Chapter 3 - Flashback

143 29 7
                                    

a.n

ada bbrp penjelelasan dulu disini

1. Josh itu cuma figuran jadi gabakalan ada lagi dipart berikut-berikutnya

2. Pas flashback tuh waktu mereka masih kecil, jadi pas pov pake aku kamu, trus cara ngomongnya yagitudeh(?)

3. Gue minta maap grgr postnya lama bgt, sumpah demi apa gue sibuk-____-

4. Oke sip gue uda bnyk bacot jd langsung baca aja -____-

----

Cathrine menatap orang orang yang berlalu lalang di café dengan tatapan tajam, beberapa musibah telah dialaminya selama seminggu ini. Rasa benci dan marah yang menjadi satu, dan ditambah lagi kepergian seorang Juan ke Indonesia.

Lonceng diatas pintu café berbunyi yang menandakan ada seorang -bahkan lebih- memasuki café mahal itu, side lake café tepatnya.

Sepasang kekasih yang baru saja masuk terlihat sedang berjalan menuju bagian café terdalam, dimana akan terlihat danau yang sangat indah, kalo aja Juan masih disini, batin Cathrine.

Untuk yang ke-empat kalinya Cathrine memanggil pelayan café untuk menambah minumannya.

"Greentea latte lagi, dek?" Kata salah satu pelayan yang memang sudah berumur.

Tanpa melihat wajah sang pelayan, Cathrine pun segera menganggukkan kepalanya dan dengan cepat mengambil iPhone nya yang sedang berdering.

"Kenapa lagi, Josh?"

"Gue dapet semua informasinya, Cath" kata seseorang diujung telepon sana.

"Great, kirim ke line gue ya semua data datanya"

Tanpa menunggu jawaban dari orang yang dipanggil 'Josh' tadi, Cathrine langsung memutuskan sambungan sepihak.

Tidak sampai 5 menit beberapa notifikasi LINE masuk ke handphone Cathrine, bersamaan dengan datangnya Greantea Latte.

Josh : Dia tinggal di Jakarta sama saudaranya, Cath.

Josh : Gue belom dapet alamatnya, secepetnya gue kabarin.

Cathrine : Idiot, lu bisa tau dia tinggal di Jakarta sama saudara nya, tapi alamatnya aja gak tau.

Josh : Gue udah berusaha semaksimal mungkin, oke? Dan stop panggil gue idiot.

Cathrine sangat jengkel dengan mata-matanya itu, kalau saja dia bukan mata-mata ayahnya dan sekaligus saudaranya, dia pasti sudah memecat Josh.

Cathrine berjalan menuju kasir dan segera membayarnya dengan uang sepuluh dolar, "Juan?" panggil Cathrine ke salah satu pelayan café "uhm, maaf nona ini kembaliannya" kata sang penjaga kasir sambil menyodorkan uang satu dolar dengan tatapan bingung, "uhh, maaf aku kira kau .. sudahlah lupakan"

Cathrine berjalan menuju tempat parkiran dengan tergesa-gesa, mobil audy milik Cathrine pun segera melesat membelah kota new jersey itu dengan cepat.

FLASHBACK ON

Cathrine POV

"Cath, nanti SMP semoga kita satu kelas lagi ya" Kata seorang anak kecil yang notabene sahabatku.

"Ya, Sher" Jawab ku kikuk.

Aku sudah mengetahui apa yang direncanakan kedua orangtuaku, yaitu memindahkan ku ke Jakarta bersama nenek.

Ya, ini semua karena tingkah laku ku yang sangat buruk akibat ditinggal kedua orang tua ku setiap hari sampai larut malam untuk mencari uang, karena nenek sangat pintar dalam hal didik mendidik, kedua orangtua ku pun mempercayai nenek untuk mendidik ku. Ughh sangat repot.

[closed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang