28.Don't Go Away

4.1K 181 2
                                    

Aku mematung pada posisiku di ruang tamu. Melihat segalanya yang tertata rapi di sana yang berbanding terbalik dengan keadaan hatiku saat ini. Dengan langkah gontai aku menuju kamarku di lantai atas.

Aku membuka pintu kamar dan kemudian kembali menutupnya. Mengganti pakaianku yang sudah bau keringat dengan kaos dan celana pendek. Aku duduk di atas kursi lebih tepatnya di depan meja belajarku sekarang. Aku memijit keningku yang teramat sangat pusing mendengar omongan Papa yang terus terngiang di kepalaku.

Dan kini aku mulai bertanya kembali pada diriku tentang apa yang sebenarnya terjadi di sini. Oke, katakanlah aku memang melakukan suatu kenakalan di sini, apa yang salah dari itu? Semua remaja pernah melakukan kesalahan dan kenakalan. Tapi kenapa larangan ini menjadi suatu alasan untuk aku menjauh darinya.

Pertama, aku hanya melakukan apa yang belum pernah kurasakan sebelumnya, kehidupann yang sungguh berbeda dari sebelumnya. Aku hanya ingin mencoba hal-hal yang baru. Kalaupun itu suatu hal yang salah, bukankah cukup lebih baik diingatkan? Toh itu bukan kesalahan besar.

Kedua, kenakalanku soal skandal receh itu bukan karena aku yang memang melakukan, tapi itu hanya fitnah belaka yang dibuat oleh Shanti agar aku bisa menjauh dari Devan. Dengan kata lain, itu bukanlah kemauan diriku bukan kehendakku.

Ketiga, aku memang merasa kehilangan segalanya. Nilaiku turun dan aku kehilangan temanku. Tapi kembali lagi pada poit pertama kalau aku hanya ingin melakukan sesuatu yang ingin ku coba di sini.

Dari ketiga masalah di atas, kesimpulannya adalah larangan itu menjadi alasan agar aku dan Devan saling menjauh. Semua itu karena bersangkutan dengan Devan. Semua masalah itu ada karena ada Devan, tapi masalahnya adalah bukan Devan yang harus di salahkan tapi ada yang harus diluruskan.

Tiba-tiba HP ku berbunyi ada chat masuk.

Devan Kevaldo

Kamu nggak papa?

Alysia Zein

Aku mau ngomong Van. Tapi besok aja.


Devan membalas chat ku lagi, tapi aku sengaja tidak membukanya apalagi membalasnya. Sekarang aku sedang memikirkan masalahku dan apa yang aku mau sekarang. Aku tidak mungkin selamanya hanya berdiam diri seperti ini, menjadi anak penurut dengan berjalan sesuai dengan kehidupan yang dipilih oleh Papa bukan olehku. Aku tidak ingin selalu hidup seperti itu. Aku juga tidak mungkin menjauh dengan Devan tanpa sebab. Larangan itu bukan menjadi suatu alasan supaya aku bisa menjauh dengan Devan.

Kalaupun Papa menganggap Devan membawa dampak buruk padaku. Hmm kutakan memang iya beberapa hal menjadikan diriku berperilaku tidak baik, tapi tidak sepenuhnya pengaruh itu membawa dampak buruk untukku. Dan satu-satunya hal adalah meyakinkan Papa atas apa yang kulakukan ini tidak sepenuhnya dalah hal yang hanya berdampak buruk semata.

****

Pagi harinya, aku berangkat ke sekolah seperti bisanya. Duduk sendirian di kelas, dan datanglah Fina. Kami saling bertatapan dan semuanya tampak terasa sangat canggung. Dan ini juga merupakan hal yang harus aku perbaiki.

"Katanya hari ini Shanti di sidang."kata Fina.

"Kata siapa?"tanyaku.

"Anak OSIS yang bilang, dia bisa aja kena skors."jelas Fina.

Aku tersenyum ke arah Fina. Ada pepatah berkata, ketika hati itu tertutup rapat maka yang harus dilakukan adalah terus mengetuknya agar kembali terbuka.

"Kenapa senyum?" Tanya Fina.

"Aku seneng lihat kamu mau ngomong lagi sama aku Fin."kataku.

Author POV

Kemudian jam istirahat pertama tiba, Fina menuju ke perpustakaan untuk meminjam beberapa buku yang akan digunakan untuk ulangan minggu depan. Fina duduk dan terdiam melihat tumpukan bukunya di atas meja baca.

"Oi...bengong aja, kenapa sih?"Tanya seorang cowok.

Pria itu adalah Bryan, seseorang yang beriwayat pernah singgah di hatinya tapi sekaraang tidak lagi setelah menyadari bahwa tidak ada kecocokan diantara mereka akhirnya hubungan mereka di akhiri.

Tapi hal baik dari berakhirnya hubungan mereka adalah , mereka tetep berteman seperti ketika hubungan mereka belum di mulai.

"Kalau emang berat ngomong aja nggak usah dipendam-pendam gitu." lanjut Bryan lalu duduk di sebelah Fina.

"Gue cuman nggak mau orang lain ikut ngrasain sakit kayak gue."kata Fina.

"Sakit kenapa?Berbagi kalau lo nggak mau ngrasain beratnya sendirian."kata Bryan.

Fina terdiam.

"Zein ya?"tebak Bryan.

"Gue nyesel banget kenapa gue lebih percaya Shanti daripada Zein. Dan gue gengsi banget buat minta maaf ke dia. Rasanya canggung."Fina mulai bercerita.

"Gue yakin dia nggak bakal benci sama lo. Dia sayang sama temen-temennya, dan gue yakin kok kalian semua bisa kayak dulu lagi."Bryan menasehati.

"Terus gue harus nglakuin apa sekarang?Gue jahat Bry." ujar Fina.

"Minta maaf ke dia. Asal lo tau satu hal, orang yang jahat adalah ketika orang itu maksain jawaban yang salah supaya jadi benar. Lo juga tahu fakta dalam hati lo apa yang bikin lo lega atas semua hal ini. Dan gue saranin secepatnya sebelum semuanya telat."jelas Bryan.

****

Zein POV

Sepulang sekolah aku dan Devan berbincang di sebuah kedai kopi. Hari ini aku terpaksa untuk berbohong dengan Papa yang keterkahir kalinya.

"Kamu mau ngomong apa?" Tanya Devan.

"Semalem Van, Papa itu marah Van dan dia ngalarang aku buat ketemu kamu lagi."jelasku.

Devan dengan pembawaan yang tenang pun akhirnya menanggapi dengan sesuatu yang nggak terduga.

"Yaudah nggak papa." jawab Devan.

Kukira Devan akan marah dan menjauhiku sesuai yang Papa minta.

"Gitu aja reaksi kamu?"tanyaku.

"Kita cuman harus ngeyakinin Papa kamu , dan setelah dipikir emang beberapa tindakan kita ada yang salah. Tapi aku nggak ngeliat itu dari sisi negatifnya."kata Devan.

"Jadi?"tanyaku.

"Jadi besok aku yang bakal ngeyakinin Papa kamu. Karena kalau menurutku pribadi, dengan kita yang saling menjauh nggak ada penyelesaian yang bikin kita lega. Itu sama aja kayak masalah yang belum selesai terus diabaikan. Itu namanya lari dari masalah. Dan aku nggak mau lari , aku maunya ngadepin sama kamu bareng-bareng."jawab Devan.

65%, Van, batinku dalam hati.

Haii...kira2 apa yang bakal dilakuin sama Devan nih? Penasaran ikuti teru partnya ya? Jangan lupa pencet symbol bintang buat vote dan jangan lupa comment. Thanks.

Rebrrica [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang