16.Terima

3.9K 200 0
                                    

-Kedewasaanmu memang sedang di uji.-

Alysia Zein

_________________________________________

"Gimana Zein?"tanyanya lagi.
"Emm...aku suka kamu tapi...aku belum bisa." Kataku.
"Kenapa?"tanyanya bingung.
"Tunggu perasaanku 100%". Jawabku.

Devan mengrenyitkan wajah, tapi dia hanya mengangguk paham. Ada sedikit rasa kecewa pada wajahnya yang menawan itu. Aku hanya merasa sedikit tidak enak memberikan jawaban itu padanya. Tapi memang pacaran bukan soal main main atau hanya bersenang senang. Tapi pacaran bukan sesuatu hal yang besar juga, namun jawaban Ya dan Tidak yang diberikan akan berpengaruh sama kehidupan kita selanjutnya meski kadang kita suka nggak sadar. Cinta itu buta, cinta itu membuat orang bisa terlena.

"Em..oke. Makasih ya udah mau dateng."jawabnya singkat.

"Iya sama sama"jawabku.

Lalu kami pulang bersama, Masih ada secercah senyum. Sepertinya Devan masih belum lelah untuk berlari.

Akhirnya kami sampai di rumahku. Di sana ada mobil Papa menunggu, dan Papa duduk diteras sambil bermain catur dengan seorang lelaki yang sangat ku kenali. Adhita.

"Itu Papa kamu?"tanya Devan.
"Iya. Kamu mau kenalan sama Papa?"tanyaku padanya.
"Lain kali aja, mama nunggu aku di rumah."jawab Devan.
"Yaudah kamu hati-hati."kataku.
"Iya."

Devan langsung mengegaskan motornya melaju meninggalkan jalanan depan rumahku.

Aku menyalami Papa, "Papa balik kapan? Kok nggak bilang Zein Pa?"tanyaku.

Papa terdiam.

"Lho dit ..kamu ke Jogja lagi? Bukannya sekarang masih jam padetnya sekolah ya?"tanyaku pada Adhit.

Adhit hanya tersenyum.

"Aku ada pembinaan di Jogja, sekalian aja mampir."ujarnya kemudian.
"Papa, tante Merlin kemana?"tanyaku.
"Ngurus pertunangannya anaknya."jawab Papa.

Aku terdiam, "aku masuk dulu ya Pa?"tanyaku.

Papa diam.

😊😊😊😊

Sesampainya di kamar, aku melihat lukisanku yang sedang kukerjakan sudah terbelah menjadi dua di tong sampah. Bahkan tong sampah penuh dengan kuas dan cat air. Papa pasti sangat marah besar.

Aku kemudian keluar menuju teras, rupanya Papa dan Adhit sudah beranjak. Adhit berpamitan. Wajahnya tidak semangat. Aku bertanya tanya ini sebenarnya ada apa.

"Zein. Papa mau bicara sama kamu."ujarnya.

Jantungku serasa berdetak cepat.

"Kenapa kamu membohongi papa?"tanyanya.
"Zein bisa jelasin ke Papa."
"Kenapa harus BOHONG ke Papa Zein, Papa nggak pernah mengajari kamu menjadi anak pembohong!" Kata Papa dengan nada tinggi.
"Papa...dengerin Zein."pintaku.
"Siapa laki laki tadi yang mengantarmu pulang? Pacar kamu?"tanya Papa
"Bukan Pa..itu temen sekolah Zein."jawabku.
"Alah temen sekolah apa!?. Jangan deket deket sama dia. Papa nggak suka Zein. Dia cuman bawa pengaruh buruk buat kamu! Jauhin dia!"kata Papa.
"Pa..."kataku mulai meninggi.
"Zein!..cuma Papa yang sayang sama kamu Nak!...Tega sekali kamu bohong ke Papa."kata Papa.
"Maaf Pa, Tapi Papa juga nggak mau dengeri omongan Zein. Papa cuman tau nya aku harus belajar, aku penurut, aku cerdas. Tapi Papa nggak pernah ngasih aku apresiasi atas apa yang udah aku dapet. Bagi Papa nilai akademik itu penting. Papa cuman mau didengerin, tapi papa sendiri aja nggak mau dengerin apa yang selama ini jadi beban Zein."jelasku.

Rebrrica [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang