Chapter 1

40 8 2
                                    

Author's Note🙋 :

Sorry for the late update🙇

Anyway, enjoy this chapter. I hope you like it :)

»«»«»«

Sebuah perang pasti ada di tengah-tengah kedamaian dunia.
Bahkan, sepasang mata manusia tidak akan mampu melihatnya dengan jelas.

|ALAVEY|

Gadis itu mengerjapkan matanya berulang kali. Cahaya matahari merasuk ke dalam pupil matanya yang berwarna biru. Gadis itu tidak tahu apa yang terjadi hingga dia bisa tertidur di atas sebuah batu besar di tengah pohon-pohon besar yang melingkarinya.

Ia melirik pakaian yang dikenakannya. Masih sama seperti yang ia kenakan ketika dia tiba-tiba tertidur di sebuah pusat perbelanjaan. Rambutnya lebih panjang dari biasanya dan warnanya lebih terlihat kebiru-biruan. Dia tidak tahu dimana dia berada. Yang jelas, kenapa dia bisa berada di sini secara tiba-tiba?

Ia turun dan mencoba untuk mencari tahu. Ia merasakan kakinya sedikit tergelitik saat telapak kakinya menyentuh tanah yang sedikit basah di bawahnya. Tetapi saat ia mulai mengangkat kakinya, tiba-tiba tumbuhan hijau muncul dari bawah jejak kakinya. Ia terkejut bukan kepalang dan kembali menaikkan kakinya di atas batu besar itu.

"Bukankah menurutmu itu aneh?"

Dirinya melihat ke arah seorang laki-laki bermata merah yang sedang terduduk di atas sebuah akar pohon yang cukup lebar. Ia baru sadar jika ada seseorang yang sedari tadi duduk di sana.

"Maaf. Bisa kau beritahu mengapa aku bisa ada di sini?"

Laki-laki itu berdecak pelan dan bangkit dari duduknya. "Tidak kusangka aku berhasil memanggilmu di sini.

Laki-laki itu mendelik dan berjalan menghampiri gadis itu. Gadis itu melirik jejak sepatu laki-laki itu dan tidak ada tumbuhan hijau yang muncul. Sadar akan itu, laki-laki berambut hitam itu terkekeh. "Dasar naif. Aku tidak akan bisa menumbuhkan tumbuhan hijau sepertimu."

Gadis itu mengerutkan alisnya tidak senang.

"Kalau boleh tahu, apa kau ingat namamu sendiri?"

Gadis itu berdecak kesal dan menatap manik mata laki-laki itu dengan tajam. "Tentu saja. Hanya orang bodoh yang tidak ingat namanya sendiri. Namaku, A..." Gadis itu terkejut dan memegang kepalanya. "Oh tidak."

Laki-laki itu tertawa. "Hehe, orang bodoh."

Gadis itu mendengus sebal dan memalingkan wajahnya. "Mungkin sesuatu telah mencegahku mengingat namaku sendiri. Seperti..., mungkin suntikan yang bisa membuatku amnesia."

Laki-laki itu menatapnya dengan heran. "Suntikan? Apa itu?"

"Ini dunia fantasi ya? Dan mungkin aku akan berperan menjadi seorang putri yang diselamatkan oleh pangeran dari gangguan laki-laki bermata tomat."

Laki-laki itu tertawa. "Siapa yang kau maksud dengan mata tomat?"

Gadis itu ikut tertawa kering karena heran dengan laki-laki yang tidak sadar akan perkataannya itu.

Gadis itu menebarkan pandangannya ke sekitar. Hewan-hewan berkumpul dan memperhatikannya. Melihat tatapan hewan-hewan itu, gadis itu terlihat sedikit ketakutan. "Apa mereka akan memakanku?"

Laki-laki itu tertawa. "Mereka hanya senang dengan kehadiranmu. Haa, lagi-lagi kau seperti orang bodoh saja."

"Huh."

"Hmm, jadi teringat sesuatu di masa lalu." Laki-laki misterius itu beralih duduk di batu itu.

"Oh iya, sebelum kau mulai bercerita, ini perasaanku saja atau daerah ini tertutup oleh dahan dari sebuah pohon yang sangat besar."

Laki-laki bermata merah itu mengangguk. "Yap, kau benar. Sebenarnya pertanyaanmu itu ada hubungannya dengan sesuatu di masa lalu itu."

Gadis itu manggut-manggut. "Dan sebenarnya apa yang membuatmu teringat akan masa lalu yang kau maksudkan itu?"

"Seorang gadis yang datang dari dunia lain. Beberapa tahun yang lalu ada kejadian yang seperti itu. Tetapi dia datang sendiri dan tidak dipanggil."

"Oh iya, kalau tidak salah kau memanggilku ke sini kan? Untuk apa?"

Laki-laki itu tersenyum jahil. "Apa kau yakin tidak ingin bertanya siapa namaku?"

Lalu, gadis itu teringat sesuatu. "Ah, Avey!"

Kemudian, cahaya putih dari atas langit menyinari seluruh tubuhnya. Bersamaan dengan itu hewan-hewan yang berada di dekat mereka melolong, meringkik, mencicit tidak senang.

Laki-laki bermata merah itu tersenyum kecut. "Wah, bisa gawat kalau seperti ini. Omong-omong namaku Al. Aku akan memanggilmu lagi, jika kau tidak ingin mati."

|ALAVEY|

Jangan lupa klik tanda bintang di pojok kiri bawah ^^

Baca juga My World dari ArkhaNurfa

AlaveyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang