Happy reading
Pakaian lusuh, rambut terikat tak teratur dengan anak rambut sedikit mencuat dari jalurnya serta wajah pucat. Itulah gambaran dari seorang gadis bernama lengkap jung eunji, yang kini tengah duduk takut di depan nenek park chaeun yang ia yakini sebagai nyonya besar dari cucunya yang akan dinikahkan dengannya.
Eunji. Gadis itu terus menunduk dan memilin ujung bajunya sendiri, merasa tak sanggup jika terus menerus di pandang rendah oleh lawannya namun sayang, ia tak bisa berbuat apa-apa selain diam dan menerima semua yang telah di gariskan untuknya.
Benar. Tadi setelah kesepakatan itu terjadi, bibi kim meninggalkannya di tempat asing ini sendirian dengan alih-alih bahwa ia akan segera menjadi nyonya besar di keluarga tersebut namun eunji tak bodoh. Ia tau bahwa ia telah di jual melalui dalih perjodohan sialan ini dan eunji bersumpah bahwa ia tak akan pernah memaafkan bibinya sekalipun ajal menjemputnya.
"Nona jung... Angkat kepalamu jika ada orang lain berbicara padamu. Apakah kau tak pernah diajarkan sopan santun oleh kedua orangtuamu" desis nenek park chaeun tajam.
Hati gadis itu terenyuh sakit ketika ucapan tajam itu berhasil menembus ulu hatinya. Ia tertekan, tubuhnya gemetar bahkan kini matanya memanas menahan tangis.
Bukan ia tak memiliki sopan santun namun semua ini terasa berat dan tak adil baginya bahkan satu titik kebahagian yang ia tanamkan sejak dulu ketika ia tersiksa harus ditinggalkan oleh kedua orangtuanya dan hidup bersama bibi kim sejak kecil dengan perlakuan tak adil harus pupus dari garis harapannya.
"Nona jung" ucap nenek park kembali.
Perlahan eunji mulai mengangkat kepalanya dan menatap nenek park sendu. Ia menekan sekuat mungkin kesedihan yang tengah ia rasakan dengan seulas senyum paksa yang ia umbar di sudut bibirnya.
"Ma-Maaf atas ketidaksopananku nyonya" ucap eunji ragu, mengundang seseorang yang tengah memperhatikannya dari jarak jauh merasa iba padanya.
Nenek park memutar bola matanya malas.
"Kau tak senang dengan perjodohan ini?" tanya nenek park.
Eunji terdiam sejenak sebelum ia mengangguk ragu.
Oh good. Jawaban yang sangat jujur dan hal itu berhasil membuat nenek park tergelak tak percaya.
"Apa alasanmu? Bukankah semua orang senang jika menikah dengan orang kaya" sambungnya.
"Aku..." belum sempat gadis itu menjawab. Suara teriakan serak khas bangun tidur menggema kuat berhasil membuat perbincangan serius itu terhenti.
Nenek park bergegas menuju asal suara, meninggalkan eunji yang masih terdiam dengan bodohnya. Sungguh, ia tak mengerti dengan apa yang tengah terjadi.
Pagi-pagi buta, perjodohan, kesepakatan, uang, dan kata-kata tajam. Sungguh hal-hal itu saja telah berhasil membuat otaknya kacau hingga ia kesulitan untuk mencerna apa yang terjadi di sekitarnya dan kini di tambah suara teriakan. Ah masa bodo, pikiran eunji kacau dan ia tak peduli.
"Hey, pendek".
Eunji terperanjat kaget ketika suara asing merambat lembut di telinganya.
"Apa yang kau lakukan disini?" sambungnya dengan kekehan geli melihat wajah eunji memerah karena terkejut.
Eunji menggeram kesal lalu berkata. "Kau sendiri, apa yang kau lakukan disini... Kau mengikutiku?".
Orang itu mengernyit. "Aku?... Untuk apa aku mengikutimu" balasnya santai lalu mendudukan dirinya di samping eunji dan menarik tangan gadis itu agar lebih dekat dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Day and Night (Love Chanji)
Fanfiction"gadis itu milikku" - Park Chanyeol. "tidak hyung, eunji noona milik Yeolchan" - Park Yeolchan. "Kalian saudara kembar? lalu siapa calon suamiku yang sebenarnya? sungguh ini membingungkan-ku" Jung Eunji.