Permintaan Maaf

7 0 0
                                    

Sudah beberapa hari sejak peristiwa di perpustakaan itu berlalu, Diara selalu terganggu dengan pertanyaan di kepalanya mengenai siapa laki-laki itu. Entah kenapa ia tak bisa melupakan kejadian hari itu. Hanya saja Diara tak pernah lagi melihat orang itu di sekolah. Mungkin saja dia anak nakal yang suka membolos sekolah pikirnya suatu hari. Hah kenapa juga aku memikirkannya? Batin diara. Tapi lagi-lagi pertanyaan itu mengusiknya mungkinkah mereka akan bertemu lagi?

Diara menggeleng-gelengkan kepala untuk mengusir segala pikirannya yang mulai tak terarah. Lalu sekali lagi menatap dirinya di cermin yang sudah siap berangkat sekolah. Diara menghembuskan nafas lalu meraih tas ranselnya.

***

Seperti biasa, saat jam istirahat tiba Diara akan bergegas ke perpustakaan untuk membaca buku. Tapi ketika melewati ruangan musik Diara mendengar suara piano yang begitu indah. Suara musik itu pun membuatnya lupa akan tujuan awalnya dan mengantarkan kakinya melangkah ke arah suara tersebut. Dibukanya pintu yang setengah terbuka. Diara akhirnya bisa melihat seorang lelaki sedang memainkan piano. Tampak seberkas cahaya yang jatuh dari jendela menerpa tubuhnya. Jari-jarinya lincah menari di atas keyboard dan walaupun Diara hanya melihatnya dari belakang ia sangat yakin orang itu sangat menghayati permainan pianonya seperti seseorang yang sedang jatuh cinta. Pemandangan yang memukau dan indah. Tanpa sadar Diara tersenyum, terhanyut oleh nada-nada yang keluar dari tuts-tuts piano yang ditekan laki-laki itu.

Sementara itu, Rey yang tengah asik bermain piano menyadari ada seseorang yang sedang menatapnya. Rey sedikit menoleh ke samping ia pun tahu siapa yang sedang menatapnya. Senyumnya tersungging, lalu menoleh lagi tapi Diara pura-pura tidak lihat dan bersembunyi di balik pintu.

Rey menghentikan kegiatannya lalu berkata, " Tidak usah pura-pura, aku tahu kamu di sana." Rey kemudian berdiri dan berbalik. Dia meletakkan tangannya di pinggir piano, menunggu apa yang akan dilakukan gadis itu.

Diara akhirnya menampakkan diri pelan-pelan. Rey tersenyum. Diara acuh. Rey menghampiri Diara. Beberapa saat mereka hanya terdiam hanyut dalam pikiran masing-masing.

"Permainan pianomu bagus" ucap Diara memecah sunyi.

Rey tersenyum. " Yah lumayan," katanya.

"Aku minta maaf," ucap mereka bersamaan. Lalu Ray tertawa. Diara senyum tersipu.

"Kamu duluan," ray mempersilahkan.

"Yaps, aku minta maaf karena menamparmu waktu itu. Aku sangat tidak suka diganggu saat sedang membaca dan laki-laki yang sok tahu seperti..." Diara terhenti, ia menatap Ray yang sedang menunggu apa yang akan dikatakannya.

"Seperti apa?" Tanya Ray dengan alis terangkat.

"Hmm... sudahlah lupakan"

Ray menganggukan kepala.

"Sekarang giliranmu," ucap Diara cepat.

" Oke. Aku minta maaf karena mengganggumu dan sudah sok tahu terhadapmu. Aku hanya tidak suka melihat ada seorang perempuan yang menangis," Jelas Rey sembil menatap mata Diara .

Diara terdiam. Dia tampak berpikir.

"Baiklah maaf diterima." Ucap Diara dengan senyum tulus

"Sepertinya kita harus memulai dari awal dengan berkenalan secara baik-baik," tawar Ray.

Hening sejenak.

"Setuju," senyum Diara mereka.

"Aku Rey, kamu? Rey mengulurkan tangannya ke arah Diara.

"Diara," Ucap Diara sembari menjabat uluran tangan Rey.

"Di."

"Apa?"

"Aku akan memanggilmu Di, bolehkan?"

"Di? Umm boleh saja" ucap Diara tersenyum.

Ray menatap Diara dalam. Senyuman itu sudah benar-benar menggetarkan hatinya. Percakapan merekapun berlanjut hingga suara bel berbunyi menandakan waktu istirahat telah berakhir. Lalu mereka kembali ke kelas masing-masing setelah bertukar nomor HP.

Di kelas, Rey tak hentinya senyam-senyum sendiri mengingat pertemuannya dengan Diara saat istirahat tadi. Gadis yang beberapa minggu terakhir ini berhasil mencuri perhatiannya. Dia pun akhirnya tahu mengapa tak pernah bertemu Diara, padahal jarak mereka selama ini hanya dipisahkan satu kelas karena Rey berada di kelas X-1 dan Diara di kelas X-3. Pasalnya Diara adalah seseorang yang introvert dan tidak mudah bergaul. Sehingga lebih sering menghabiskan waktu di perpustakaan daripada nongkrong di kantin bersama teman-temannya.

Di, dia memang berbeda....

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang