"Ayo dong Stephen, cepetan kek" kata seorang gadis di sebrang balkon sana sambil menguncir rambutnya. Karin, gadis yang cantik, berambut ikal kecoklatan, bermata coklat, dan pinter.
"Iya," Ujar Stephen sambil mengambil iPhone-nya "cewek kalo udah minta ditemenin, biasanya gak bisa dibantah nih, err"
"Gue kan cuma minta ditemenin ke tukang sate," protes Karin sambil memutar bola matanya "15menit juga gak sampe, dan lo, bisa lanjutin game zombie-zombie an gaje itu lagi"
Stephen tinggal bersebelahan sama Karin, Mereka punya balkon yang bersebelahan, jadi kalau sewaktu waktu pengen ngobrol, mereka tinggal manjat aja.
Ga perlu susah susah manjat karena tembok itu ga ada tinggi tinggi nya sama sekali, bahkan jendela mereka ber-dua pun berhadapan.
Gue punya ade yang bernama Carmel, bawel, jelek, ribet, kepo pula, gatau nurun darimana, gue rasa sih dia anak tetangga sebelah, dan asal lo tau aja, sodara gue mau tinggal disini selama masa kuliahnya dan itu hell banget.
Carmel POV
Gue membuat satu gelas coklat panas dan langsung menghabiskan nya dalam sekejap mata.
"Iya pah, si Juan mau kesini hari ini, kayaknya sih bakalan sampe beberapa tahun berhubung dia mau kuliah disini juga"
Carmel mendengar suara seseorang yang tidak asing ditelinganya, suara mamanya, Carmel beranjak pergi dari dapur dan langsung mendekati arah suara itu yang berasal dari kamar kedua orang tuanya.
"Ohh, bagus dong Stephen akhirnya ga sendirian lagi" jawab seorang yang lain, yang gue yakin adalah papa.
Gue kaget mendengar kedua orang tua gue barusan. Gue paling benci orang baru dirumah. Lagian siapa sih Juan itu ribet banget mau tinggal disini, bertaon taon pula.
Gue jatuh dari tempat nguping tadi karena gue ga sadar ada yang narik pintu kamar, dan saat mendongakan kepala, gue mendapati mama sudah berdiri didepan pintu.
"Kamu daritadi disini?" ucap mama nya kaget
Mamanya Carmel, Sarah, sangat tau sifat Carmel yang paling benci kalo ada orang baru dirumahnya, tapi apa boleh buat, lagipula Juan kan saudaranya, Sarah yakin Carmel bisa nerima Juan disini pada akhirnya.
"I--Iya ma," jawab Carmel terbata-bata "emangnya beneran kita bakalan kedatangan tamu disini?"
"Iya sayang, namanya Juan"
Carmel langsung berlari ke kamarnya dan membanting pintu kamar. Gue benci orang baru, batinnya dalam hati.
Author POV
Stephen yang sedang asik bermain PS3 dikamarnya terlonjak kaget mendengar bantingan pintu yang sangat keras. Pasti Carmel, batin Stephen.
Stephen tidak memperdulikan Carmel, sampai akhirnya iPhone nya berdering.
"Lo kemana aja, gue bbm, line, semuanya ga lu bales" teriak seseorang diujung telepon sana.
"Maap Juan sayang, gue lagi maen Last Of Us di PS3, nanti sampe sini lu harus cobain deh, gila gue sampe tegang mae--" Cerocos Stephen panjang lebar karena sudah dua orang yang mengganggu permainannya.
Belum selesai Stephen menjelaskan, Juan langsung menyela pembicaraan Stephen. Alih-alih takut Stephen nyerocos tiga bab.
"Dasar maho lu panggil-panggil sayang, gue udah sampe Indo nih, jemput gue dong dibandara, gue kan ga ngerti jalan disini, nanti ada yang nyulik gimana?!"
"Siapa juga yang bakalan nyulik lo, waria bohay iya"
"Hahahaha, yaudah pulsa mahal nih, gue tunggu yah depan bandara"
Tanpa menunggu jawaban Stephen, Juan memutuskan sambungan telepon sepihak.
Mobil BMW Stephen melaju kencang membelah jalanan yang padat kendaraan ini. Stephen sedang berencana untuk menjemput Juan yang notabene saudaranya itu.
Sebelumnya Juan bersekolah di Sydney, tetapi karena ayah dan ibu Juan tidak sanggup membayar uang kuliah, maka ia dipaksa oleh kedua orang tuanya untuk melanjutkan kuliahnya di Indonesia.
Setelah 15menit Stephen terjebak dalam kemacetan, akhirnya ia sampai di bandara juga.
Stephen mencari-cari tanda keberadaan Juan dari depan pintu bandara sejak dari 5menit yang lalu dan hasil nya nihil.
"Cari siapa, Mas?" Stephen menoleh dengan rasa kesal di dada, siap siap mengomeli orang yang sudah memanggilnya dengan sebutan "mas"
"Lu tuh bi--sa," omel Stephen tanpa melihat siapa sosok dibalik orang yang memanggilnya tadi "anjir ternyata elo! kampret lo dasar, liatin aja nanti gue bales lo" Semprot Stephen saat mengetahui bahwa orang itu adalah Juan.
"Hahahahah," Makanan yang sedang dimakan Juan langsung berlomba keluar dari mulutnya "gufe bwerfchandha khalih"
"Bego lo! Jijik tau itu makanan mau loncat semua"
Mereka berdua tertawa layaknya seorang sahabat dekat sambil menuju tempat parkir.
----
a.n
Buat yg read, apalagi vomments, aku padamu bgt deh aww *kedip kedip najong*
KAMU SEDANG MEMBACA
[closed]
Teen Fictionudah closed. so, gausah baca daripada jadi penasaran akhir ceritanya(?) hihihi. check my another project, thankiess (: