Chapter 2

42 7 0
                                    

DI RUANG PUSAT KENDALI MARKAS.

        Seorang lelaki paruh baya yang tengah duduk didepan layar lebar yang dipenuhi dengan berbagai system, ia memutar kursinya kearah belakang menghadap seorang wanita yang umurnya berkisar 45 tahun
        "Lapor nyonya Vellan, musuh sudah memenuhi ketiga ruang kontrol"
        " Apa?! Tunjukkan posisi mereka sekarang ! "
        "Mereka menuju pusat kendali nyonya "

    Vellan begitu terkejut. 'Ini akan berbahaya, Leiy harus dikirim kedimensi lain.' batinnya sembari meletakkan secangkir kopi panas diatas meja kendali. Dia menggenggam ponselnya.

         " Halo, Fiez keadaan memburuk disini "
         " apa yang terjadi ?! "
         "Mereka akan segera memenuhi pusat kendali"
         "Lalu , dimana putri ku " Fiez terdengar akan menangis, ia dan putrinya hanya selangkah dengan ajalnya.

         "Jizou masih bersama Leiy di ruang istirahat pekerja"
         " Apa kita harus mengirim mereka ke bumi agar terselamatkan dari perang ?"
         " mungkin seharusnya kita melakukan hal itu "
         " Ya lakulanlah Vellan, ini semua demi kehidupan putri kita "
         "Baiklah, perintah dilaksanakan " Vellan mematikan ponselnya, air mukanya berubah panik, dia mengetuk-ngetuk jari telunjuknya kearah meja. Kemudian, ia menghampiri laki- laki yang masih terduduk didepan layar kendali.
         " Nio ! Tolong panggilkan Stella. "
         "Siap nyonya, Panggilan telah terkirim" ucapanya dibalas senyuman dan anggukan ringkih milik Vellan.

* * *

          " Hallo~nona-nona, sepertinya anda harus segera bersiap-siap"seorang wanita berkacamata menghampiri kedua orang remaja yang sedang asik dalam dunia imajinasinya.

          "Oh halo, Stella ,Hmm..bersiap untuk apa?" Jizou melepaskan earphone yang sedari tadi melekat ditelinganya.
          "Kau dan Leiy akan dikirim jauh dari dimensi ini" Stella membaca lembaran yang dipegang olehnya.
          " apa ?! Kau bilang ka-" kalimat Jizou terpotong, saat Stella meletakkan telunjuknya didepan bibir Jizou.
          " Sst.. Tahan keluhanmu dulu nona. Dimana temanmu nona ?"
          "Ehhrgg..!jauhkan telunjukmu Stella!, umm... Leiy ?" Jizou menaikkan sebelah alisnya.
          "Ah ! Iya nona Leiy, dimana dia ?" Stella bertanya heran
         " disana " Jizou menujuk Leiy yang berada di sudut ruangan.
Stella melirik Leiy dengan ragu ketika melihat Leiy memakai sebuah kacamata virtual reality dan beraksi seolah olah dia dalam suatu peperangan
"Umm... Nona Leiy ?!" Stella mengguncang bahu Leiy. Tak ada jawaban dari gadis itu.
         "Nona ? " Stella melakukan hal yang sama
        " sepertinya dia sedang menikmati dunianya " sahut Jizou yang melihat perilaku Stella.
        "BANG !"
         "Aaa...!! " jeritan Stella secara refleks berkabung di udara
        " ha..ha..ha.. Gotcha!" Leiy hanya tertawa dan Stella memperbaiki letak kacamatanya.
        " berhentilah bercanda nona, nyawa anda sedang terancam sekarang !" bentak Stella, dia sudah pusing menghadapi Leiy.
        " apa ?!" ketawa terbahak Leiy berhenti, dia membuka kacamata VRnya.
        " sekarang atas perintah nyonya Vellan dan Fiez, kalian akan dikirim ke bumi jauh dari dimensi ini !"
        "Hey ! Lolucon macam apa itu ! "
        "Saya tak pernah membohongi anda nona"
        "Jangan bercanda padaku Stella ! Kau bilang kami akan berpisah dengan ibu kami ! Oh aku tak kan pernah melakukannya" Leiy menghantam kacamata VRnya ke dinding. Rambutnya berantakan. Matanya sembab.

Albist and NeoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang