Sekolah Baru 2

152 37 26
                                    

Hari kedua MOS di mulai. Kali ini yang mengisi kelas kami hanya empat orang OSIS. Mereka adalah kak Surya, kak Kelvin, kak Rania dan kak Siska.

"Grace. Gue denger-denger dari anak-anak katanya kak Rania dengan kak Kelvin pernah pacaran. Dan Lo tau ga? Mereka putus gara-gara apa?"

"Hufftt, emang gara-gara apa?"

"Katanya si kak Rania deket sama cowok lain"

Sesaat kami berbisik-bisik seperti itu, kak Siska memergoki kami berdua. Dan kami di hukum karena mengobrol tadi. Kami berdua dengan sangat malu di tunjuk untuk maju ke depan kelas.

"Silahkan kalian berdua buat puisi cinta lalu bacakan. Untuk Kamu yang tidak dikucir, Raina. Tujukan puisi itu pada Surya. Sedangkan kamu Grace tujukan puisi mu pada Kelvin. Cepat!"

Dia berkata dengan tatanan nadanya yang sedikit kesal dengan tangannya yang di lipat di depan dadanya, sambil menaik-turunkan kedua alisnya.

Dua menit sudah Rain melantunkan puisinya pada kak Surya. Seluruh siswa di kelas hanya tertawa melihatnya. Dengan puisi cinta aneh milik Raina.

"Woy. Kalian semua. Jangan ketawa! Kalo ketawa gue suruh maju lo!"

Bentak kak Rania dengan nada keras. Dengan itu kelas kembali dengan sunyinya.

"Sekarang giliran lo Grace"

Seketika keadaan tegang.

Aku segera mengambil posisi berhadapan dengan kak Kelvin

"Awan di atas langit
Dan magma di perut bumi
Karena....."

"Aduh karena apa nih, temanya cinta masa bawa-bawa magma segala, oh iya ,cinta"

Gumamku pada otak ku sendiri, yang di ucapkan dalam hati.

"Awan di atas langit
Dan magma di perut bumi
Karena cinta"

Aku rasa puisi ku jauh lebih konyol dari pada puisi milik Rain. Aku tak pandai membuat puisi, yang ku lontarkan tadi hanyalah puisi konyol yang aku dapat dari pikiran sekilas. Tentunya aku sangat malu, puisi macam apa itu. Memalukan saja, pikirku.

Tapi sedetik usai, aku tak sengaja memandang mata kak Kelvin. Dia tersenyum tulus pada ku. Tapi aku tak begitu peduli. Aku hanya membalasnya dengan senyum rasa malu.

"Baiklah, kalian berdua boleh duduk kembali"

Adalah sepuluh menit telah berlalu, bel istirahat berbunyi.

"Grace"

Tiba-tiba saja kak Siska memanggil ku.

"Em, ya kak. Ada apa?"

Dengan rasa sedikit takut aku mendekatinya. Aku takut saja jika hukuman ku di tambah olehnya.

"Gue minta tolong boleh ya. Tolongan ambilin Kapur di ruang TU bisa kan"

"Bisa kok kak, kalo gitu gue ambil dulu"

Aku hanya sendiri ketika mengambil kapur, Rain katanya sedang malas saja. Mungkin dia sedang merenung tentang apa yang terjadi di kelas tadi. Tentunya dia menyesal.

Ruang TU dengan kelas ku tidak terlalu jauh. Sekitar berjarak lima tau enam kelas saja.

Setelah mengambil kapur, aku segera kembali ke kelas. Berkisar tiga langkah setelah keluar dari pintu TU, kak Kelvin memanggil ku.

Tetangga KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang