Pertemuan

6 0 0
                                    

Rey memasuki ruang perpustakaan yang tampak sepi. Hanya beberapa siswa yang terlihat sedang membaca buku tanpa suara. Perpustakaan adalah tempat di mana Rey kadang-kadang menghabiskan waktu istirahat. Tempatnya yang sepi dan tenang membuat dia bisa belajar ataupun membaca buku tanpa ada seorangpun yang mengganggunya. Rey mendekati salah satu rak dan mulai mencari buku yang menarik untuk dibaca.

"Hiks hiks..."

Ray mendengar suara seseorang menangis.

"Hiks...hiks...hiks"

Sepertinya ada yang sedang menangis, batin Rey. Penasaran, dia pun mencari asal suara tersebut. Rey berjalan melewati dua rak buku, kemudian berbelok, tepat di pojok ruangan terdapat beberapa bangku dan meja. Di sana dia melihat seorang gadis yang duduk membelakanginya. Dari situlah asal suara tangis tersebut. 

Rey menyandarkan punggungnya di ujung salah satu rak buku di belakang gadis itu. Namun, gadis itu tak menyadari kehadiran Rey. Meskipun Rey tak bisa melihat dengan jelas apa yang sedang dilakukan gadis itu, tapi dia sangat yakin gadis itu sedang menangis.

Beberapa menit kemudian Rey mengulurkan tangannya memberikan sapu tangan ke gadis itu. Seketika gadis itu menoleh dan kaget dengan kehadiran Rey. Gadis itu menatapnya tajam tanpa menghiraukan sapu tangan yang diberikan Rey. Rey menundukkan badannya hingga wajahnya sejajar dengan gadis itu, kemudian dia mulai menghapus air mata gadis itu.

"Sudah, jangan menangis lagi. Kau tampak cantik tanpa air mata ini." Bisik Rey lembut. "Lagian siapa laki-laki bodoh yang membuatmu menangis seperti ini?" Tanyanya lagi, masih dengan suara lembut, sangat lembut. Suara yang sebenarya dapat membuat siapa saja yang mendengarnya menjadi tenang. Tapi berbeda dengan gadis itu. Sejurus kemudian tangannya melayang menampar wajah Rey.

"Kenapa kamu menamparku? Apa aku salah ngomong?" Tanya Rey kaget, tidak menyangka reaksi tiba-tiba gadis itu.

"Aku tidak menangis karena seorang laki-laki. Dan aku menamparmu karena kau begitu lancang menggangguku yang sedang membaca buku." Ucap gadis itu sambil mengangkat tangan kirinya yang memegang sebuah novel. "Kau tahu sikapmu itu sangat menyebalkan," sambungnya.

Gadis itu pun berlalu begitu saja meninggalkan Rey yang masih mengaduh karena sakit dipipinya. Ia baru saja bertemu dengan seseorang yang berbeda pikirnya. Ray tersenyum mengusap wajahnya yang sekarang Nampak kemerahan.

***

DiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang