sintia mengayuh sepedanya dg sangat cepat, hari ini sintia kesiangan.beruntung, hari ini jalanan tak terlalu ramai.
memang, jarak dari rumah sintia ke toko bukunya hanya berjarak beberapa ratus meter saja.
sintia memarkirkan sepedanya beberapa langkah di depan toko buku,ia hampir mengayun kaki untuk melangkah, tapi urung, dalam pandangannya menatap sesuatu di depan pintu toko bukunya.
ada sesosok pria yang sedang duduk menyender tepat di depan pintu toko bukunya.
"itukan pria di pantai kemarin "gumamnya.
sementara dari sisi sana,pria itu langsung berdiri saat melihat ke arah sintia dan melambaikan tangannya pada sintia,menyapa.
sintia acuh, melangkahkan kaki ke arah pintu toko dan merogoh kunci di sakunya.
"toko ini biasanya buka pukul 8 tepat, kamu terlambat 45 menit".
"ini tokoku,dan toko ini buka kapan saja semauku!" sahut sintia sangat jutek.
mara tak membalas,hanya tersenyum.sintia membuka pintu toko bukunya, lalu 'nyelonong' masuk ke tempat kasirnya, tanpa memperdulikan pria itu sedikitpun.
sintia duduk di kursi kasirnya,menyimpan tas yang di bawah meja dan meraih buku novel yg sama seperti kemarin, untuk melanjutkan membaca."aku mara" sintia mengangkat kepalanya, dihadapannya ada uluran tangan,dari 'pria itu',
"aku sintia" jawabnya ketus.
pria itu menarik uluran tangannya kembali karna tau sintia tak menanggapinya. akhirnya pria itu melempar senyum lalu tanpa permisi berjalan menuju rak novel , sintia melirik ke arahnya,
"kemarin membeli banyak komik,sekarang mau memborong novel juga?"bisiknya dalam hati, tanpa sadar sintia diam-diam terus memperhatikan pria yg kini duduk di bangku pojok dekat rak novel sambil terlihat sedang membaca sebuah buku,
pria yg meninggalkan topi di toko bukunya kemarin,pria yg mengganggu suasana senjanya kemarin,pria yg baru saja sintia tau namanya, Mara. sebenarnya sintia tak bermaksud jutek pada mara. hanya saja ia merasa tak perlu bersikap berlebihan kepada orang yang baru di kenalnya itu.
sementara itu, mara masih sibuk melihat-lihat novel yg berjejer di rak. sebetulnya itu hanya alibi, agar sesekali bisa memandangi wajah sintia.
mara seperti tertarik pada sosok wanita cantik itu, entah apa yg membuatnya begitu cantik. walaupun wanita cantik itu lumayan jutek kepada mara. tapi itulah yang justru membuatnya semakin tertarik.
suasana toko buku hari ini sangat sepi, hanya ada beberapa pengunjung saja.
"mas suka sama mba sintia yah?" tegur seorang ibu-ibu yg tiba-tiba saja berada di sebelah mara,membuat mara terkejut.
"eh.. tidak kok bu, ibu ini sok tau" jawab mara mengelak sekenanya.
"halah.. dari tadi ibu perhatikan mas, memandangi mbak sintia terus." goda ibu itu lagi.
"apaan sih bu, aku nggak suka sama dia.lagian,kita baru kenal" mara memasang wajah cemberut, dia mulai kesal dg ibu-ibu yang menggodanya itu.
ibu itu pergi tanpa permisi, menuju kasir sambil membawa sebuah buku resep masakan di genggamannya.
mara masih memperhatikan ibu itu yg sedang membayar buku. seperti ada yang ganjil,ibu itu berbisik pada sintia sambil sesekali memandangi ke arahnya, di lanjut dg senyuman geli sintia, perasaan mara mulai tidak enak, mungkin ibu itu mengadu pada sintia bahwa dirinya memperhatikan sintia sejak tadi.
akhirnya, setelah ibu-ibu itu pergi, mara perlahan mendekati sintia. tanpa basabasi mara duduk di kursi pinggir tempat kasir. kebetulan ada satu kursi kosong di sana.
"topi yang kemarin tidak kamu pakai,sintia?" mara mengawali percakapan.
sintia tak menjawab, pandangannyapun tak bergeser novel di tangannya. namun ekspresi wajahnya yg berubah, sintia sedang tersenyum penuh makna.sintia tau pertanyaan itu cuma akal mara untuk mengawali percakapan.
"sintia? kamu dengar aku kan?"mara kembali bertanya, memastikan apakah sintia mendengar ucapannya.
"hmmm..iya, aku mendengarmu" kali ini sintia menjawab,namun matanya tetap tak bergeser dari novel itu.
"hanya saja..." sintia menutup novel lalu meletakkannya di meja, matanya memandang tajam pada mara."aku tak mau menjawab pertanyaan yg hanya basabasi itu" sintia terkekeh lembut melihat ekspresi -salting- yg menggelikan dari mara.
"eh, tadi ibu-ibu itu mengadu apa padamu?" mara langsung teringat dg ibu yg tadi menegurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
di antara senja
Romansasenja adalah tanda dari harapan. bahwa masih ada malam bagi mereka yg membenci siang, masih ada dingin bagi mereka yg membenci panas, masih ada ribuan bintang bagi mereka yg membenci matahari, dan masih ada saat untuk istirahat bagi mereka yg lela...