mobil mara terparkir di tepi jalan yang lumayan sepi. marapun masih didalam mobilnya, sedang melahap berbagai cemilan ringan yang tadi di belinya di minimarket. telinga mara tersumpal headset. alunan musik jazz dg volume sedang, dan sebotol minuman dingin rasa kopi rasanya cukup untuk membantunya mengembalikan mood.
mara melirik jam tangannya, pukul 19:30.
hufttt, dari pagi tadi mara berjalan-jalan berkeliling kota tanpa tujuan.entah hari ini terasa sangat menyebalkan!.
harusnya mara menghabiskan waktunya hari ini ditoko buku sintia. tapi apa boleh buat?, kak dion melarangnya untuk menemui sintia.
tiba-tiba terlintas lagi kejadian kemarin, saat mara mengantarkan sintia kerumahnya,saat mara tiba-tiba dipukul oleh kak dion. mara tak mengerti apa yang salah dengannya, padahal ia hanya menghabiskan waktu dipantai bersama sintia,tidak lebih. bahkan mara pun mengantarkan sintia sampai tepat di depan rumahnya. mara tidak tau kenapa kak dion begitu marah padanya. sampai-sampai kak dion mengancam dengan keras jika mara berani mengganggu sintia lagi.
mara menghela nafas perlahan.
"trrrrrrtttt " ponsel mara bergetar, tanda ada pesan masuk. mara membuka pesan tersebut,ternyata pesan itu dari sintia.
"mara, maafkan atas perlakuan kak dion padamu kemarin, aku sangat malu, sekali lagi aku minta maaf ".
mara terdiam sesaat, mara sangat maklum dg apa yg dirasakannya saat ini. sintia paati sangat malu atas perlakuan kakaknya kemarin, mara pun sempat melihat sintia menangis sebelum mara pergi. tapi mara tak terlalu memikirkan tentang perlakuan kak dion padanya, ia justru sangat khawatir pada sintia.
tanpa fikir panjang mara langsung menelepon sintia. tersambung, namun tak diangkat oleh sintia.
mara coba meneleponnya lagi, tapi tetap saja tak diangkat. sampai untuk ke empat kalinya, kali ini teleponnya di angkat oleh sintia.
"sintia, kamu baik-baik saja?" mara langsung menanyakan kabar, karna memang sejak tadi dia khawatir pada sintia.
"aku baik-baik saja ra" jawab sintia dari seberang sana, nada suaranya terdengar sangat lirih.
"kamu ada dimana? bisakah kita bertemu di taman kota malam ini" lanjutnya.
"baiklah, kebetulan aku sedang ada di sekitar taman".
"aku tunggu di bangku depan taman"
"tuuut.. tuuut.. tuutt." sambungan telepon terputus.
mara menyalakan mesin mobilnya, dan langsung menginjak pedal gas, menuju tempat yang sintia maksud tadi.mara mengemudikan mobilnya dg pelan saat menyusuri setiap sisi taman kota sambil menengok kanan-kiri
tak berapa lama kemudian mara menghentikan mobilnya. mara melihat seorang gadis tengah duduk di bangku panjang di depan taman. itu pasti sintia, mara langsung menepikan mobilnya di sisi jalan, dan menghampiri sintia."sintia,kamu sudah lama menungguku?" sapa mara
sintia tak menyauti, wajahnya agak tertunduk.
mara mengambil posisi duduk di samping sintia, mencoba menatap wajah sintia yang masih tertunduk, sintia menangis. ada apa ini.
"kenapa kamu menangis sintia?" sintia masih tak menjawab.
mara merasa bingung sekaligus khawatir pada sintia. untuk pertama kalinya mara melihat sintia menangis.
tanpa permisi, tangan kanan mara mengangkat dagu sintia dan mengarahkan wajahnya kehadapan mara. lalu mara mengusap air mata yang mengalir di pipi sintia dg kedua ibu jarinya.
"ceritakan padaku sintia, apa yg sebenarnya terjadi"
namun tetap saja, sintia tak menjawab sedikitpun. malah memeluk mara. mara hanya mematung, mungkin lebih baik jika mara tak bertanya apapun dulu pada sintia. sintia sedang ingin tenang dulu sekarang.
"maaf mara, aku belum bisa menjelaskan mengapa kak dion memukulmu kemarin, tapi yang jelas aku minta maaf karna kak dion sudah menyakitimu".
suara sintia benar-benar lirih.
"tak apa sin, mungkin itu karna kak dion terlalu khawatir padamu, aku juga memakluminya" dion mencoba menenangkan.
perlahan sintia melepaskan pelukannya.
"apa kak dion tau jika kamu disini?".
"iya, aku sudah bilang pada kak dion ingin menemuimu untuk minta maaf"
"kak dion mengizinkan?"
sintia mengangguk pelan.
suasana hening sesaat.
"ayo kita makan, aku tau kamu pasti lapar setelah menangis tadi" mara menarik tangan sintia dan berjalan menuju mobilnya.
mereka menuju ke sebuah restoran yang dekat dari taman.
mereka berdua masuk ke restoran itu,mara memilih tempat duduk yang paling pojok.
pelayan datang dengan membawa daftar menu menghampiri mereka
"kamu mau makan apa?"
"terserah saja".
mara yang memilih pesanannya. lalu pelayan itu pergi.
mara memperhatikan sintia yang hanya diam saja dari tadi.
"sebenarnya apa yang terjadi,sin?"
namun tak ada jawaban apapun dari sintia
"kamu masih tidak mau cerita?"
sintia menggeleng pelan,matanyapun tak melihat kearah mara sedikitpun.dari tadi sintia hanya terunduk.
pelupuk matanya sembab.
mara yang kebingungan pun sedang berfikir keras untuk menghibur sintia,tapi bagaimana caranya?,dia tak tau sedikitpun tentang apa yg bisa membuat sintia tersenyum.
"sintia,ada sesuatu di pipimu!"
tangan mara membelai pipi sintia dg hati-hati. tapi tak segera mengangkat tangannya,melainkan hanya membelai dengan lembut tapak air mata yg masih membekas dipipinya.
"ada apa di pipiku?"
"tidak ada apa-apa,itu hanya alasanku supaya bisa membelai pipimu yg bulat itu" ucap mara ,disusul dg tawanya yg jail.
"lah.. dasar!"
sintia tersenyum simpul,pipinya memerah .
melihat sintia tersipu,tawa mara makin terbahak.
"yeeee malah makin keras tertawanya,dasar jail!!"
senang sekali rasanya, akhirnya mara bisa membuat sintia tersenyum juga,meski hanya dg candaan sederhana seperti itu.
sedetik kemudian suasana menjadi hening, mara menatap mata sintia sangat dalam.merekapun saling pandang satusama lain sebelum sintia akhirnya menundukan pandangannya. sintia mulai tak nyaman dg keadaan itu.
"sintia ..."panggil mara pelan.
"apa?" jawabnya singkat.
"teruslah seperti ini padaku, apapun yang terjadi."
sintia kembali melirik kearah mara,
"maksudmu..?"tanya sintia masih tak mengerti dg kalimat mara barusan.
"ekhemm maksudku.. ah,kenapa pesanan kita lama sekali "mara mengalihkan pembicaraan.
sintiapun menggelengkan kepalanya,masih tak mengerti dg apa yg di ucapkan mara tadi.
tapi ucapan mara memang ada benarnya,dari tadi pesanan mereka belum datang juga.
sintia menoleh ke segala arah,mencari pelayan yang tadi. ingin menanyakan mengapa lama sekali.
pandangan sintia mengarah dari sudut kesudut,diikuti dg kepalanya yg perlahan bergerak mengikuti kehendak bola matanya. sampai pada pandangannya melihat ke pintu masuk restoran, sintia melihat seorang wanita cantik baru saja masuk ke arah restoran,lalu seperti sedang mencari tempat duduk.
sintia mengenal gadis itu.
"ica..!!" sintia memanggil gadis itu,sambil melambaikan tangannya.
gadis itu pun menengok, dan terlihat sedikit terkejut saat melihat kearah sintia. tak berapa lama kemudian gadis itu berjalan kearah meja tempat mara dan sintia berada.
"kak sintia tumben makan di tempat ini" gadis itu bersalaman,mencium tangan sintia. jika dilihat dari wajah dan penampilannya, gadis itu memang terlihat masih remaja, mungkin sebaya anak SMA.
"duduklah disampingku ca!"
sintia menyeret mundur kursi di sampingnya.
ika pun duduk disitu.
"kak sintia apa kabar? sudah lama kita tidak bertemu yah" ucap ika
"aku baik. yah,kamu kan jarang main ke toko buku belakangan ini"
"hehehe maaf kak,tugas sekolahku sangat banyak, biasalah derita kelas akhir"di iringi suara tawa mereka berdua.
sementara mara seperti tak ada disana, ia hanya diam dan memperhikan dua wanita di depannya yang asyik mengobrol, mara seperti tak dianggap disana.
"ekhem ekhem" mara seperti memberi kode pada mereka berdua.
"eh ,ini siapa kak?" tanya ika pada sintia.
"oh iya,aku lupa. dia mara,temanku ca". sintia juga tak ingat kalau ada mara di sampingnya,mungkin saking asyiknya ngobrol dengan ica.
mara tersenyum kearah ica.
"kenalin kak mara,aku ica,adik kak sintia".ica mengulurkan tangannya,disambut oleh mara.
KAMU SEDANG MEMBACA
di antara senja
Romancesenja adalah tanda dari harapan. bahwa masih ada malam bagi mereka yg membenci siang, masih ada dingin bagi mereka yg membenci panas, masih ada ribuan bintang bagi mereka yg membenci matahari, dan masih ada saat untuk istirahat bagi mereka yg lela...