SLEEP

6.8K 319 128
                                    

Butuh usaha lebih bagi Jongdae untuk mencapai kediamannya kali ini.
Setelah membayar tarif taksi yang ia gunakan, kini Jongdae masih harus meneruskan langkah menuju pintu rumahnya.
Meniti tangga satu persatu diantara padatnya rumah penduduk yang terlihat lengang.
Kebanyakan mereka tengah bekerja dan akan kembali sore hari nanti.

Seharusnya itu hal yang teramat mudah jika saja ia dalam keadaan baik-baik saja. Tidak dengan rasa pegal luar biasa di hampir seluruh tubuh.
Jongdae melangkah tertatih beberapa meter hingga mencapai tepat di depan pintu rumah sewanya.
Beberapa kali hampir tersungkur ketika sudut pandang mempermainkannya, membuat ilusi yang tidak semestinya.
Hangover sialan.

Menyandarkan tubuh lelahnya, Jongdae menyeka bulir keringat di pelipis.
Kakinya gemetaran, kepalanya masih berdenyut nyeri menghantarkan sensasi pusing tak menyenangkan.
Gosh.
Jongdae butuh muntah sekarang juga.

Jongdae merogoh saku, mengeluarkan kunci rumah dan tidak membuang waktu untuk segera menuju kamar mandi.
Memuntahkan sisa alkohol yang seolah naik mendobrak lambung.
Pasca mabuk memang tidak pernah terasa menyenangkan.

"Aku butuh mandi, ugh"

Kembali menunduk untuk meloloskan cairan yang menyeruak keluar dari tenggorokannya.
Jongdae tidak punya kegiatan lain di luar rumah, jadi ia hanya butuh tidur panjang.
Persetan akan kebutuhan makan, untuk saat ini Jongdae tidak merasa lapar sama sekali.

Setelah berdiam diri beberapa saat, satu persatu kancing kemeja ia loloskan.
Membiarkan kulitnya tak di lindungi helaian kain.
Mencoba mengingat kembali apa saja yang sudah terjadi tadi malam. Mengais sisa memori barangkali masih ada yang bisa Jongdae temukan.

Baekhyun jelas tidak tahu menahu soal Jongdae yang di bawa orang asing, apalagi sampai disetubuhi.
Yang Jongdae ingat hanya sekilas saat ia meminta persetujuan Baekhyun atas tagihan minuman keras yang ia tenggak.
Lalu setelah itu Baekhyun meninggalkannya untuk pergi bergabung dengan yang lainnya.

"Aku benar-benar tidak bisa mengingatnya dengan baik"

Jongdae membenturkan pelan keningnya pada cermin. Kaitan celana mulai ia lepaskan. Menggigit bibir untuk meredam desisan perih tiap bergerak.
Beserta celana dalam ia enyahkan dari ujung kaki.

Jongdae berdiri tanpa pakaian sama sekali di depan cermin.
Tidak banyak bekas yang ditinggalkan orang asing semalam.
Jongdae meraba area dadanya yang masih tersisa jejak merah samar.

"Sshhh... Apa dia menggigit puting ku?"

Gumam Jongdae sesaat setelah ia meraba bagian puting dan rasa pedih kentara Jongdae rasakan disana.
Bengkak di puting yang mulai mereda serta goresan kecil yang sialnya nyeri sekali jika tersentuh.
Pantas saja ia merasa tidak nyaman saat putingnya tergesek kain baju.

"Aku juga sempat orgasme?"

Meraih penisnya yang dibaluri sisa-sisa kental putih mengering.
Jongdae menyampingkan tubuh, menilik dari cermin bagian lain yang tak terjangkau jarak pandangnya.
Ada beberapa ruam merah lainnya di sekitar punggung hingga pinggang.

Jongdae menghentikan tatapannya pada bagian bokong.
Bekas cengkeraman atau sebuah tamparan?
Yang jelas itu menghasilkan bekas tangan yang terlihat jelas.
Jongdae menyamakan ukuran jari-jemarinya.

"Dia seseorang yang sepertinya memiliki tubuh lebih besar dariku"

Monolognya lagi setelah memastikan bekas tangan itu memiliki ukuran melebihi diameter telapak tangannya sendiri.

Jongdae tertegun sejenak.
Kejadian semalam bukanlah masalah besar walau itu adalah kali pertama ia di bobol, toh Jongdae juga tidak akan hamil meski di isi sperma sebanyak apapun.
Tapi rasa malu dan marah akan kenyataan diperdaya dalam keadaan tidak sadar tak bisa Jongdae enyahkan dari benaknya.

DRUNKEN TRUTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang