di Kantin

61 6 19
                                    

Teh Icih datang membawa nampan berisi 3 mangkuk baso.

Ada baso urat, baso telor dan baso yamin. Punya gue yang baso telor, karena gue suka telor. Makan baso terus di dalemnya ada telor itu bisa membuat perut gue langsung kenyang. Kayak mie plus nasi. Orang Indonesia bukan? Kalau bukan berarti lo gak tau betapa nikmatnya mie campur nasi plus cengek and telor.

Buat anak kosan mah itu menu spesial loh. Spesial melaratnya.

Yang yamin punyanya Izza, doi emang suka emih yang di pisah-pisah sama airnya. Sama kayak hubungan dia yang udah berpisah dengan si darah biru asal keraton itu tuch.

Terakhir, yang banyak uratnya punya Gupi. Karena ia butuh nutrisi daging untuk memulihkan kembali otot-otot kaki jenjangnya. Kebanyakan salto sih ya mamam aja deh sono.

Kami memang sedang berada di kantin fakultas ekonomi. Kayak gak tau aja, anak ekonomi kan terkenal dengan kecantikan dan kegantengan badainya. Wajar aja sih kita gak salah masuk jurusan. Kita tuh cantik, tapi kita...

Kayaknya gue males deh nyebutin kelanjutannya :D

"Gak pedes-pedes"

"Udah kali, lo udah masukin berapa sendok itu tadi?"

"Baru juga 5 sendok"

Izza memang penggemar makanan pedas dan itu berbanding terbalik dengan Gupi yang gak suka makanan terlalu pedas. Dia mah palingan masukin seuprit sendok sambal ke dalam makanannya. Karena kalau kepedesan dia mampu bolak-balik kamar mandi seharian penuh.

Kalau gue? Gue mah yang sedang-sedang saja. Yang penting itu kuah gue gak pake saos sama kecap udah cukup. Gue biasanya cuma masukin 2 sendok sambal doang.

Part pertama bahas makanan. Author mah bebas.

"Awas ati-ati kebanyakan makan pedes gak baik buat lambung" Itu kata gue, sekalian memperingati Izza yang sekarang udah nyendok sambal lagi. Itu perut apa ladang cabe.

"Anak SD juga tau." Gupi menimpali sembari meniup-niup kuah basonya.

"Kan gue emang anak SD"

"Anak SD bangkotan kayak elu?"

"Ih gue mah imut"

Izza langsung tersedak. Sialan.

"Gue keselek baso" Katanya.

"Iya tau, kan lo lagi makan baso, bukan jengkol" Kataku gemas.

"Tapi sebenernya gue keselek karena denger lo bilang kalau lo imut" Emang ya, jaman sekarang wajah bidadari kayak Izza itu hanya tipu muslihat aja. Kadang kalau ngomong suka bener gitu dia mah.

"Mampus" Gupi oh Gupi. Kalau bukan tukang tendang udah gue lelepin mukanya ke kuah baso.

"Gue kan pengen tau rasanya diakui sebagai makhluk imut"

"Arkan belum mengakui yah?" Izza kalau nanya suka bikin hati tersayat deh.

"Otw mengakui...Ah sialan lo. Gue jadi males makan."

"Dih apa hubungannya coba"

"Gue mulai merasa ngenes, cinta gue bertepuk sebelah tangan dari jaman kapan tahun. Dasar itu kecoak Arab satu."

"Gue bilangin lo nyebut si Arkan kecoa Arab. Baru tau rasa." Gupi menengahi.

"Gue bilangin Sakura, Syaoran selingkuh sama cewe sirkus a.k.a elo."

"Kambing!"

"Aaah kenyang." Izza berucap, ia memang yang paling adem ayem di antara kita sekaligus pemecah rekor makan tercepat. Badannya ceking tapi makannya emejing.

Pretty SillinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang