yang sejatinya membutuhkan matahari dan panas, harus bersabar kali ini karena datangnya salju.

Sore ini Aulia bergegas menuju kasino, sudah hampir tiga bulan dia bekerja disana. Gajinya sudah lumayan besar, cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan kedua orangtuanya, kebutuhan mereka tercukupi meskipun kadang-kadang Edward masih tidak terima jika anaknya bekerja di kasino yang sejatinya adalah miliknya, harta turuban dari ayahnya yang pekerja keras, dia merasa terpulul karena tidak bisa mempertahankan harta yang diwariskan oleh ayahnya.

Sedangkan Ibu Aulia sekarang mulai lebih santai, makin hari ke hari kini dia mulai bisa menerima hidupnya yang baru, dan menutup dalam-dalam kesedihan yang dia rasakan, meskipun kadang-kadang ketika Aulia kembali ke rumah di dini hari dia menemukan ibunya sedang menangis sesenggukan di ruangan tengah.
Namun kini tangis itu sudah berubah menjadi semangat, semangay yang mrnggebu untuk memperbaiki kondisi keluarga. Bahkan ibu Aulia kini sudah bekerja di toko roti milik keluarga Alex, tentu saja keluarga tersebut langsung menerima kedatangannya. Karena dulu ibu Aulia adalah tetangga yang baik dan ramah, yang selalu memberi keluarga tersebut makanan enak-enak dari rumahnya. Bahkan ketika toko roti milik keluarga Alex hampir tutup, ibu Aulia adalah satu-satunya penyelamat yang rela meminjamkam uang begitu banyaknya.

Begitu selesai mengabarkan ibunya tentang kepergiannya, ia bergegas menuju kasino. Aulia kini adalah pegawai tetap di ruangan mewah tersebut. Lantas kemana Elizabeth? Elizabeth kini bukan menjadi pegawai tetap tetapi pegawai pengganti ketika Aulia sedang tidak bisa tampil. Sedangkan Lisa, kini dia adalah teman duetnya, mereka bersama-sama menghibur tamu ruangan mewah

"nite my Aulia"

"yes Lisaa, nyanyi apa kita malam ini?"

"terserah dirimu. Senandung Alessandro Morechi jika kau ingin dengar saranku"

"tentu saja boleh Lisa"

Aulia menatap Lisa lamat mengamatinya dari bawah ke atas, "kamu cantik hari ini, gaunnya bagus."

"thanks dear, saudagar dari Belanda itu yang membelikan gaun ini, aku awalnya merasa canggung memakai gaun ini tapi karena dia memintaku memakainya malam ini, jadi harus aku gunakan"

"Lisa! jadi kau memiliki hubungan spesial dengan si Belanda itu? aku terkesan" mata Aulia membulat, tangannya kini disangkutkan di pinggangnya

"bisa dibilang seperti itu, dia selalu mengirimiku surat sejak beberapa minggu yang lalu, bahkan dia juga mengirimkan beberapa mutiara. Dia bilang dari dataran Asia, terus ini yang spesial. Kayu ini, wangi sekali."

"kayu? ini?" Aulia menunjuk sebilah kulit kayu yang didekatkannya ke hidungnya, benar apa yang dikatakan Lisa kayu ini wangi sekali.

"dia bilang kayu manis, dia dapatkan setelah menjelajah Asia. Dia bilang ada suatu pulau di dekat samudera hindia yang kaya sama bahan-bahan dan rempah-rempah dengan kualitas terbaik"

"ya ya ya, aku pernah mendengarnya. Cerita dari ayahku, dia juga mengatakan hal yang sama. Entah kenapa aku ingin sekali ke pulau tersebut" Sambung Aulia kemudian.

"lalu yang kecil ini apa? baunya sedikit membuat aku sesak"  Aulia mengambil sebuah bunga kecil yang tampak seperti dikeringkan, baunya tetap wangi meskipun sudah mengering .

"oh yang ini namanya tembakau, dia juga mendapatkan ini di pulau yang sama. Aku suka menciun dua tanaman ini karena itulah dia memberiku keduanya. Kenang-kenangan katanya"

"oh begitu"  Aulia mrngangguk fan lama terdiam lalu kemudian refleks melihat jam di dinding

"sudah jam 10 malam. Sepertinya kita harus segera bergegas ke ruangan mewah"

Lisa mengangguk mereka pun bergegas menuju ruangan mewah, Aulia terlalu terburu-buru hingga hampir terjungkal, untung dia dapat mengendalikan tubuhnya.

"aulia, malam ini sepertinya akan ramai kembali. Saudagar dari Arab itu kembali lagi. Alasannya ingin memantau apakah kasino kita sudah lebih baik atau belum"

"benarkah?"  Aulia refleks tersenyum, bibirnya membentuk setengah lingkaran yang sempurna, matanya bahkan tertutup dan terlihat sipit karena ketika tersenyum pipinya yang  chubby menggepal ke atas.

"kenapa? ah aku tahu, apakah saudagar ini yang kau ceritakan beberapa bulan lalu? yang katamu matanya selalu mengarah ke arahmu"

"stttt, itu hanya kepekaan yang berlebihab. Pada dasarnya kita wanita selalu peka, namun kadang-kadang bisa jadi peka yang kita ciptakan adalah kepekaan yang palsu"

"iya semoga saja kepekaanmu itu benar, jadi kita bisa segera pergi dari casino ini. Sejujurnya aku sedikit muak jika terus-terusan berada disana"

"huhuhuu so poor my lisa. Tenanglah, saudagar belanda itu pasti tidak lama lagi melamarmu" Aulia memeluk Lisa lamat, mereka tertawa nyaring.

"kenapa kalian begitu kampungan? wanita selevel kalian sepertinya tidak pantas berada di ruangan mewah" Aulia dan Lisa terkejut mendengar jawaban nyaring dari seorang di belakangnya, siapa lagi kalau bukan Elizabeth. Elizabeth kini sangat membenci Lisa, karena menurutnya semua kesalahan dan alasan dia dipindahkan dari ruangan mewag adalah karena Lisa. Padahal jika menilik dari belakang Elizabethlah otak dari semua perkara yang kini disesalinya. Bukan Aulia, juga bukan pula Lisa. Tetapi dirinya sendiri yang salah terlalu merasa tinggi hingga akhirnya tak sadar terjatuh sendiri.

Malam itu suasan damai dan tenang, hingga sebuah kereta uap klasik mendatangi kasino tersebut, beberapa wajah yang menaikinya tampak sedikit kesal dan geram. Entah itu wajah marah, atau mendendam. Sebelum beberapa orang masuk, dia memanggil seseorang penjaga kasino dan memberikannya sebuah kantong merah Yang dijawab hanya anggukan oleh penjaga tersebut.

-----------------------------------------------------------
nah next chapter setelah 1000 viewers yaaaa

Kau Nada Sang Penguat MusikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang