BAB III LE PARADIS

500 51 6
                                    

"Inilah yang dikatakan takdir"
*******

Hari mulai malam, pengunjung Le Paradis semakin malam justru semakin ramai. Jujur saja, Amy sangat menikmati hari pertamanya bekerja. Semua begitu sempurna tanpa ada kendala. Faktor terbesar yang melancarkan pekerjaannya malam ini adalah tamu-tamu Le Paradis yang terdiri dari pria dan wanita paruh baya dari klub elit kapal pesiar di kotanya.

"Am, bisakah kau mengantar ini ke meja 19? Aku dipanggil Ms. Charlotte ke ruangannya",pinta Erik, rekannya.

"Ok, serahkan padaku",ujar Amy.

Ia menerima baki dengan 5 gelas kristal berisi cocktail dan mocktail di atasnya. Dengan gerakan yang luwes ia melenggang di tengah keramaian Le Paradis. Tapi tiba-tiba langkahnya membeku melihat sekumpulan anak muda bergaya borjuis sedang menertawai hal yang mereka bicarakan.

Gawat, bisakah aku? Pikir Amy. Tubuhnya gemetar terbukti dari baki yang dibawanya bergetar.

"Jangan takut, mereka tidak akan menerkammu. Yah.. walaupun laki-laki berambut pirang itu sepertinya akan sedikit menggigit"

Sontak Amy berputar dan hampir menumpahkan bakinya. Ia tercengang melihat seorang pria yang... sangat tampan dengan sigapnya memegangi baki yang dibawanya.

"Woah! Tenang jangan panik, kau bisa menjatuhkan gelas-gelas ini",ucap pria itu sedikit panik.

"Itu adalah mimpi buruk! Bayangkan wajah Ms. Charlotte dan Mr. Shone jika sampai hal itu terjadi",jawab Amy otomatis.

"Oke. Aku tak mengerti yang kau bicarakan, nona",jawab pria itu

"Kau tampan", Amy membelalak mendengar omongannya yang terlontar begitu saja.

Pria itu mengernyit menatap Amy yang pucat dengan bingung.

"Kau bilang aku apa?",tanya pria itu.

Amy memejamkan matanya dengan geram.

"Tembak aku sekarang!",ucapnya dengan suara tertahan. Sontak pria tampan tersebut tertawa terbahak-bahak melihat tingkah konyol pelayan dihadapannya. Amy melihat pemandangan tersebut dengan tak berkedip.

Mata coklat. Rambut sedikit coklat kemerahan akibat sering terjemur matahari. Kulit yang hampir menyerupai warna tembaga. Bibirnya yang penuh. Dan alisnya yang tertata rapi menyempurnakan wajahnya.

"Kau sangat menarik",ujar pria tersebut dengan senyum yang membuat siapapun meleleh melihatnya.

Amy tersipu mendengar pujiannya.

"Well, aku saja yang membawa baki ini. Kemana nona?",tanyanya.

Amy terkikik melihat pria itu. Ia sedikit berdeham mengangkat dagunya bak nyonya besar.

"Ke meja 19, dan ingat! Jika kau sampai menjatuhkan gelas-gelas itu, kau berurusan dengan Mr. Shone",ancaman Amy membuat pria itu terkekeh.

"Aku akan berhati-hati nona",balasnya dan berjalan dengan langkah tegap ke arah meja yang dituju.

"Silahkan",ucap pria tersebut seraya membagikan minuman tersebut.

Setelahnya pria itu berdiri tegap dengan posisi tangan kebelakang membawa baki.

"Ekhem.. perhatian semuanya. Malam ini, saya ingin mengenalkan pada pelayan terbaik di cafe ini. Dia bernama... Amy. Jadi tolong perlakukan nona Amy dengan baik",ujarnya seraya mengintip name id milik Amy sebelum melanjutkan omongannya.

Amy tersipu mendengar ucapan dari tamu tampan dihadapannya. Suara bisikan terdengar dari meja sekitar yang mendengar ucapan .

"Aw dia manis",saut salah seorang gadis yang duduk di samping meja tempat berkumpul lelaki muda borjuis itu.

Message In The BottleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang