3

9 2 0
                                    

Aku melihat Fino yang berdiri di depan pintu kelas, dengan raut muka cemas ia duduk disampingku. Aku mulai khawatir jika ia membahas hal yang terjadi di UKS tadi. Namun ia malah memilih untuk mrmbaca buku disampingku. Aku hanya terdiam dan merasa lega.

Bel pulang pun tiba,

Aku berjalan menyusuri lorong sekolah untuk pulang. Biasanya, Fino mengikutiku dari arah belakang. Namun aku sudah tidak merasa ada kehadirannya disini. Saat hampir sampai gerbang, tiba-tiba ada motor bebek berhenti disampingku. Ia pun membuka kaca helmnya dan menyapaku.

"Ra! Mau pulang ya?" Tanya Farhan.

"Iya Kak.." Jawabku singkat yang sedikit terkejut.

"Bareng sama gue aja yuk!" Ajaknya.

"Emang arah rumah kita searah Kak?"

"Ya enggak lah, lagian aku lagi pengen pulang telat nih."Alasannya.

"Tapi kan kak..." kataku yang belum selesai bicara, tiba-tiba ia langsung menarik tanganku dan menyuruhku untuk duduk di belakang.

Diperjalanan,
Kami hanya terdiam, aku merasa bingung dan canggung jika memulai pembicaraan lebih dulu. Tiba-tiba Farhan mengerem mendadak. Aku pun yang tak ingin terjatuh langsung merangkul tubuhnya. Merasa sudag cukup aman, aku langsunf melepaskan pelukanku.

"Kenapa harus dilepas ? Pegangan aja, nanti kalok gak dipegang jatuh lho.." Kata Farhan. Disini aku sama sekali tidak berpikir bahwa itu adalah rayuan modus. Aku pun terdiam dan hanya menggegam seragamannya saja. Terlihat dikaca spion, Farhan tertawa kecil dan itu membuatku tersipu malu.

*

"Eh... Udah kak sampai sini aja." Kataku sambil menepuk-nepuk pelan pundak Farhan. Ia pun mengerem motor bebeknya secara perlahan dan terhenti.

"Beneran nih, sampai sini aja." Katanya.

"Iya Kak, gak papa." Kataku yang langsung turun dari boncengan sepeda motor itu.

"Makasih ya kak udah mau nganterin aku." Ucapku.

"Iya sama-sama, gue juga minta maaf soal tadi ya."

"Iya kak gak pa pa."

"Ya udah, gue cabut dulu ya... Assalamualaikum..." katanya sambil menyalakan mesin motornya.

"Waalaikumsallam." Jawabku.

Sampai rumah, aku langsung menjatuhkan tubuhku keranjang. Lalu aku tersenyun-senyum dan tertawa-tawa sendiri. Aku mengingat kejadian manis saat dimotor tadi. Aku benar-benar sangat senang. Aku mulai berpikir, "Apakah aku suka ya sana dia?"Aku pun berharap, jika kelak nanti aku benar-benar suka padanya, semoga rasa suka ini terbalaskan.

Esoknya...

Di kelas..

"Ra lagi ngapain?" Tanya Via.

"Lagi baca buku, kenapa emangnya?"

"Gpp. Ini cuma mau kasih undangan ultah gue besok." Kata Via yang memberikan kertas undangannya padaku.

"Oohh..." Kataku sambil membuka undangan tersebut, aku begitu terkejut saat membaca pelaksanaan pesta ultah Via yang dirayakan di restoran mahal. Dengan gagap aku bertanya, "Ka..ka..lok dateng apa harus bawa ka...ka..do ya Vi?" Tanyaku polos. Ia pun langsung tertawa dan berkata, "Ya enggaklah, loe nggak baca di tulisan bawahnya."

"Keterangan, harap tidak usah bawa kado atau hadiah." Kataku. Ia pun tersenyum, aku yang baru sadar. Aku pun tersenyun dan memeluk tubuh Via.

"Kok elu yang seneng sih?" Tanya Via sambil tersenyum. Aku hanya diam dan tersenyum ke arahnnya.
Pulang sekolah aku menyempatkan waktuku untuk bertemu dengan Farhan.
Kulihat hari ini dia ada eskul basket. Aku mengambil bekalku yang ku taruh di kolong meja. Aku berniat memberikan bekalku ini pada Farhan. Aku pun berdiri dan memantapkan hatiku. Saat hendak pergi aku berpapasan dengan Fino. Kulihat ia sama sekali tidak menatapku. Ia mengalihkan pandanganku. Aku hanya terdiam dan berpikir, "Kok Fino semakin hari semakin aneh ya?"

Sesampainya di lapangan basket, aku sama sekali tidak melihat Farhan. Aku hanya melihat sekerumunan kakak kelas sedang beristirahat. Aku pun menghela nafas dan mengurungkan niatku untuk memberi makanan ini pada Farhan. Saat hendak pergi meninggalkan lapangan basket, terdengar suara cowok yang memanggil-manggil namaku. Aku pun menoleh dan mengahampiri mereka.

"Iya ada apa ya kak?" Tanyaku.

"Nggak pa pa, lo ngapain kesini?" Kata salah satu dari mereka.

"Mau cari Farhan ya.." Goda salah satu kakak kelas cowok temannya Farhan. Aku hanya mengangguk dan tersenyum malu.

"Ini kak, aku cuma mau kasih roti ini ke Kak Farhan." Kataku.

"Tapi Farhannya lagi nggak ada, dia lagi beli kado buat ce...." Kata kakak kelas itu. Lalu salah satu dari mereka langsung menutup mulut cowok itu. Dengan senyum meringis, ia langsung mengambil bekal itu dari tanganku.

"Nanti biar gue sampein ke Farhan."Katanya. Aku pun hanya mengangguk dengab raut muka kebingungan dan meninggalkan mereka bertiga.

*
"Ihhh..  Lo ngapain sih Ren!" Teriak cowok yang mulutnya ditutupi oleh Rendi.

"Lo gila ya! Bisa-bisanya lo hampir  keceplosan! Kalok si cewek itu sampek tau kalok Farhan jadian sama Vya gimana! Lo gak mikir perasaan cewek kalok tau cowok yang dia suka itu punya pacar." Kata Rendi.

"Ya bagus, biar si Dira itu tau kalok si Farhan udah punya cewek. Dan biar dia bisa cari cowok lain yang lebih baik daripada Farhan." Sahut cowok itu. Tak lama Farhan pun datang. Rendi langsung melemparkan bekal itu ke arah Farhan. Dengan sigap, Farhan langsung menangkapnya dan bertanya,

"Apaan nih?" Tanyanya polos.

"Itu dari si Dira, adek kelas yang lo lempar bola kemarin."

"Han, lu suka sama Dira ? Sampe-sampe lu nganterin dia pulang kemarin." Kata cowok itu.

"Ya nggak lah Zak, ya kalik gue suka sama Dira. Gue kan udah jadian sama Vya. Lagian ya, gue nganterin dia karena gue ngerasa bersalah gara-gara kemarin. Ada-ada aja lo.." Jawab Farhan.

"Lo nggak kasian sama dia han. Gue pikir-pikir sih dia suka sama lo." Kata Rendi.

"Udah ah! Yang penting disini gue gak suka sama dia, gue cuman kasian aja sama dia." Kata Farhan.

Bersambung...

Maafkan typo atau kesalahan yang bertebaran dimana-mana :v

Semoga kalian suka ya sama cerita baru ini 😊

Dont forget follow my ig @azzahnblh_

Copyright@azzahnabilaah_

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Damn, I Love ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang