chapter 27

1.2K 62 5
                                    

Satu setengah bulan berlalu dan sekarang semua siswa SMA Rajawali sedang melaksanakan ujian akhir semester atau bisa disebut juga penilaian akhir semester pada hari terkahir.

Selama dua minggu, hampir setiap malam Radit bersama Sean dan Alvin datang kerumahku untuk belajar bersama, walaupun pada akhirnya hanya Sean saja yang belajar dan yang lainnya hanya bermain game.

Alvin anak IPS tapi belajarnya ikut anak IPA? Kata Alvin, dia ikut belajar bersama karena dirumah dia hanya sendiri, orang tuanya keluar kota, jadi rumahnya sepi dan Alvin takut.

Sekarang kami sedang belajar pelajaran olahraga. Bukan. Hanya aku saja yang belajar, sedangkan Radit, Alvin dan Sean bermain ROS bersama sama.

"Lo pada kesini cuma mau main game?" Tanyaku pada mereka seraya membolak balik halaman buku.

"Engga, sama numpang makan juga." Jawab Radit dengan tatapan yang fokus ke handphone.

"Ditt ayo dong belajar." Ucapku menggoyangkan lengan Radit. "Katanya kamu mau nyusul kak Ray?"

"Lo juga dong Se, Vin, jangan main game terus." Sambungku. "Besok pelajarannya susah looh, gamau bikin ringkasan gitu?"

"Lo Vin? Ga mau bikin contekan?" Sambungku lagi bertanya pada Alvin.

"Engga ah." Jawab Alvin langsung. "Besok kan pelajarannya cuma olahraga, apa yang mau dibelajarin?"

"Udah pro kita mah." Sambungnya membanggakan diri.

Aku mendnegus kesal dan meninggalkan mereka yang sedang main game kedapur, mengambil makanan lagi karena makanan yang disajikan sudah habis dimakan Alvin.

Aku kembali ke ruang keluarga dengan satu nampan yang berisi empat cheeseburger yang tadi dibeli mama saat mama keluar sebentar. Mungkin dengan itu, mereka akan berhenti bermain game.

"Cheeseburger is ready to eat!" Ucpaku meletakkan nampan itu diatas meja tetapi pandangan mereka terus menatap handphone. "Kalo gaada yang mau, gue makan sendiri deh."

"Mauuu." Ucap Radit, Sean dan Alvin bersama sama.

"Tapi udahan mainnya, belajar dulu, ntar baru dikasih." Sahutku langsung.

"Iya iya." Ucap Radit.

"Nih menang, mana cheeseburgernya?" Ucap Sean. Wow. Cepat sekali mereka memenangkan game itu, padahal kalau aku main sendiri, memerlukan waktu lama dan berkali kali untuk memenangkannya.

"Belajar dulu Seaaann." Ucapku.

"Kalo pelajaran lain kita emang ga pinter pinter banget beb, cuma kalau olahraga kita dah pinter." Sahut Radit.

"Nggak perlu belajar mah udah bisa ngerjain." Sambungnya.

"Sekarang mana cheeseburgernya?" Sambungnya lagi.

"Kalian laper?" Tanyaku dan mereka mengangguk dengan wajah polosnya. Hadduhh lucu sekali.

"Uuu kacian anak mama kelaparan, niih cheeseburger kalian." Ucapku seraya memberikan cheeseburger itu pada mereka.

"Tengkyu mama Cleo!" Ucap Alvin bersemangat.

"Iyuh!" Sahut Radit dan Sean bersama sama.

Oiya, sejak aku berpacaran dengan Radit, Sean masih sering mengirim pesan tapi tidak sesering dulu. Sean mengerti kalau aku pacar Radit dan Radit juga mengerti kalau Sean menganggap aku sebagai adiknya saja, tidak lebih.

***

Pagi pagi sekali Radit menjemputku untuk berangkat sekolah bersamanya, padahal awalnya aku sudah menolak supaya dia bisa datang lebih pagi disekolah dan belajar, tetapi dia keras kepala.

Miracle | CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang